Syarat-Syarat Hadis Mutawatir Keadaan Hadis Mutawatir

tujuh ulama besar dalam hadis, yaitu : Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah, dan Imam Ahmad. Hadis dari perspektif jumlah rawi, terdapat dua hadis Mutawatir dan hadis Ahad. 1 Hadis Mutawatir a Pengertian Tarif Hadis Mutawatir Kata mutawatir menurut bahasa lughat ialah mutalabi yang berarti beriring- iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain. Sedangkan menurut istilah, hadis mutawatir adalah suatu hadis yang diriwayatkan sejumlah rawi yang menurut adat mustahil mereka tidak mungkin bersepakat untuk dusta, dan hal tersebut berlaku dari permulaan sanad sanad awal hingga sanad akhir, serta tidak terdapat kejanggalan jumlah pada setiap tingkatan rawi thabaqah. Menurut Muhadditsin, segala berita yang tidak bersandar pada pancaindera, seperti menyifatkan sifat-sifat manusia, baik yang terpuji maupun yang tercela dan segala berita yang diriwayatkan oleh orang banyak tapi mereka berkumpul untuk bersepakat membacakan berita-berita dusta, tidak dapat dikategorikan hadis mutawatir. Secara historis, dalam meriwayatkan sebuah hadis, para perawi diketahui bagaimana cara perawi menerima dan menyampaikan hadis. Ada yang melihat atau mendengar, ada pula yang tidak melalui panca indera, misalnya dengan lafaz yang diberitakan dan sebagainya. Disamping itu dapat diketahui pula banyak atau sedikitnya orang yang meriwayatkan hadis itu. Hal ini, lazim disebut dengan :” Tahammul al-Hadis” Sistem Periwayatan Hadis. Jika jumlah yang meriwayatkan hadis relatif banyak, dan tidak mungkin sepakat melakukan dusta, maka penyampaian hadis seperti itu, dapat dipastikan adalah secara mutawatir.

b. Syarat-Syarat Hadis Mutawatir

1 Hadis yang diberitakan oleh perawi tersebut harus berdasarkan tanggapan melalui panca indera. Yakni berita yang mereka sampaikan itu harus benar-benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri dan benar-benar bukan merupakan hasil pemikiran semata atau rangkuman dari peristiwa-peristiwa lain. 2 Jumlah para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil mereka berdusta. Dalam hal ini para Ulama berbeda pendapat tentang batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat berdusta, yaitu : a Abu Thoyib menentukan minimal 4 orang. Hal ini diqiyaskan dengan jumlah saksi yang diperlukan oleh hakim b Ashabus Syafii menentukan minimal 5 orang. Hal ini diqiyaskan dengan jumlah Nabi yang bergelar Ulul Azmi. c Sebagian ulama menentukan minimal 20 orang. Berdasarkan ketentuan yang telah difirmankan Allah tentang orang mukmin yang tahan uji yang dapat mengalahkan orang kafir sejumlah 200 orang Q.S. Al- Anfal : 65 3 Terdapat keseimbangan jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat lapisan tingkatan pertama hingga tabaqat berikutnya. Kalau suatu hadis diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabiin demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadis mutawatir.

c. Keadaan Hadis Mutawatir

Menurut Muhadditsin, hadis mutawatir memberikan faedah ilmu daruri, yakni keharusan untuk menerima sesuatu yang diberitakan oleh hadis mutawatir secara bulat karena ia membawa keyakinan yang Qothi obsolut, mutlak. Diyakini bahwa Nabi Muhammad benar-benar bersabda atau mengerjakan sesuatu yang diriwayatkan oleh perawi-perawi mutawatir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian terhadap rawi-rawi hadis mutawatir tentang keadilan dan kedlabitannya tidak diperlukan lagi karena kuantitas dan kualitas rawi-rawinya mencapai ketentuan yang dapat menjamin untuk tidak bersepakat berdusta. Oleh karena itu, setiap muslim selayaknya menerima dan mengamalkan semua hadis mutawatir dalam setiap amal-ibadah sehari-hari. 2 Hadis Ahad a Pengertian Tarif Hadis Ahad Hadis Ahad merupakan kebalikan dari hadis Mutawatir. Menurut bahasa lughah, “ahad” artinya satu. Hadis ahad berarti hadis satu atau tunggal. Namun menurut istilah para ulama hadis, hadis ahad adalah suatu hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah rawi hadis mutawatir, baik pemberita itu seorang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak memberi pengertian bahwa hadis tersebut masuk dalam kategori hadis mutawatir. Secara sederhana, hadis ahad adalah suatu hadis vang padanya tidak terkumpul syarat-syarat mutawatir atau hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak mencapai derajat mutawatir. b Keadaan Hadis Ahad Berbeda halnya dengan hadis mutawatir, hadis ahad ini memberi faedah zhanniy. Oleh karena itu masih perlu diadakan penyelidikan terhadap hadis-hadis ini, sehingga dapat diketahui maqbul diterima dan mardudnya ditolak sebagai hujjah. Jika telah dilakukan penelitian, ternyata telah diketahui bahwa hadis tersebut bisa diterima maqbul, maka hadis tersebut wajib diamalkan sebagaimana hadis mutawatir. Tetapi jika sebaliknya, maka hadis tersebut termasuk kategori mardud ditolak. c Klasifikasi Hadis Ahad: 1 Hadis Masyhur Hadis Masyhur seringkali disebut dengan hadis Mustafid. Menurut bahasa lughah, masyhur berarti yang sudah tersebar atau yang sudah populer. Mustafid menurut bahasa juga berarti yang telah tersiartersebar. Sedangkan menurut istilah, hadis masyhurmustafid adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih dan belum mencapai derajat mutawatir. Di antara contoh hadis masyhur adalah: Rasulullah SAW bersabda, Seorang muslim adalah kaum muslim yang tidak terganggu selamat dari lidah dan tangannya. H.R. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi. Menurut hasil penelitian terhadap jumlah rawinya, diketahui bahwa hadis tersebut sejak thabaqah tingkatan pertama tingkatan sahabat Nabi sampai ke tingkat imam-imam yang membukukan hadis dalam hadis ini adalah Bukhari, Muslim, Tirmidzi diriwayatkan oleh tidak kurang dari tiga rawi dalam setiap tingkatan thabaqah. Sekalipun, terdapat ulama yang menyamakan antara hadis masyhur dan mustafid, namun sebagian ulama lain membedakan di antara keduanya. Menurut ulama tersebut, Hadis mustafid adalah hadis yang diriwayatkan oleh empat orang rawi atau lebih dan belum mencapai derajat hadis mutawatir, sedangkan hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi dan juga belum mencapai kategori hadis mutawatir. Jadi terdapat perbedaan jumlah rawi seorang saja. 2 Hadis Aziz Aziz artinya mulia atau kuat. Menurut bahasa hadis aziz ini adalah hadis yang mulia, atau hadis yang kuat, atau hadis yang jarang, karena hadis aziz itu jarang adanya. Tetapi para ulama memberi batasan hadis aziz. Menurut mereka, Hadis aziz adalah hadis yang, diriwayatkan oleh dua orang rawi walaupun dua perawi itu hanya pada satu tingkatan saja, dan setelah itu diriwayatkan oleh beberapa rawi. Di antara contoh hadis `aziz adalah : Rasulullah SAW bersabda, Kita adalah orang-orang yang paling akhir di dunia, paling terdahulu di hari kiamat. H.R. Hudzaifah dan Abu Hurairah Menurut penelitian, Hudzaifah dan Abu Hurairah adalah sahabat Nabi. Walaupun pada tingkatan selanjutnya hadis itu diriwayatkan oleh lebih dari dua orang, namun hadis itu tetap dianggap hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, dan karena itu hadis tersebut termasuk hadis `aziz. 3 Hadis Gharib Gharib artinya asing, terasing atau menyendiri. Hadis gharib menurut bahasa yaitu hadis yang menyendiri atau terpisah dari yang lain. Sedangkan menurut istilah, hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang rawi pada tingkatan maupun sanad. Berdasarkan definsi tersebut, maka jika suatu hadis diriwayatkan oleh seorang sahabat nabi dan pada tingkatan berikutnya diriwayatkan oleh banyak rawi, maka hadis tersebut dipandang sebagai hadis gharib atau hadis yang menyendiri. Di antara contoh hadis gharib adalah : Dari Umar bin Khattab r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya aurat itu hanya memperoleh yang diniatkannya… H.R. Bukhari Muslim, dll. Setelah dilekukan penelitian, sekalipun hadis tersebut diriwayatkan oleh beberapa imam hadis, namun pada tingkatan pertamanya hanya diriwayatkan oleh seorang sahabat nabi yaitu Umar r.a. dan tingkatan kedua juga diriwayatkan oleh seorang tabiin yaitu Al- Qamah. Maka hadis itu dipandang sebagai hadis gharib atau hadis yang menyendiri.

d. Kualitas Hadis Maqbul-Mardud