Kuantitas Hadis Jumlah Rawi

Hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: ﺴلﺎﺴ ﺴﺜ ﺴلﺸﻮُ ِ ﷲﺒ ﻰ ﺴ ﷲﺒ ِﺸﺴﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ُ ﺴﺸﺴﺦﺴ ﺴﺖﺴﺪﺸ ﺴأ ﺸ ﺴ ُةﺴ ﺴ ﱴﺴ ﺴﺄ ﺴﻮﺴﺦﺴﺦ Artinya: Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudhu. Hadis ini men -taqrir ayat al-Quran Surat al-Maidah ayat 6 mengenai keharusan berwudhu ketika seseorang akan mendirikan shalat, yang dimaksud berbunyi: “Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu, kakimu, kedua mata kaki.” b. Bayan At-Tafsir Bayan at-Tafsir adalah memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Quran yang masih mujmal memberikan persyaratan ayat-ayat al-Quran yang masih mutlak dan memberikan penentuan khusus ayat-ayat al-Quran yang masih umum. c. Bayan At-Tasyri Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Quran. Bayan ini disebut juga dengan bayan za’id ala al kitab al- karim. d. Bayan An-Nasakh Kata an-nasakh secara bahasa bermacam-macam arti, bisa berarti al-ibtal membatalkan, al ijalah menghilangkan atau at tahwil memindahkan atau at- taqyir mengubah menurut pendapat yang dapat dipegang, dari Ulama Mutaqaddimin bahwa yang disebut bayan an-nasakh ialah adanya dalil syara’ yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada, karena datangnya kemudian.

3. Pembagian Hadis

Pembagian Hadis dapat dilihat dri 2 dua perspektif, yaitu dari segi kuantitas jumlahrawi dan dari segi kualitas diterima maqbul dan ditolakmardud-nya suatu hadis sebagai hujjahargumentasi. Berikut ini dijelaskan secara rinci.

a. Kuantitas Hadis Jumlah Rawi

Periwayatan sebuah hadis, tidak terlepas dari sedikit dan banyaknya jumlah rawi. Kuantitas jumlah rawi rawi ini, -pada gilirannya- menentukan kualitas hadis, apakah hadis itu, shahih, hasan atau dlaif. Ada banyak rawi yang menjadi periwayat hadis, mulai dari kalangan sahabat, tabi’in, tabiit tabi’in, dan seterusnya sampai pada mudawin. Kodifikasi hadis yang disusun oleh rawi terakhir atau mudawin hadis, jumlahnya sangat banyak. Namun yang sering dijadikan referensi tercatat hadis yang diriwayatkan, di antaranya oleh tujuh ulama besar dalam hadis, yaitu : Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah, dan Imam Ahmad. Hadis dari perspektif jumlah rawi, terdapat dua hadis Mutawatir dan hadis Ahad. 1 Hadis Mutawatir a Pengertian Tarif Hadis Mutawatir Kata mutawatir menurut bahasa lughat ialah mutalabi yang berarti beriring- iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain. Sedangkan menurut istilah, hadis mutawatir adalah suatu hadis yang diriwayatkan sejumlah rawi yang menurut adat mustahil mereka tidak mungkin bersepakat untuk dusta, dan hal tersebut berlaku dari permulaan sanad sanad awal hingga sanad akhir, serta tidak terdapat kejanggalan jumlah pada setiap tingkatan rawi thabaqah. Menurut Muhadditsin, segala berita yang tidak bersandar pada pancaindera, seperti menyifatkan sifat-sifat manusia, baik yang terpuji maupun yang tercela dan segala berita yang diriwayatkan oleh orang banyak tapi mereka berkumpul untuk bersepakat membacakan berita-berita dusta, tidak dapat dikategorikan hadis mutawatir. Secara historis, dalam meriwayatkan sebuah hadis, para perawi diketahui bagaimana cara perawi menerima dan menyampaikan hadis. Ada yang melihat atau mendengar, ada pula yang tidak melalui panca indera, misalnya dengan lafaz yang diberitakan dan sebagainya. Disamping itu dapat diketahui pula banyak atau sedikitnya orang yang meriwayatkan hadis itu. Hal ini, lazim disebut dengan :” Tahammul al-Hadis” Sistem Periwayatan Hadis. Jika jumlah yang meriwayatkan hadis relatif banyak, dan tidak mungkin sepakat melakukan dusta, maka penyampaian hadis seperti itu, dapat dipastikan adalah secara mutawatir.

b. Syarat-Syarat Hadis Mutawatir