Analisis Kinerja Keuangan Koperasi

4 Nilai dikalikan bobot sebesar 6, maka diperoleh skor permodalan. Adapun standar perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 80 ≤ x ≤ 100 25 6 1,50 Tidak Baik 60 ≤ x 80 50 6 3,00 Kurang Baik 40 ≤ x 60 100 6 6,00 Baik 2 0 ≤ x 40 50 6 3,00 Kurang Baik 0 ≤ x 20 25 6 1,50 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009 b Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko Penilaian rasio ini menggunakan perbandingan modal sendiri dengan pinjaman diberikan yang berisiko. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa modal sendiri merupakan modal yang menanggung risiko modal ekutif yang berasal dari jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari sisa hasil usaha SHU. Sedangkan pinjaman diberikan yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh koperasi simpan pinjam KSP dan unit simpan pinjam USP Koperasi kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai atau jaminan dari penjamin atau avalis yang dapat diandalkan atas pinjaman yang diberikan tersebut. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko, ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko lebih kecil atau sama dengan 0 diberi nilai 0. 2 Untuk setiap kenaikan rasio 1 mulai dari 0 nilai tambah 1 dengan nilai maksimum 100. 3 Nilai dikalikan bobot sebesar 6, maka diperoleh skor permodalan. Adapun standar perhitungan rasio ini adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko Rasio Nilai Bobot Skor Predikat ≥ 100 100 6 6,0 Baik 90 x 100 90 6 5,4 80 x 90 80 6 4,8 70 x 80 70 6 4,2 Cukup Baik 60 x 70 60 6 3,6 50 x 60 50 6 3,0 Kurang Baik 40 x 50 40 6 2,4 30 x 40 30 6 1,8 Tidak Baik 20 x 30 20 6 1,2 10 x 20 10 6 0,6 Sangat Tidak Baik 0 x 10 6 Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009 c Rasio Kecukupan Modal Sendiri Rasio ini membandingkan antara modal tertimbang dengan aktiva tertimbang menurut risiko ATMR dengan 100. Dalam hal ini modal tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen modal KSP atau USP Koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko. Sedangkan aktiva tertimbang menurut risiko ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva KSP dan USP Koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Adapun standar perhitungan rasio kecukupan modal sendiri adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Standar Perhitungan Skor Rasio Kecukupan Modal Sendiri Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 8 100 3 3,00 Baik 6 x ≤ 8 75 3 2,25 Cukup Baik 4 x ≤ 6 50 3 1,50 Kurang Baik ≤ 4 3 0,00 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

2 Aspek Kualitas Aktiva Produktif

Aktiva produktif merupakan kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan. Adapun penilaian aspek kualitas aktiva produktif didasarkan pada: a Rasio Volume Pinjaman pada Anggota terhadap Total Volume Pinjaman Diberikan Penilaian rasio ini menggunakan perbandingan antara volume pinjaman pada anggota dengan volume pinjaman. Pinjaman merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara KSP dan atau USP dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Adapun standar perhitungan rasio volume pinjaman pada anggota terhadap total volume pinjaman diberikan adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Standar Perhitungan Skor Rasio Volume Pinjaman pada Anggota terhadap Total Volume Pinjaman Diberikan Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 75 100 10 10,00 Baik 50 x ≤ 75 75 10 7,50 Cukup Baik 25 x ≤ 50 50 10 5,00 Kurang Baik ≤ 25 10 0,00 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009 b Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap Pinjaman yang Diberikan Penilaian terhadap rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan, membandingkan antara pinjaman bermasalah dengan pinjaman yang diberikan. Dalam hal ini pinjaman bermasalah merupakan pinjaman yang terdiri dari pinjaman kurang lancar, pinjaman yang diragukan, dan pinjaman macet. Sedangkan pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ada di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Untuk memperoleh rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan, ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio 45 atau lebih diberi nilai 0. 2 Untuk setiap penurunan rasio 1 dari 45 nilai ditambah 2, dengan maksimum nilai 100. 3 Nilai dikalikan dengan bobot 5, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan adalah sebagai berikut: Tabel 2.5 Standar Perhitungan Skor Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap Pinjaman yang Diberikan Rasio Nilai Bobot Skor Predikat = 0 100 5 5,0 Baik 0 x ≤ 10 80 5 4,0 10 x ≤ 20 60 5 3,0 Cukup Baik 20 x ≤ 30 40 5 2,0 Kurang Baik 30 x ≤ 40 20 5 1,0 Tidak Baik 40 x ≤ 45 10 5 0,5 Sangat Tidak Baik 45 5 Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009 c Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman Bermasalah Penilaian rasio ini menggunakan perbandingan antara cadangan risiko dengan pinjaman bermasalah. Cadangan risiko adalah cadangan tujuan risiko ditambah penyisihan penghapusan pinjaman. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pinjaman bermasalah merupakan pinjaman yang terdiri dari pinjaman kurang lancar, pinjaman yang diragukan, dan pinjaman macet. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Untuk memperoleh rasio cadangan risiko terhadap risiko pinjaman bermasalah, ditetapkan sebagai berikut 1 Untuk rasio 0, berarti tidak mempunyai cadangan penghapusan diberi nilai 0. 2 Untuk setiap kenaikan 1 mulai dari 0, nilai tambah 1 sampai dengan maksimum 100. 3 Nilai dikalikan bobot sebesar 5, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio cadangan risiko terhadap risiko pinjaman bermasalah adalah sebagai berikut: Tabel 2.6 Standar Perhitungan Skor Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman Bermasalah Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 90 x ≤ 100 100 5 5,0 Baik 80 x ≤ 90 90 5 4,5 70 x ≤ 80 80 5 4,0 60 x ≤ 70 70 5 3,5 Cukup Baik 50 x ≤ 60 60 5 3,0 40 x ≤ 50 50 5 2,5 Kurang Baik 30 x ≤ 40 40 5 2,0 20 x ≤ 30 30 5 1,5 Tidak Baik 10 x ≤ 20 20 5 1,0 0 x ≤ 10 10 5 0,5 Sangat Tidak Baik 5 Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009 d Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan Penilaian rasio ini menggunakan perbandingan antara pinjaman yang berisiko dengan pinjaman yang diberikan. Maksud dari pinjaman yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh koperasi simpan pinjam KSP dan unit simpan pinjam USP Koperasi kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai atau jaminan dari penjamin atau avalis yang dapat diandalkan atas pinjaman yang diberikan tersebut. Sedangkan pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ada di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Adapun standar perhitungan skor rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan adalah sebagai berikut: Tabel 2.7 Standar Perhitungan Skor Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 21 100 5 5,00 Baik 21 − 26 75 5 3,75 Cukup Baik 26 − 30 50 5 2,50 Kurang Baik 30 25 5 1,25 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

3 Aspek Efisiensi

Penilaian aspek ini bertujuan untuk menggambarkan sampai seberapa besar KSP atau USP Koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan aset yang dimilikinya. Adapun penilaian aspek efisiensi didasarkan pada:

a Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto

Rasio ini membandingkan antara beban operasi anggota dengan partisipasi bruto. Dalam hal ini beban operasi anggota adalah beban pokok ditambah dengan beban usaha bagi anggota dan beban perkoperasian. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 27 Revisi 1998, partisipasi bruto merupakan kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota, yang mencakup harga pokok dan partisipasi neto. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Cara perhitungan rasio beban operasi anggota atas partisipasi bruto ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio sama dengan atau lebih besar dari 100 diberi nilai 0 dan untuk rasio antara 95 hingga lebih kecil dari 100 diberi nilai 50, selanjutnya setiap penurunan rasio sebesar 5 nilai ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto adalah sebagai berikut: Tabel 2.8 Standar Perhitungan Skor Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 0 ≤ x 90 100 4 4 Baik 90 ≤ x 95 75 4 3 Cukup Baik Tabel 2.8 Standar Perhitungan Skor Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto Lanjutan Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 95 ≤ x 100 50 4 2 Kurang Baik ≥ 100 4 1 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

b Rasio Beban Usaha terhadap SHU Kotor

Rasio beban usaha terhadap SHU kotor merupakan perbandingan antara beban usaha dengan SHU kotor. Beban usaha merupakan pengorbanan yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pendapatan bagi koperasi. Sedangkan SHU kotor merupakan sisa hasil usaha SHU sebelum pajak. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rasio beban usaha terhadap SHU kotor ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio lebih dari 80 diberi nilai 25 dan untuk setiap penurunan rasio 20 nilai ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio beban usaha terhadap SHU kotor adalah sebagai berikut: Tabel 2.9 Standar Perhitungan Skor Rasio Beban Usaha terhadap SHU Kotor Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 0 x ≤ 40 100 4 4 Baik 40 x ≤ 60 75 4 3 Cukup Baik 60 x ≤ 80 50 4 2 Kurang Baik 80 25 4 1 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

c Rasio Efisiensi Pelayanan

Rasio ini membandingkan antara beban karyawan dengan volume pinjaman. Beban karyawan merupakan pengeluaran yang dikeluarkan yang terkait dengan pembiayaan karyawan, misalnya gaji dan honorarium karyawan. Sedangkan volume pinjaman terdiri dari sisa pinjaman tahun lalu ditambah pinjaman kumulatif tahun buku penilaian baik kepada anggota maupun kepada non- anggota. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Perhitungan rasio efisiensi pelayanan, ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio lebih dari 15 diberi nilai 0 dan untuk rasio antara 10 sampai 15 diberi nilai 50, selanjutnya setiap penurunan rasio 1 nilai ditambah 5 sampai dengan maksimum nilai 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 2, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio efisiensi pelayanan adalah sebagai berikut: Tabel 2.10 Standar Perhitungan Skor Rasio Efisiensi Pelayanan Rasio Nilai Bobot Skor Predikat ≤ 5 100 2 2,0 Baik 5 x ≤ 10 75 2 1,5 Cukup Baik 10 x ≤ 15 50 2 1,0 Kurang Baik 15 2 0,0 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

4 Aspek Likuiditas

Dalam aspek ini yang ingin diketahui adalah kemampuan KSP dan atau USP Koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Adapun penilaian aspek likuiditas didasarkan pada:

a Rasio Kas dan Bank terhadap Kewajiban Lancar

Rasio ini membandingkan antara kas dan bank dengan kewajiban lancar. Kas dan bank merupakan alat likuid yang segera dapat digunakan, seperti uang tunai dan uang yang tersimpan pada lembaga keuangan lain. Sedangkan kewajiban lancar merupakan kewajiban atau hutang yang akan segera dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun sejak tanggal pelaporan Suwardjono, 2009:78. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Perhitungan rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar, ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio kas lebih besar dari 10 hingga 15 diberi nilai 100, untuk rasio lebih kecil dari 15 sampai dengan 20 diberi nilai 50, untuk rasio lebih kecil atau sama dengan 10 diberi nilai 25 sedangkan untuk rasio lebih dari 20 diberi nilai 25. 2 Nilai dikalikan dengan bobot 10, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar adalah sebagai berikut: Tabel 2.11 Standar Perhitungan Skor Rasio Kas dan Bank terhadap Kewajiban Lancar Rasio Nilai Bobot Skor Predikat ≤ 10 25 10 2,5 Tidak Baik 10 x ≤ 15 100 10 10 Baik 15 x ≤ 20 50 10 5 Kurang Baik 20 25 10 2,5 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009 b Rasio Pinjaman yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima Penilaian rasio ini membandingkan pinjaman yang diberikan dengan dana yang diterima. Pinjaman yang diberikan merupakan dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ada di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. Sedangkan dana yang diterima adalah total pasiva selain hutang biaya dan SHU belum dibagi. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pengukuran rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio pinjaman lebih kecil dari 60 diberi nilai 25, untuk setiap kenaikan rasio 10 nilai tambah dengan 25 sampai dengan maksimum 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot 5, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima adalah sebagai berikut: Tabel 2.12 Standar Perhitungan Skor Rasio Pinjaman yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 80 ≤ x 90 100 5 5,00 Baik 70 ≤ x 80 75 5 3,75 Cukup Baik 60 ≤ x 70 50 5 2,50 Kurang Baik 60 25 5 1,25 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

5 Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

Aspek kemandirian dan pertumbuhan dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kemandirian dan pertumbuhan koperasi apabila dilihat dari kemampuannya memperoleh laba dan operasional pelayanannya. Adapun penilaian aspek kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada:

a Rasio Rentabilitas Aset

Rasio rentabilitas aset merupakan perbandingan antara SHU sebelum pajak dengan total aset. Sisa hasil usaha SHU sebelum pajak merupakan hasil selisih antara penghasilan yang diterima koperasi selama periode tertentu dengan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan, yang belum dikenakan pajak. Sedangkan Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No. Kep- 100MBU2002 dinyatakan bahwa total aset adalah total aset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pengukuran rasio rentabilitas aset ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio rentabilitas aset lebih kecil dari 5 diberi nilai 25, untuk setiap kenaikan rasio 2,5 nilai tambah 25 sampai dengan maksimum 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot 3, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio rentabilitas aset adalah sebagai berikut: Tabel 2.13 Standar Perhitungan Skor Rasio Rentabilitas Aset Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 10 100 3 3,00 Baik Tabel 2.13 Standar Perhitungan Skor Rasio Rentabilitas Aset Lanjutan Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 7,5 x ≤ 10 75 3 2,25 Cukup Baik 5 x ≤ 7,5 50 3 1,50 Kurang Baik ≤ 5 25 3 0,75 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

b Rasio Rentabilitas Modal Sendiri

Rasio rentabilitas modal sendiri yaitu SHU bagian anggota dibandingkan dengan total modal sendiri. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 Pasal 45 dinyatakan bahwa SHU bagian anggota merupakan sisa hasil usaha SHU setelah dikurangi cadangan, dan besarnya pemupukan dana cadangan, pembagian pada anggota, serta keperluan lain ditetapkan dalam rapat anggota. Sedangkan total modal sendiri merupakan modal yang menanggung risiko modal ekutif yang berasal dari jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari sisa hasil usaha SHU. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Perhitungan rasio rentabilitas modal sendiri ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio rentabilitas modal sendiri lebih kecil dari 3 diberi nilai 25, untuk setiap kenaikan rasio 1 nilai tambah 25 sampai dengan maksimum 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot 3, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio rentabilitas modal sendiri adalah sebagai berikut: Tabel 2.14 Standar Perhitungan Skor Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Rasio Nilai Bobot Skor Predikat ≥ 5 100 3 3,00 Baik 4 ≤ x 5 75 3 2,25 Cukup Baik 3 ≤ x 4 50 3 1,50 Kurang Baik 3 25 3 0,75 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

c Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan

Rasio kemandirian operasional pelayanan yaitu partisipasi neto dibandingkan dengan beban usaha ditambah beban perkoperasian. Berdasarkan PSAK No. 27 Revisi 1998 dinyatakan bahwa partisipasi neto adalah kontribusi anggota terhadap hasil usaha koperasi yang merupakan selisih antara partisipasi bruto dengan beban pokok. Selanjutnya beban usaha merupakan beban usaha bagi anggota. Sedangkan beban perkoperasian adalah beban sehubungan dengan gerakan perkoperasian dan tidak berhubungan dengan kegiatan usaha. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Perhitungan rasio kemandirian operasional pelayanan ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio kemandirian operasional pelayanan lebih kecil atau sama dengan 100 diberi nilai 0, dan untuk rasio lebih besar dari 100 diberi nilai 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot 4, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio kemandirian operasional pelayanan adalah sebagai berikut: Tabel 2.15 Standar Perhitungan Skor Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 100 100 4 4 Baik ≤ 100 4 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

6 Aspek Jatidiri Koperasi

Penilaian aspek jatidiri koperasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Adapun rasio yang digunakan adalah sebagai berikut:

a Rasio Partisipasi Bruto

Rasio partisipasi bruto digunakan untuk melihat tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi persentasenya maka akan semakin baik. Rasio ini dihitung dengan membandingkan partisipasi bruto terhadap partisipasi bruto ditambah pendapatan. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 27 Revisi 1998, partisipasi bruto merupakan kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota, yang mencakup harga pokok dan partisipasi neto. Sedangkan pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari kegiatan utama koperasi. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Perhitungan rasio partisipasi bruto ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio lebih kecil dari 25 diberi nilai 25 dan untuk setiap kenaikan rasio 25 nilai ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih besar dari 75 nilai maksimum 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot 7, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio partisipasi bruto adalah sebagai berikut: Tabel 2.16 Standar Perhitungan Skor Rasio Partisipasi Bruto Rasio Nilai Bobot Skor Predikat ≥ 75 100 7 7,00 Baik 50 ≤ x 75 75 7 5,25 Cukup Baik 25 ≤ x 50 50 7 3,50 Kurang Baik 25 25 7 1,75 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009 b Rasio Promosi Ekonomi Anggota Rasio ini mengukur kemampuan koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi persentasenya maka semakin baik. Rasio ini dihitung dengan membandingkan promosi ekonomi anggota terhadap simpanan pokok ditambah simpanan wajib. Promosi ekonomi anggota PEA adalah manfaat ekonomi partisipasi pemanfaatan pelayanan ditambah manfaat SHU. Sedangkan menurut PSAK No. 27 Revisi 1998 dinyatakan bahwa simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Selanjutnya simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama, yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Penilaian rasio promosi ekonomi anggota PEA ditetapkan sebagai berikut: 1 Untuk rasio lebih kecil dari 5 diberi nilai 0 dan untuk rasio antara 5 hingga 7,5 diberi nilai 50. Selanjutnya untuk setiap kenaikan rasio 2,5, nilai ditambah dengan 25 sampai dengan nilai maksimum 100. 2 Nilai dikalikan dengan bobot 3, maka diperoleh skor. Adapun standar perhitungan skor rasio promosi ekonomi anggota PEA adalah sebagai berikut: Tabel 2.17 Standar Perhitungan Skor Rasio Promosi Ekonomi Anggota PEA Rasio Nilai Bobot Skor Predikat 10 100 3 3,00 Baik 7,5 x ≤ 10 75 3 2,25 Cukup Baik 5 x ≤ 7,5 50 3 1,50 Kurang Baik ≤ 5 3 0,75 Tidak Baik Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009

j. Penetapan Kesehatan Keuangan Koperasi

Dalam menentukan kinerja keuangan koperasi maka perlu diperoleh skor keseluruhan dari perhitungan rasio-rasio yang dijabarkan sebelumnya. Setelah diketahui skor tersebut, maka dapat kita masukkan ke dalam kategori kinerja keuangan koperasi seperti berikut ini: Tabel 2.18 Penetapan Predikat Tingkat Kinerja Keuangan KSP dan USP Skor Predikat 80 ≤ x 100 Sehat 60 ≤ x 80 Cukup Sehat 40 ≤ x 60 Kurang Sehat 20 ≤ x 40 Tidak Sehat 20 Sangat Tidak Sehat Sumber: Peraturan Menteri KUKM No. 14PerM.KUKMXII2009 Perlu diketahui bahwa dalam penelitian ini hanya menghitung rasio dari 6 enam aspek saja yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, serta jatidiri koperasi. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Negara KUKM Nomor 14PerM.KUKMXII2009 terdapat 7 tujuh aspek yang dinilai yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi. Oleh karena itu, perlu adanya konversi untuk menyetarakan penilaiannya, sehingga nanti dapat dimasukkan ke dalam kategori penetapan kinerja keuangan koperasi di atas. Adapun cara mengkonversikan skor yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

B. Kerangka Berfikir

Data keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih. Data tersebut juga harus dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil Munawir, 2010:31. Dari data berupa laporan keuangan koperasi yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis rasio yang ditinjau dari aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, serta jatidiri koperasi. Rasio keuangan financial ratio ini sangat penting gunanya untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan Fahmi, 2011:107. Setelah menganalisis rasio dari enam aspek tersebut, maka dapat diketahui bobot penilaian skor dari masing-masing aspek. Bobot tersebut kemudian digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kinerja keuangan koperasi. Dalam hal ini penetapan kinerja keuangan koperasi berpedoman pada pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 14PerM.KUKMXII2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 20PerM.KUKMXI2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam KSP dan Unit Simpan Pinjam USP Koperasi. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat terlihat kinerja keuangan koperasi yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat, atau sangat tidak sehat. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa analisis terhadap kinerja keuangan koperasi sangatlah penting, karena hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi koperasi. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian karya Putri 2013, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kesehatan Koperasi Kredit Makmur di Magelang berdasarkan Peraturan Menteri Negara KUKM Nomor 14PerM.KUKMXII2009 selama tahun 2009 sampai tahun 2011 dapat diketahui predikat tingkat kesehatan koperasi tahun 2009 “kurang sehat”, tahun 2010 “cukup sehat”, dan tahun 2011 “kurang sehat”. Dalam hasil penelitian karya Budiyanto dan Soleh 2013, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kesehatan Koperasi Kartika Kuwera Jaya berdasarkan Peraturan Menteri Negara KUKM Nomor 14PerM.KUKMXII2009 termasuk dalam kategori “cukup sehat”. Selanjutnya hasil penelitian karya Collier, Grai, Haslitt, dan McGowan 2004 juga menyimpulkan bahwa analisis rasio keuangan

Dokumen yang terkait

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan.

30 148 79

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM “KARYA MANDIRI” JEROWARU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA NO. 14/Per/M.KUKM/XII/2009

6 48 19

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM “KARYA MANDIRI” JEROWARU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA NO. 14/Per/M.KUKM/XII/2009

0 3 8

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ”SAPTA USAHA MULYA” DI BEKONANG.

1 4 6

Analisis tingkat kesehatan koperasi berdasarkan peraturan Menteri Negara Koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia nomor 14/Per/M.KUKM/Xii/2009 : studi kasus pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Tani Makmur.

24 172 291

Analisis kinerja keuangan koperasi berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 14 Per M.KUKM XII 2009 studi kasus pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Jogja Sejahtera

11 41 299

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 22 PER M.KUKM IV 2007 TENTANG PEDOMAN PEMERINGKATAN KOPERASI

0 0 8

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) WILAYAH BANYUMAS BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PER/M.KUKM/XII/2009 - repository perpustakaan

0 0 12

ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN LISTER PT. PLN (Persero) BERDASARKAN SURAT PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENGENGAH REPUBLIK INDONESIA NO.14/PER/M.KUKM/XII/2009 - POLSRI REPOSITORY

0 0 15

Analisis tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam berdasar peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.14/Per/M.KUKM/XII/2009 : studi kasus di Koperasi Kredit Makmur Magelang - USD Repository

0 0 210