Analisis Kandungan Ayat QS. An Nisaa’4: 105

yang meyakinkan. Apa yang diperlihatkan Allah itu, bukan terbatas pada memperlihatkan rincian satu hukum kepada Nabi Muhammad SAW., Tetapi juga berarti memperlihatkan rinciannya melalm kaidah-kaidah yang diangkat dari ayat- ayat Al-Qur’an. 3. Asbabun Nuzul Bahwa ada seorang bernama Thumah Ibn Ubairiq yang mencuri perisai tetangganya yang bernama Qatadah Ibn Numan. Perisai itu berada dalam satu kantong yang berisi tepung. Thumah menyembunyikan perisai itu di rumah seorang Yahudi bernama Zaid Ibn As Samin. Rupanya kantong tempat perisai itu bocor. Ketika pemilik perisai mengetahui kehilangan perisainya, dia bertanya kepada Thumah Tetapi dia bersumpah tak tahu menahu. Melalui tetesan tepung mereka menemukan perisai itu di rumah Zaid Ibn As Samin, Yahudi itu. Tentu saja dia menolak tuduhan, bahkan mengatakan Thumalah yang menitipkan perisai itu kepadanya. Beberapa orang Yahudi ikut menjadi saksi kebenaran Zaid. Namun keluarga Thumah mengadu kepada Rasul serta membela Thumah. Rasul hampir terpengaruh oleh dalih-dalih yang dikemukakan mereka sehingga terlintas dalam pikiran beliau, bahkan hampir saja beliau menjatuhkan sanksi kepada si Yahudi, untung ayat ini turun meluruskan apa yang hampir keliru itu.

4. Analisis Kandungan Ayat

QS. An Nisa’4: 105 menegaskan bahwa: Sesungguhnya Kami, yakni Allah melalui malaikat Jibril telah menurunkan kepadamu wahai Muhammad secara khusus satu Kitab yang amat sempurna mengandung tuntunan yang sesuai serta disertai dengan haq, dalam segala aspeknya supaya engkau mengadili antara manusia siapa pun mereka dengan apa yang telah Allah wahyukan, yakni melalui apa yang telah Allah perlihatkan kepadamu dan atau ilhamkan dan tunjukkan pendapat melalui nalarmu, baik yang telah engkau terima maupun yang pasti bakal engkau terima dan janganlah engkau menjadi penantang orang yang tidak bersalah, karena membela para pengkhianat. Karena terlintas dalam benak Nabi saw. niat untuk membela orang-orang yang khianat walau akibat ketidaktahuan dan sangka baik beliau kepada sesama muslim, maka dengan ayat ini Allah memerintahkan; mohonlah ampun kepada Allah. Sebagaimana Allah telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW., untuk berjuang menegakkan keadilan terhadap orang-orang kafir dan munafik, maka perjuangan yang harus ditegakkan juga yakni dari kalangan yang mengaku telah beriman. Jangan duga, bahwa dengan pengakuan keislaman dan keimanan, membuat mereka yang telah mengaku beriman berbeda dengan yang lain dan telah memiliki kekebalan hukum. a. Kebenaran Mutlak Nilai-Nilai Al Qu’an Nilai-nilai agama adalah haq karena nilai-nilai itu selalu mantap tidak dapat diubah- ubah. Sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti, menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan. Nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur’an adalah haq. Ia diturunkan dengan haq dalam arti tidak disentuh oleh kebatilan tidak juga dapat dibatalkan atau dilenyapkan oleh kenyataan. Segala yang berkaitan dengan Al-Qur’an adalah haq. Yang menurunkannya, yaitu Allah, adalah Al Haq yang paling mutlak. Yang membawanya turun, yang menerimanya, cara turunnya, redaksi dan gaya bahasanya, kandungan dan pesan-pesannya, semuanya haq dan benar, tidak boleh diubah dan tidak akan berubah. b. Ijtihad Nabi SAW sebagai Penentu Kebijakan Ayat ini memberikan kepada Rasul Saw., wewenang menetapkan hukum sekaligus kebenaran apa yang beliau putuskan melalui Ijtihad karena beragamnya persoalan, sedang petunjuk Al-Qur’an bersifat global. Hal ini menuntut Nabi Muhammad Saw., untuk mengembangkan tasyri’ menyangkut persoalan pada waktu itu, tentunya dengan prinsip-prinsip yang dalam pada Al-Qur’an. Ijtihad beliau pasti benar, Tetapi ini bukan berarti bahwa rincian ketetapan hukum beliau menyangkut si A misalnya pasti benar, Tetapi yang dimaksud adalah cara dan proses penetapan hukum yang beliau tempuh serta ketetapannya berdasarkan bukti-bukti formal yang dikemukakan oleh yang berselisih serta pengembalian rincian tersebut kepada wahyu Ilahi adalah benar dan haq. Tetapi apakah bukti-bukti yang dikemukakan dan yang menjadi dasar penetapan hukum serta yang dikemukakan oleh yang berselisih pasti benar pula? Belum tentu Jika bukti-bukti yang dikemukakan itu benar, maka hukum yang ditetapkan Rasul secara formal dan material pasti benar, Tetapi jika bukti- bukti itu palsu atau salah satu yang bertikai pandai mengemas alasan sehingga kebatilan dikemas dengan bungkus haq, maka ketika itu putusan Rasul benar dari segi formal Tetapi salah dari segi material. Dalam konteks ini Nabi bersabda: Aku tidak lain hanyalah seorang manusia. Kalian datang kepadaku mengadu dan meminta putusan. Boleh jadi sebagian kamu lebih pandai mengemas alasannya dari yang lain, sehingga aku memutuskan untuknya memenangkannya berdasarkan apa yang aku dengar. Maka siapa yang aku putuskan untuknya padahal itu adalah hak saudaranya yang berselisih dengannya, maka janganlah dia mengambil apa yang aku putuskan, karena sesungguhnya yang demikian itu tidak lain kecuali bagian dari neraka yang aku berikan baginya HR. Bukhari dan Muslim, melalui Ummu Salamah. c. Sikap Ahlul Kitab Terhadap Ajaran Kitab Suci Dalam tradisi Islam, para mufassir senantiasa berpendapat, bahwa istilah Ahlul Kitab merujuk pada dua komunitas: Yahudi dan Nasrani. Dalam perkembangannya, sebagian kalangan mengembangkan pengertian Ahlul Kitab hingga semakin jauh dari apa yang telah dikaji oleh para ulama di masa lalu. Kata mereka, Ahlul Kitab dapat mencakup semua agama yang memiliki kitab suci; atau umat agama-agama besar dan agama kuno yang masih eksis sampai sekarang; seperti golongan Yahudi, Nasrani, Zoroaster; Yahudi, Nasrani, Majusi, Shabi’un, Hindu, Budha, Konghucu, dan Shinto. Dalam pandangan Islam, status Ahlul Kitab menurut Imam Al Ghazali termasuk kategori kufur, yakni mendustakan terhadap Rasulullah Saw., dan ajaran yang dibawanya. Inilah yang dimaksud oleh al-Thabary sebagai ukuran keimanan bagi Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani. Yakni, pembenaran mereka terhadap kenabian Muhammad Saw., dan ajaran yang dibawanya. Lebih jauh Ibn Katsir menyatakan bahwa: “Ukuran keimanan orang-orang Yahudi adalah jika mereka berpegang kepada Taurat dan sunnah Nabi Musa hingga datang periode Nabi Isa. Pada periode Nabi Isa, orang-orang yang berpegang pada Taurat dan sunnah Nabi Musa dan tak mengikuti Nabi Isa, maka mereka akan binasa. Sementara ukuran keimanan orang-orang Nasrani adalah jika berpegang kepada Injil dan syari’at Nabi Isa. Keimanan orang tersebut dapat diterima hingga datang periode Nabi Muhammad Saw. Pada periode Nabi Muhammad Saw., orang yang tidak mengikutinya dan tidak meninggalkan sunnah Nabi Isa dan Kitab Injil, maka binasa”. Uraian ayat di atas, salah satunya adalah menggambarkan keanehan orang- orang yang telah diberi kitab suci yakni di antaranya Ahlul Kitab, yang sesat dan menyesatkan orang lain dan keimanan mereka kepada setan dan berhala, dilanjutkan dengan uraian tentang anehnya sikap mereka yang mengaku percaya kepada kitab yang diturunkan Allah Tetapi mencari hakim selain-Nya. Ini dilanjutkan dengan aneka rincian, menyangkut mereka, serta aneka dalil yang membatalkan dalih mereka, sampai akhirnya perintah untuk menghadapi para pembangkang dengan keampuhan argument dan kekuatan senjata. Tetapi harus juga dingat bahwa tidak seluruh penganut ajaran Ahlul Kitab itu buruk secara sosiologis, sebagai bukti adalah bahwa Nabi juga membela kepentingan seorang Yahudi dengan bersikap adil dengan menyatakan orang tersebut tidak bersalah, karena memang bukti yang diajukan oleh seorang muslim lemah. Salah satu argumen yang dibangun Nabi Saw., menyangkut sikap Ahlul Kitab yang mendustakan risalah Ilahi, seperti diungkap Al-Qur’an dalam QS. Al Maidah5: 59,                      Artinya: “ Katakanlah: Hai ahli Kitab, Apakah kamu memandang Kami salah, hanya lantaran Kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang Fasik ?” 5. Hikmah Kandungan Ayat a. Kerasulan Nabi Muhammad adalah benar adanya, oleh karenanya Rasul Saw., diberi wewenang untuk mengemban misi suci ini melalui pembentukan syari’at yang tidak didapati dalam Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal dengan Hadis Nabi SAW. Sehingga apa yang datang dari nabi menyangkut perkataan, perbuatan dan ketetapanya harus di taati. b. Kengganan Ahlul Kitab mempecayai bahwa apa yang dikatan Muhammad SAW., itu kebenaran adalah karena keangkuhan dan sikap egois yang ditunjukkan sebagai bentuk rasa tidak percaya diri dan bentuk ketakutan akan lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap pribandinya. c. Dalam fungsinya sebagai pemutus perkara hakim sikap dan keputusan yang diambil berdasar fakta yang ada di lapangan, berdasar fakta itulah Nabi SAW., memutus perkara yang timbul di masyarakat dengan kejujuran dan keadilan. Tetapi dengan keterbatasan diri dalam memutus perkara, Allah selalu membimbing sehingga terhindar dari kesalahan. LATIHAN Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang X pada jawaban yang benar 1. Dikatakan dalam surat al-Maidah, 5:6 bahwa ketika seseorang hendak shalat, hendaklah ia berwudlu terlebih dahulu. Dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda, bahwa tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudlu. Fungsi hadis di atas terhadap surat al-Maidah, 5:6 adalah… a. Bayan taqrir b. Bayan tafsir c. Bayan tasyri’ d. Bayan tashwir 2. Terkadang fungsi hadis terhadap Alquran adalah untuk mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapat dalam Alquran. Fungsi ini dinamakan juga dengan bayan za’id ‘ala al-kitab al-karim, yaitu… a. Bayan taqrir b. Bayan tafsir c. Bayan tasyri’ d. Bayan tashwir 3. Di antara tujuan kehadiran Alquran adalah memelihara manusia agar tetap menjadi manusia. Untuk memenuhi tujuan di atas, ulama merumuskan lima tujuan syari’at, yaitu... a. Memelihara agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta b. Memelihara agama, keturunan, keluarga, akal, dan harta c. Memelihara agama, jiwa, keturunan, saudara, dan akal d. Memelihara agama, jiwa, keturunan, keluarga, dan saudara 4. Hadis munqathi’ adalah… a. Hadis karena gugur pada awal sanad b. Hadis karena gugur pada akhir sanad c. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara berturut d. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara tidak berturut 5. Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena gugur sanad, kecuali… a. Hadis mudraj b. Hadis muallaq c. Hadis mursal d. Hadis mu’dlal 6. Hadis dla’if dibagi ke dalam dua macam, yaitu hadis dla’if karena cacat rawi dan hadis dla’if karena gugur sanad. Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena cacat rawi, kecuali… a. Hadis maudlu’ b. Hadis matruk c. Hadis munkar d. Hadis mu’allaq 7. Hadis yang sampai kepada kita, jika dilihat dari adil dan tidak adilnya para rawi dapat dibagi ke dalam dua, yaitu... a. Hadis mutawatir dan hadis ahad b. Hadis maqbul dan hadis mardud c. Hadis masyhur dan hadis ghair masyhur d. Hadis ma’mul dan hadis ghair ma’mul 8. Hadis shahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi dengan beberapa kriteria sanad dan matan sebagai berikut, kecuali... a. Rawinya memiliki hafalan yang sempurna b. Rawinya bersambung dengan rawi lainnya c. Matan hadis tidak janggal d. Matan hadis tidak bertentangan dengan akal Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini 1. Alquran sering didefiniskan sebagai firman Allah yang membacanya adalah ibadah dan berpahala. Sementara dalam Alquran ditemukan banyak sekali ayat yang mengatakan bahwa setiap perbuatan jika diniatkan karena Allah dinilai sebagai ibadah dan berpahala. Berarti bukan hanya membaca Alquran yang dinilai sebagai ibadah dan berpahala, tetapi juga membaca bacaan yang lain semisal hadis dan buku-buku pengetahuan. Bagaimana saudara memahami definisi bahwa membaca Alquran adalah ibadah dan berpahala? 2. Tulis salah satu ayat dari Alquran yang mengatakan bahwa beriman kepada Alquran adalah salah satu tanda orang-orang yang bertaqwa 3. Terjemahkan ayat pada no. 112 di atas 4. Tulis salah satu ayat dari Alquran yang di dalamnya terdapat bacaan alif lam qamariyah, kemudian lingkari atau garis bawahi 5. Setiap hadis adalah khabar dan setiap khabar belum tentu hadis. Bagaimana saudara memahami pernyataan di atas? 6. Tulis salah satu hadis yang di dalamnya terdapat keutamaan mempelajari Alquran 7. Ilmu Sanad dipahami sebagai ilmu yang di dalamnya dibahas periwayatan yang diterima dan ditolak atau ditinggalkan. Berdasarkan pengertian di atas, hadis mutawatir tidak dikatakan sebagai bagian dari ilmu sanad. Jelaskan, kenapa hadis mutawatir tidak dikatakan sebagai bagian dari ilmu sanad 8. Hadis mutawatir dapat dibagi ke dalam dua macam, yaitu hadis mutawatir lafal dan hadis mutawatir makna. Jelaskan, apa perbedaan dari dua hadis mutawatir di atas? 9. Setiap hadis mutawatir wajib untuk diamalkan, tetapi setiap hadis ahad belum tentu wajib untuk diamalkan. Berikan alasan kenapa setiap hadis ahad belum tentu wajib untuk diamalkan? 10. Ada dua hadis yang terlihat tampak bertentangan, yaitu hadis tentang larangan menulis selain Alquran dan anjuran menulis selain Alquran. Tetapi kedua hadis di atas memiliki sanad yang sama kuat. Bagaimana saudara mengkompromikan dua kategori hadis di atas? DAFTAR PUSTAKA Al-Qathan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulumil Quran, Mansyarat Al-‘Ashr Al-Hadts, 1973. Ash Shiddiqy, T.M. Hasby. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1980 Ash Shidiqy, T.M. Hasby. Pengantar Hukum Islam I. Jakarta: Bulan Bintang, 1975. M. Ahmad – M. Mudzakir, Ulumul Hadis. PT. Pustaka Setia, 2000. Muhammad bin Muhammad Abu Syahdah, Al-Madkhal li Dirasat Al-Quran Al-Karim, Kairo: Maktabah As-Sunnah, 1992. Shabuni, Muhammad Ali Ash. Al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, Maktabah al-Ghazali, Damaskuss, 1930 Shalih, Subhi. Ulumul Hadis wa Musthalahuhu, Darl al-Ilm li al-Malayin, Beirut, 1977. hal. Soetari, Endang Ad. Ilmu Hadis. Bandung: Amal Bakti Press, 1994. Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. PT. Mutiara Sumber Widya, 2001. MODUL 5 STRATEGI PEMBELAJARAN A. Peta Konsep

B. Tujuan