Peranan Ulama dan Wali dalam Penyebaran Islam

148 Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah Kelas VII Terdapat beberapa sumber sejarah yang menceritakan penyebaran Islam di Indonesia, di antaranya sebagai berikut. a. Dinasti Tang; Dinasti Tang dari Cina bahwa pada abad ke-7 M, telah ada permukiman pedagang Arab di Baros, kota kecil di pantai barat laut Sumatra. b. Catatan Marcopolo; Pada akhir abad ke-13 M terdapat masyarakat Muslim di Perlak. c. Tulisan pada batu Nisan di Leran, Gresik, yang memberitakan wafatnya seorang wanita Muslim bernama Fatimah Binti Maemun sekitar abad ke-11M. d. Suma Oriental dari Tome Pires, penyebaran agama Islam sudah ada di daerah Sumatra, Kalimantan, Jawa, sampai Maluku sekitar abad ke-16 M.

2. Peranan Ulama dan Wali dalam Penyebaran Islam

Selain para pedagang, masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia juga dilakukan oleh para ulama dan wali. Mereka menyebarkan Islam melalui langgar, surau, atau madrasah. Setiap daerah yang mereka lewati senantiasa didirikan pusat-pusat pendidikan Islam berupa surau atau madrasah. Di tempat tersebut, penduduk sekitar khususnya pemuda dididik ajaran Islam. Terdapat beberapa madrasah yang cukup dikenal dalam sejarah, di antaranya madrasah di Kudus, Tuban, dan Demak. Di tanah Jawa pada abad ke-17 dikenal ada Walisongo atau Walisanga. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Buddha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun, peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa. Juga, pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibandingkan yang lain. Tahukah kamu arti Wali songo? Terdapat beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat Sunan Ampel pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan Pangeran Bintara; Makhdum Ibrahim Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel; Qasim Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel; Usman Haji Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus; Raden Ainul Yaqin Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq; Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah Pangeran Tumapel dan Raden Mahmud. Di unduh dari : Bukupaket.com 149 Bab IX Perkembangan Agama, Kebudayaan, Politik, dan Pemerintahan Kerajaan-Kerajaan yang Bercorak Islam serta Peninggalannya Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai siapa saja yang termasuk sebagai Walisongo, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu: a. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, b. Sunan Ampel atau Raden Rahmat, c. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim, d. Sunan Drajat atau Raden Qasim, e. Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq, f. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin, g. Sunan Kalijaga atau Raden Said, h. Sunan Muria atau Raden Umar Said, i. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah . Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun, satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, jika tidak dalam ikatan darah juga karena pernikahan atau dalam hubungan guru-murid. Mereka adalah intelektual yang menjadi pembaru masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga perdagangan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, dan Tiongkok. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16.

1. Kerajaan Samudra Pasai