2010 dengan predikat cukup sehat, sebesar 92,5 pada tahun 2011 dengan predikat sehat, sebesar 92,5 pada tahun 2012 dengan predikat sehat, dan
sebesar 85 pada tahun 2013 dengan predikat sehat, seperti yang tampak pada tabel 5.23. Dari aspek jatidiri koperasi dapat diketahui bahwa kinerja
keuangan KSP Jogja Sejahtera menunjukkan hasil sebesar 70 pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dengan predikat cukup sehat seperti yang
tampak pada tabel 5.24. Berdasarkan tabel 5.19 dapat diketahui jumlah skor keseluruhan dari
keenam aspek penilaian kinerja keuangan KSP Jogja Sejahtera yaitu sebesar 73, 48 pada tahun 2010, 72,26 pada tahun 2011, 73,48 pada tahun 2012, dan
69,82 pada tahun 2013. Pada tahun 2010 diperoleh skor 73,48 dan memperoleh predikat cukup sehat. Pada tahun 2011 diperoleh skor 72,26 dan
memperoleh predikat cukup sehat. Pada tahun 2012 diperoleh skor 73,48 dan memperoleh predikat cukup sehat. Pada tahun 2013 diperoleh skor 69,82 dan
memperoleh predikat cukup sehat. Predikat yang diperoleh dari hasil tersebut maksudnya adalah sehat dari segi keuangan bukan sehat secara keseluruhan,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2013 kinerja keuangan KSP Jogja Sejahtera cukup baik, meskipun koperasi ini didirikan belum terlalu lama yaitu pada tanggal 31 Juli
2009. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan keuangan yang dimiliki KSP Jogja Sejahtera cukup baik sebagai modal dalam persaingan di
era globalisasi seperti sekarang ini.
187
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diketahui kinerja keuangan Koperasi Simpan Pinjam KSP Jogja Sejahtera
ditinjau dari masing-masing aspek keuangannya. Ditinjau dari aspek permodalan kinerja keuangan KSP Jogja Sejahtera menunjukkan hasil sebesar 70 pada tahun
2010 dengan predikat “cukup sehat”, sebesar 80 pada tahun 2011 dengan predikat
“sehat”, sebesar 80 pada tahun 2012 dengan predikat “sehat”, dan sebesar 70 pada tahun 2013 dengan predikat
“cukup sehat”. Ditinjau dari aspek kualitas aktiva produktif kinerja keuangan KSP Jogja Sejahtera menunjukkan hasil sebesar 84
pada tahun 2010 dengan predikat “sehat”, sebesar 68 pada tahun 2011 dengan
predikat “cukup sehat”, sebesar 72 pada tahun 2012 dengan predikat “cukup
sehat ”, dan sebesar 74 pada tahun 2013 dengan predikat “cukup sehat”. Ditinjau
dari aspek efisiensi kinerja keuangan KSP Jogja Sejahtera menunjukkan hasil sebesar 65 pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dengan predikat
“cukup sehat
”. Ditinjau dari aspek likuiditas kinerja keuangan KSP Jogja Sejahtera
menunjukkan hasil sebesar 50 pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dengan predikat
“kurang sehat”, dan sebesar 41,67 pada tahun 2013 dengan predikat “kurang sehat”. Ditinjau dari aspek kemandirian dan pertumbuhan kinerja
keuangan KSP Jogja Sejahtera menunjukkan hasil sebesar 77,5 pada tahun 2010
dengan predikat “cukup sehat”, sebesar 92,5 pada tahun 2011 dengan predikat
“sehat”, sebesar 92,5 pada tahun 2012 dengan predikat “sehat”, dan sebesar 85 pada tahun 2013 dengan predikat
“sehat”. Ditinjau dari aspek jatidiri koperasi kinerja keuangan KSP Jogja Sejahtera diperoleh persentase sebesar 70 pada tahun
2010 sampai dengan tahun 2013 dengan predikat “cukup sehat”.
Dengan demikian disimpulkan bahwa tingkat kesehatan KSP Jogja Sejahtera dari segi keuangan menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil
dan Menengah
Republik Indonesia
Nomor 14PerM.KUKMXII2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 20PerM.KUKMXI2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam Koperasi yaitu pada tahun 2010 memiliki predikat “cukup sehat”, tahun
2011 memiliki predikat “cukup sehat”, tahun 2012 memiliki predikat “cukup s
ehat”, dan tahun 2013 memiliki predikat “cukup sehat”.
B. Keterbatasan Penelitian
Berikut ini merupakan keterbatasan penelitian yang dihadapi peneliti, antara lain:
1. Pada aspek jatidiri koperasi terdapat dua rasio yang digunakan yaitu rasio
partisipasi bruto dan rasio promosi ekonomi anggota PEA. Dalam hal ini, peneliti hanya menggunakan rasio partisipasi bruto karena tidak tersedianya
laporan promosi ekonomi anggota PEA sebagai dasar perhitungan rasio promosi ekonomi anggota PEA.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa saran yaitu:
1. Bagi KSP Jogja Sejahtera
a. Dalam penyusunan laporan keuangan sebaiknya KSP Jogja Sejahtera
berpedoman pada PSAK No. 27 Revisi 1998 tentang akuntansi perkoperasian, sehingga dapat menyajikan akun-akun nominal atau riil
yang lebih terperinci dan akan lebih mudah dipahami bagi para penggunanya.
b. Sebaiknya KSP Jogja Sejahtera secara terus-menerus senantiasa
meningka tkan kinerja keuangannya dari “cukup sehat” menjadi “sehat”.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kinerja keuangannya dari aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas,
kemandirian dan pertumbuhan, serta jatidiri koperasi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti terkait topik tentang
kesehatan koperasi simpan pinjam KSP atau unit simpan pinjam USP, disarankan untuk menilai kesehatan tersebut dari segi manajemen dan dari
segi keuangan sehingga dapat menggambarkan kesehatan koperasi secara keseluruhan.