Berdasarkan tabel 5.11 halaman 116, dapat diketahui bahwa jumlah beban karyawan semakin meningkat dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2013. Kenaikan beban karyawan KSP Jogja Sejahtera tahun 2010 sampai tahun 2013 dikarenakan terjadi penambahan jumlah beban bagi
karyawan pada akun-akun nominal di laporan perhitungan hasil usaha. Penambahan yang cukup signifikan terjadi akun beban tenaga kerja yang
terdiri dari beban gaji, bonus, THR, dan transportasi, seperti yang tampak pada lampiran 2 halaman 196-198.
4. Aspek Likuiditas
Penilaian aspek likuiditas bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan KSP Jogja Sejahtera dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Berikut ini merupakan penjelasan terkait dengan rasio-rasio aspek likuiditas berdasarkan hasil penilaian kinerja keuangan KSP Jogja Sejahtera
tahun 2010 sampai dengan 2013, adalah sebagai berikut:
a. Rasio Kas dan Bank terhadap Kewajiban Lancar
Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan KSP Jogja Sejahtera dalam membayar hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan kas dan bank yang dimiliki koperasi. Berdasarkan tabel 5.12 halaman 118, pada tahun 2010 rasio ini menunjukkan hasil sebesar
71,14. Hasil tersebut menunjukkan kondisi yang tidak baik, karena setiap Rp 100 kewajiban lancar dijamin dengan Rp 71,14 kas dan bank
yang tersedia. Pada tahun 2011 rasio kas dan bank terhadap kewajiban
lancar menunjukkan hasil sebesar 107,65. Hasil tersebut menunjukkan kondisi yang tidak baik, karena setiap Rp 100 kewajiban lancar dijamin
dengan Rp 107,65 kas dan bank yang tersedia.
Pada tahun 2012 rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar menunjukkan hasil sebesar 47,92. Hasil tersebut menunjukkan kondisi
yang tidak baik, karena setiap Rp 100 kewajiban lancar dijamin dengan Rp 47,92 kas dan bank yang tersedia. Pada tahun 2013 rasio kas dan bank
terhadap kewajiban lancar menunjukkan hasil sebesar 61,17. Hasil tersebut menunjukkan kondisi yang tidak baik, karena setiap Rp 100
kewajiban lancar dijamin dengan Rp 61,17 kas dan bank yang tersedia. Berdasarkan hasil rasio di atas dapat diketahui bahwa dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2013 rasio tersebut menunjukkan hasil yang tidak baik, meskipun rasio yang dihasilkan cukup besar. Dalam hal ini,
rasio yang dihasilkan dari tahun 2010 hingga tahun 2013 menunjukkan hasil lebih dari 20. Hal tersebut berarti hasil rasio tahun 2010 hingga
tahun 2013
menurut Peraturan
Menteri KUKM
No. 14PerM.KUKMXII2009 menunjukkan adanya kas dan bank yang
berlebih. Kas dan bank yang terlalu berlebih akan berpotensi menimbulkan adanya jumlah kas dan bank yang kurang produktif atau
menganggur, sehingga kurang baik bagi perkembangan KSP Jogja Sejahtera selanjutnya. Sebaliknya, apabila kas dan bank terlalu kecil maka
akan kurang baik pula bagi perkembangan KSP Jogja Sejahtera. Hal tersebut karena jumlah kas dan bank yang terlalu kecil akan sulit bagi
KSP Jogja Sejahtera dalam membayar hutang lancarnya atau membiayai kegiatan operasionalnya. Kas dan bank yang terlalu kecil juga dapat
dikarenakan terlalu banyak kas dan bank koperasi yang digunakan untuk memenuhi pinjaman bagi anggota dan calon anggota.
Berdasarkan grafik 5.11 dapat pula diketahui bahwa kemampuan KSP Jogja Sejahtera dalam membayar hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan kas dan bank yang dimiliki koperasi dari tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami kenaikan, dari tahun 2011 sampai tahun
2012 mengalami penurunan, dan dari tahun 2012 sampai tahun 2013 mengalami kenaikan. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase rasio kas
dan bank terhadap kewajiban lancar yaitu 71,14 pada tahun 2010, 107,65 pada tahun 2011, 47,92 pada tahun 2012, dan 61,17 pada
tahun 2013. Meskipun hasil rasio ini menunjukkan hasil yang fluktuatif, tetapi apabila diperhatikan jumlah kas dan bank serta jumlah kewajiban
lancar terus-menerus mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Kenaikan kas dan bank dikarenakan adanya penambahan
pendapatan dari jasa simpan pinjam, pinjaman dari pihak ke tiga, dan modal sendiri koperasi yang terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib,
cadangan, serta modal disetor. Pada kewajiban lancar terjadi kenaikan karena adanya penambahan yang cukup signifikan pada simpanan calon
anggota, dan simpanan berjangka. Kenaikan jumlah kas dan bank serta kewajiban lancar dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 194-195.