Cara Menampilkan Sikap Ikhlas Beribadah dalam Kehidupan Sehari-hari

Kata ءافنح hunafa’ adalah berbentuk jamak dari kata mufrod فينح hanif yang biasa diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatukebajikan. Agama Islam disebut juga sebagai agama hanif karena posisinya yang lurus berada di tengah-tengah. Artinya, tidak cenderung pada materialisme dan mengabaikan yang spiritual atau sebaliknya. Penyebutan shalat dan zakat secara khusus mempunyai arti akan pentingnya menjalin hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.

3. Hadis

Dalam hadis di atas rasulullah menjelaskan bahwa setiap kita dalam berbuat, melakukan sesuatu atau beribadah akan dilihat oleh Allah dari niat ikhlas kita dalam melakukannya. Allah tidak melihat penampilan kita, dalam arti rupa dan bentuk badanjasad kita, melainkan Allah akan melihat dan memperhatikan sejauh mana tingkat keikhlasan kita dalam melakukan sesuatu atau beribadah kepada-nya. Niat dan ikhlas dalam beramalberibadah dalam Islam merupakan pilar utama dalam ibadah bahkan menjadi ruhnya ibadah. Hal tersebut disebabkan karena amal seorang mukmin baru akan bernilai ibadah yang diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat : niat ikhlash karena Allah dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Para ulama meyakini bahwa niat ikhlas amal batin lebih utama dari amal lahir perbuatan, meskipun kedua-duanya mutlaq diperlukan adanya. Niat artinya bermaksud, berkeinginan, atau bertekad. Ia merupakan amalan batin atau hati, yang karenanya tidak harus dilafadzkan. Sementara ikhlas artinya menjadikan Allah sebagai niat utama, tujuan utama, atau sebab utama dalam melakukan suatu amal.

C. Cara Menampilkan Sikap Ikhlas Beribadah dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Buruk sangka terhadap diri sendiri dan tidak berbangga dengan keberhasilan. Allah berfirman: ”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” Maksudnya, karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian sedekah-sedekah yang mereka berikan dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan. 2. Tidak adanya perubahan sikap, ketika dipuji maupun dicela atas amal yang telah ia lakukan, karena ia memang hanya mengharapkan ridha Allah semata, dan karenanya tidak pernah mengharapkan pujian seseorang atau takut akan celaannya. Seorang yang diberi taufik oleh Allah ta’ala tidaklah terpengaruh oleh pujian manusia apabila mereka memujinya atas kebaikan yang telah dilakukannya. Apabila dia mengerjakan ketaatan, maka pujian yang dilontarkan oleh manusia hanya akan menambah ketawadhu’an dan rasa takut kepada Allah. Dia yakin bahwa pujian manusia kepada dirinya merupakan fitnah baginya, sehingga dia pun berdo’a kepada Allah ta’ala agar menyelamatkan dirinya dari fitnah tersebut. Dia tahu bahwa hanya Allah semata, yang pujian-Nya bermanfaat dan celaan-Nya semata yang mampu memudharatkan hamba. 3. Lebih senang untuk menyembunyikan amal baiknya, karena takut riya’. Namun tidak kemudian karena takut riya’ lalu justru meninggalkan suatu amalan kebaikan. Sebab barangsiapa berbuat demikian maka ia secara tidak sadar sebenarnya tidak ikhlas juga. Amal yang tersembunyi dengan syarat memang amal tersebut patut disembunyikan, lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut merupakan indikasi kuat bahwa amal tersebut dikerjakan dengan ikhlas. Seorang mukhlis yang jujur senang menyembunyikan berbagai kebaikannya sebagaimana dia suka apabila keburukannya tidak terkuak. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah ta’ala dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. mereka adalah seorang pemimpin yang adil; seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah; seorang pria yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas kecintaan kepada-Nya; seorang pria yang diajak berbuat tidak senonoh oleh seorang wanita yang cantik, namun pria tersebut mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seorang pria yang bersedekah kemudian dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu aa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya; seorang pria yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya berlinang.” Muttafaqun ‘alaihi. 4. Melihat Amal Orang Shalih yang Berada di Atas Kita Janganlah anda memperhatikan amalan orang yang sezaman denganmu, yaitu orang berada di bawahmu dalam hal berbuat kebaikan. Perhatikan dan jadikanlah para nabi dan orang shalih terdahulu sebagai panutan anda. Allah ta’ala berfirman, ﺴأ ﺸ ُ ِِﺪﺴﺸﺦﺒ ُ ُﺒﺴﺪُﻬِﺴ ُ ﺒ ىﺴﺪﺴ ﺴ ِﺬﺒ ﺴ ِﺴوُأ ﺴﲔِﺴﺎﺴﺸِ ىﺴﺮﺸِﺛ ِﺐ ﺴﻮُ ﺸنِﺐ ﺒًﺮﺸ ﺴأ ِﺸﺴﺴ ﺸ ُ ُﺴﺄﺸ Artinya “Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan Al-Quran. Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” QS. Al-An’am6: 90. 5. Menganggap Remeh Amal Penyakit yang sering melanda hamba adalah ridha puas dengan dirinya. Setiap orang yang memandang dirinya sendiri dengan pandangan ridha, maka hal itu akan membinasakannya. Setiap orang yang ujub akan amal yang telah dikerjakannya, maka keikhlasan sangat sedikit menyertai amalannya, atau bahkan tidak ada sama sekali keikhlasan dalam amalnya, dan bisa jadi amal shalih yang telah dikerjakan tidak bernila DEMOKRASI A. Mengartikan QS. Ali Imraan3: 159 dan QS. Asy-Syuura42: 38 1. QS. Ali Imraan3 : 159 ﺸ ُﻬﺸﺦﺴ ُ ﺸ ﺎﺴ ﺴ ِﺸﻮﺴ ﺸ ِ ﺒﻮ ﺴﺸﺦ ِ ﺸﺴﺸﺒ ﺴ ِﺴ ﺎّ ﺴ ﺴ ﺸُ ﺸﻮﺴﺴو ﺸُﺴ ﺴ ﺸِ ِ ﺒ ﺴ ِ ﺳﺔﺴﺸﲪﺴﺜ ﺎﺴِﺴ ﺸُﺴ ﺸﺮِﺸ ﺴﺦﺸ ﺒﺴو ِ ﺸ ُﺸﺜِوﺎﺴ ﺴو ﺴﲔِﱢﺴﻮﺴﺦُﺸﺒ ُِ ﺴ ﺒ نِﺐ ِ ﺒ ﻰﺴﺴ ﺸ ﺴﻮﺴﺦﺴﺦ ﺴ ﺸﺴﺰﺴ ﺒﺴﺛِﺈﺴ ِﺮﺸﻷﺒ ١ﺾﻂ Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” QS. Ali Imran3: 159

2. QS. Asy-Syuura42: 38

ﺸ ﺒ ﺴ ِﺬ ﺒﺴو ﺴنﻮُِﺸُﺦ ﺸ ُﺎﺴﺸﺦﺴزﺴﺜ ﺎ ِﺴو ﺸ ُﻬﺴﺦﺸﺦﺴﺦ ىﺴﺜﻮُ ﺸ ُُﺮﺸﺴأﺴو ﺴة ﺒ ﺒﻮُﺎﺴﺴأﺴو ﺸِﱢﺴﺮِ ﺒﻮُﺎﺴ ﺴ ﺼ٨ Artinya: “Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” QS. Asy-Syura42: 38

B. Menjelaskan Kandungan Qs. Ali Imraan2 : 159 Dan Qs. Asy-Syuura : 38