sistem kromatografi gas yang optimum. Adapun kondisi kromatografi gas detektor penangkap elektron yang digunakan yaitu:
Tabel II. Kondisi Optimum Sistem Kromatografi Gas yang Digunakan Sanjayadi, 2014
Parameter Kondisi optimum
1. Injektor split
Suhu injektor 230 °C
Volume injeksi 2 µl
2. Oven
Panjang kolom 25 meter
Fase diam 5-phenyl-methylpolysiloxane
Temperatur Terprogram 100 °C 3 menit
30 °Cmenit, 245 °C 30 menit 30 °C menit, 260 °C 15 menit
3. Detektor
Detektor ECD
63
Ni Suhu detektor
295 °C 4.
Gas Gas
N
2
UHP Laju alir gas
1mlmenit
F. Analisa Hasil
1. Penentuan Kadar Residu Fungisida Difenokonazol
Untuk menentukan kadar residu difenokonazol pada sampel buah melon dilakukan dengan cara setelah didapatkan luas puncak DCB dan luas area dua
puncak difenokonazol pada kromatogram, ditentukan jumlah luas puncak difenokonazol kemudian menentukan rasio luas puncak difenokonazol dengan
luas puncak DCB. Rasio yang diperoleh diintrapolasikan ke dalam persamaan
regresi linier kurva baku yang sudah diperoleh. Kadar residu difenokonazol dihitung dengan menggunakan persamaan:
y = Bx + A dimana y merupakan rasio luas puncak analit dengan DCB dan x adalah kadar
analit yang diperoleh.
2. Penentun Laju Disipasi Residu Fungisida Difenokonazol
Laju disipasi residu fungisida difenokonazol merupakan slope hubungan antara hari vs ln kadar mgkg residu fungisida difenokonazol.
3. Penentuan Waktu-Degradasi DT
50
DT
50
merupakan waktu yang diperlukan residu fungisida difenokonazol untuk 50 terdegradasiterdisipasi. DT
50
merupakan parameter penting penanda kecepatan degradasi. Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung DT
50
adalah : ��
50
= ln 2
� =
0,693 �
Keterangan : k = laju disipasi Abdallah, 2014.
4. Penentuan Pre-Harvest Interval PHI
Penentuan PHI dilakukan dengan cara menentukan titik potong pada kurva kadar vs hari setelah aplikasi terakhir antara proses disipasi mulai paling
cepat menuju proses disipasi yang lambat atau bentuk kurva mulai mendatar. Setelah titik potong ditemukan kemudian menentukan persamaan y = bx + a yang
dihasilkan dari kedua kurva hasil perpotongan dengan menggunakan program powerfit Universiteit Utrecht faculteit scheikunde. Kemudian slope antara kedua
persamaan garis dilakukan uji signifikansi dengan uji t t-test, apabila slope
antara garis hasil perpotongan berbeda signifikan maka titik potong tersebut adalah sebagai PHI Noegrohati, 2015.
Gambar 2. Penentuan Titik Potong Sebagai PHI Noegrohati, 2015.
5. Uji Signifikansi Kadar Residu Difenokonazol pada Kulit dan Daging