METODE PEMBELAJARAN AL-QURAN DAN HADIS

F. METODE PEMBELAJARAN AL-QURAN DAN HADIS

Pembelajaran al-Quran mencakup beberapa hal berikut ini : 1. Bacaan dan tulisan Al-Quran, ditinjau dari segi bacaan, al-Quran diatur tebal tipisnya dan panjang pendeknya. Karena itu dalam proses pembelajaran al-Quran terdapat komponen pokok, prinsip-prinsip dan metode praktis. a. Komponen pokok terdiri dari: gambar bunyi huruf, getaran bunyi makharijul huruf dan ritme bunyi harokat. b. Prinsip-prinsip pengajaran al-Quran, antara lain : 1 . ر تلاب ةقيرطلا artinya metode pengajaran dengan cara bertahap 2 اا اﯩفتا ــصاقم ىــف ةــقيرطلاartinya metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan, bukan pada alat yang digunakan untuk mencapai tujuan 3 دا عتــساا ةــعار ب ةــقيرطلا artinya metode pengajaran dengan memperhatikan kesiapan, kematangan anak didik. 4 حيرــصلا اــكللب ةــقيرطلاartinya metode pengajaran dengan cara menggunakan ucapan yang jelas dan komunikatif. 5 . ةكاح لاب ةقيرطلا artinya metode pengajaran dengan cara meniru. 6 . ةقيرطلااــش لابةھفartinya metode pengajaran dengan cara anak melihat gerak gerik bibir guru. c. Metode praktis pengajaran al-Quran. Secara garis besar metode pengajaran al- Quran di sekolah terdapat dua macam yaitu : 1 ةـــيفرحلا ةـــيدا غبلا ةـــقيرطلا yaitu metode pengajaran dengan cara mengenalkan nama-nama huruf, tanda baca, kemudian dieja. 2 ةيتوــصلا ةــقيرطلا yaitu metode pengajaran dengan cara langsung bunyi bersuara menurut bunyi huruf. 2. Mufrodat al-Quran arti kata melalui terjamah. Pengertian terjamah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Menurut Ali Ash-Shabuni, terjamah al-Quran adalah memindahkan al-Quran ke bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah untuk dibaca orang yang tidak mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah dengan perantaraan terjemah ini. Pada dasarnya terjemah ada dua bagian yaitu : a. Manna Khalil Al-Qoththan Terjamah al-harfiyah yaitu menyalin kata-kata dari bahasa asli ke dalam bahasa yang lain dengan terikat oleh kaidah bahasa aslinya. b. Terjamah manawiyah tafsiriyah yaitu menjelaskan kalimat kepada bahasa lain tanpa terikat dengan kaidah bahasa aslinya 3. Murodul ayat maksudkandungan ayat untuk menjadikan Al-Quran sebagai pedoman manusia diperlukan pemahaman yang benar. Memahami al-Quran dengan benar tidak mudah. Sejarah mencatat ada kosakata al-Quran yang tak dipahami oleh sahabat nabi yaitu Umar bin al-khattab. Menurut riwayat Anas bin Malik pernah ditanya tentang makna Abba di dalam ayat 31 surat abasa. Kemudian menjawab : kita dilarang berberat-berat dan mendalami mendalami sesuatu diluar kemampuan kita. Penegasan Umar ini membuktikan bahwa, tidak semua kosa kata al-Quran dapat difahami oleh para sahabat, sehingga membutuhkan penjelasan dari Nabi Saw. Dari peristiwa itu terdapat dua hal yang menjadi pelajaran yaitu : Pertama; menolak pendapat Ibnu Khaldun yang menyatakan: semua bangsa Arab dapat memahami dan mengetahui makna kosakata dan susunan kalimat al-Quran karena al-Quran tersebut diturunkan berbahasa Arab dan sesuai dengan gaya sastra mereka. Kedua jika seorang guru akan mengajarkan al-Quran berkaitan dengan maksud dan kandungan ayatnya, maka diperlukan pengetahuan yang komprehensif tentang kaidah-kaidah yang berhubungan dengan ilmu tafsir seperti: asbab al-nuzul ayat, nasikh mansukh, qiraat, muhkam mutasyabih, ijaz al-Quran dan lain-lain. Selain itu bebas dari sikap fanatisme terhadap suatu madzhab. Sesuai dengan pendapat Abu al-Ala al-Mawdudi: Barangsiapa yang tak mau membebaskan dari fanatisme madzhab, niscaya tak akan diperolehnya aroma al-Quran. Untuk mengungkap maksud atau kandungan ayat secara garis besar terdapat dua cara yaitu : 1. ارــقلا اــفلا اــعم مــھف artinya memahami makna lafadz-lafadz al-Quran, sesuai dengan kaidah : ببسلا وص ب ا ظفللا وــ عب رــبعلا, yang dijadikan pegangan adalah keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab, 2. ﷲ ارمد نع ايب artinya menjelaskan maksud Allah. Jumhur ulama berpendapat bahwa untuk mengetahui kandungan ayat-ayat al-Quran dengan cara melihat bentuk lafadz, maka yang dijadikan pegangan adalah lafal umum atau kaidah yang pertama. Sebagai contoh : Q.S. al-Maidah5 38 : ِ ﺦ ﺒ ﺴ ﱢ ًﺎﺴﺴ ﺎﺴﺴ ﺴ ﺎﺴِ ًﺌﺒﺴﺰﺴ ﺎﺴُﻬﺴﺦِﺪﺸﺴأ ﺒﻮُﺴ ﺸﺎﺴ ُﺔﺴِﺜﺎ ﺒﺴو ُﺨِﺜﺎ ﺒﺴو ◌ ﺲ ِ ﺴ ﺲﺰِﺰﺴ ُﺦ ﺒﺴو ﺼ٨ Artinya :Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ayat tersebut menggunakan lafal am yang berarti berlaku umum, tidak hanya tertuju kepada yang menjadi sebab turunnya ayat. Sebagian ulama berpendapat bahwa, untuk mengetahui maksud Allah adalah dengan memperhatikan suatu peristiwa hubungan kausal yang melatarbelakanginya, ini berdasarkan kaidah : ﺠﻮ ةﱪ ﺒ ﺒ مﻮ ﺒ yang dijadikan pegangan adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafadz. Contoh al-Quran surah al-Baqarah2: 115 ُبِﺮﺸ ﺴﺸﺒﺴو ُﺨِﺮﺸ ﺴﺸﺒ ِﺦ ِﺴو ◌ ِ ﺦ ﺒ ُ ﺸ ﺴو ﺴﺴﺦ ﺒﻮ ﺴﻮُﺦ ﺎﺴﺴﺸﺦﺴﺄﺴ ◌ ﺒ نِﺐ ﺲ ِﺴ ﺲ ِﺒﺴو ﺴﺦ ١١ﺾ Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui. Jika hanya berpegang pada lafadz ayat maka hukum yang dipahami dari ayat tersebut ialah tidak wajib menghadap kiblat pada waktu shalat, baik dalam keadaan musafir maupun tidak. Pemahaman seperti itu jelas keliru, akan tetapi dengan memperhatikan asbab al-nuzul ayat tersebut, maka dipahami bahwa ayat itu bukan ditujukan kepada orang-orang yang berada pada kondisi biasa, akan tetapi kepada orang-orang yang karena dalam keadaan di dalam kendaraan. 4. Tafsir al-Quran Secara konseptual praktikal, terdapat minimal 2 dua macam metode untuk mengajarkan al-Quran, yaitu : 1. Menjelaskan menurut urutan ayat-ayat al-Quran dan surat-suratnya yang sudah populer. Mula-mula dijelaskan mufrodat kata-kata, lalu dihubungkan ayat-ayat dan diterangkan arti ayat-ayat tersebut. Cara ini biasanya tergantung kepada keahlian seorang guru. Guru yang mempunyai kecenderungan pada ilmu balaghah akan mementingkan ilmu balaghah dalam penjelasannya, guru yang condong pada ilmu nahwu dan sharaf akan mementingkan di dalam penjelasannya tentang irab kalimat. Guru yang mempunyai kegemaran dalam hal sejarah akan memasukkan cerita-cerita dan dongeng-dongeng dalam penjelasannya. Bagi guru yang berjiwa filsafat lebih senang membahas masalah alam dalam penjelasan tafsirnya. Sedangkan bagi guru yang berkecimpung dalam ilmu kalam atau fiqh akan terpengaruh penjelasannya oleh bidang masing-masing, dan seterusnya. 2. Menjelaskan ayat-ayat al-Quran dengan cara mengumpulkan semua ayat-ayat yang bertalian dengan sesuatu, persoalan, lalu dihadapinyalah semua ayat itu sebagai bahan yang akan dianalisa dan dipahami artinya. Diketahuinya hubungan ayat-ayat satu sama lain hingga tampaklah dengan jelas maksud dan tujuan yang dikandung ayat-ayat itu, sehingga berhubungan dengan persoalan. Dengan demikian ia telah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, ia tidak meletakkan sesuatu ayat pada pengertian yang tidak sesuai. Cara ini memberi keleluasaan bagi seseorang untuk membahas masalah-masalah praktis yang sesuai dengan jurusan masing-masing sekolah. Tiap masalah berdiri sendiri, tidak bercampur aduk dengan lainnya, sehingga orang dapat mengetahui kandungan al-Quran dengan jelas, begitu pula mengetahui pertalian al-Quran dengan soal-soal kehidupan sehari- hari. Misalnya: proses penciptaan manusia, alam, kemasyarakatan sosial dan lain-lain. Kemudian ada lagi metode-metode para mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an yaitu : metode maudu’i tematik, metode tahlili analisis, metode muqaran perbandingan dan metode ijmali gelobal.

G. I N D I KATOR PEM BELAJARAN QU RAN H AD I S