Teori Ksatria Teori Waisya Teori Brahmana Kerajaan Kutai Kerajaan Sriwijaya

136 Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah Kelas VII Agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia berasal dari India dan Cina, menurut seorang penjelajah Cina bernama Fa Hsien ketika perjalanan pulang ke Cina setelah menetap selama 12 tahun di India. Dia singgah di Jawa selama 5 bulan dari Desember 412 sampai Mei 413 bersama 100 orang rombongannya. Catatan lain yang dicatat oleh seorang pangeran dari Kashmir bernama Gunawarmma yang pernah tinggal di Jawa menunjukkan bahwa pengaruh kebudayaan India atau Cina masuk melalui hubungan perdagangan antara Indonesia dan negeri-negeri yang ada di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur. Terdapat empat teori yang menjelaskan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia sebagai berikut.

1. Teori Ksatria

Teori ini dikemukakan oleh Prof. Dr. J.I. Moens yang mengungkapkan bahwa Indonesia pernah mengalami penjajahan bangsa India dan yang menaklukkannya adalah golongan ksatria. Karena itu, melalui proses penjajahan tersebut, budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia.

2. Teori Waisya

Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom yang mengungkapkan bahwa golongan pedagang memiliki peranan dalam menyebarkan kebudayaan India di Indonesia melalui perkawinan antara pedagang dan wanita Indonesia.

3. Teori Brahmana

Teori ini dikemukakan oleh Van Leur sebagai reaksi terhadap teori Ksatria dan Waisya. Menurut teori ini yang paling berperan dalam penyebaran Hindu-Buddha ke Indonesia adalah golongan brahmanapendeta yang datang atas undangan bangsa Indonesia untuk menyebarkan agama Hindu-Buddha.

4. Teori Arus Balik

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch bahwa banyak orang Indonesia yang sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Setelah kembali ke Indonesia, mereka menyebarkan agama tersebut. Agama Hindu merupakan agama yang pertama kali masuk ke wilayah Indonesia. Berdasarkan bukti-bukti sejarah diperoleh informasi bahwa masuknya Hindu ke Indonesia pada abad ke-5 M. Di antara buktinya diperoleh dari prasasti Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat yang ditemukan menggunakan bahasa

B. WILAYAH PENYEBARAN AGAMA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA

Di unduh dari : Bukupaket.com 137 Bab VIII Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada Masa Hindu-Buddha Pallawa dari India Selatan. Hal tersebut menandakan bahwa pengaruh agama Hindu mulai menyebar dan dipakai di wilayah Indonesia. Adapun Informasi dan bukti permulaan masuknya agama Buddha ke Indonesia dapat dilihat dari beberapa patung Buddha yang ditemukan di beberapa tempat di Indonesia, di antaranya yang ditemukan di Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Patung-patung Buddha yang ditemukan mirip dengan Kesenian Amarawati dari India Selatan yang bercirikan mengenakan jubah sederhana menutupi pundak sebelah kiri seperti halnya seorang pendeta. Tidak semua wilayah Indonesia mendapat pengaruh dari agama Hindu-Buddha. Di antara daerah yang tidak ikut terpengaruh adalah wilayah Maluku, Irian Jaya, dan sebagian wilayah Nusa Tenggara.

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai disebut juga Kerajaan Kutai Martadipura Martapura merupakan kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di daerah Kutai Kalimantan Timur. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Dalam prasasti Yupa disebutkan bahwa Kudunggalah pendiri kerajaan ini sehingga ia disebut wamsakarta. Setelah Kudungga, Kerajaan Kutai dipimpin oleh Aswawarman dan diteruskan oleh Mulawarman. Pada zaman Mulawarman inilah Kerjaan Kutai mengalami puncak kejayaan. Ia termasyhur pernah menyedekahkan 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana. Untuk memperingati hal itu, para Brahmana mencatatnya dalam prasasti Yupa. Pada abad ke-16, kerajaan Hindu tertua di Nusantara ini takluk dari Kerajaan Kutai Kartanegara. Dalam peperangan tersebut, Raja Kutai Martadipura terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

2. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan bercorak Hindu yang terletak di Jawa Barat. Kerajaan ini diperkirakan berkembang antara 400-600 M. Salah seorang rajanya yang terkenalnya bernama Purnawarman. Pengaruh India melalui penggunaan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa dalam kehidupan kerajaan ini sangat kuat, khususnya dalam kehidupan keraton. Terdapat tujuh prasasti yang dapat menjadi sumber informasi kehidupan pada zaman Kerajaan Tarumanegara sebagai berikut. a. Prasasti Ciaruteun di Bogor. b. Prasasti Kebon Kopi di Bogor. c. Prasasti Jambu di Bogor.

C. KERAJAAN-KERAJAAN INDONESIA YANG BERCORAK HINDU-BUDDHA DAN PENINGGALANNYA

Di unduh dari : Bukupaket.com 138 Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah Kelas VII d. Prasasti Muara Cianten di Bogor. e. Prasasti Tugu di Bekasi. f. Prasasti pasir Awi di Leuwiliang. g. Prasasti Munjul di Banten. Pada masa kekuasaan Raja Purnawarman, kerajaan ini sering mendapat kunjungan dari penjelajah asing. Salah seorang di antaranya adalah Fa Hsien yang datang ke kerajaan ini pada abad ke-5 M. Berita dari Cina pada masa pemerintahan Dinasti Tang dan Sung menyebutkan sebuah kerajaan bernama To-lo-mo, sering mengirimkan utusannya ke Cina untuk menghadap kaisar. Kemungkinan besar kerajaan tersebut adalah Kerajaan Taruma karena berdasarkan ejaan Cina, To-lo-mo berarti Taruma.

3. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang besar dan makmur karena letaknya yang strategis berada di jalur pelayaran dan perdagangan internasional sehingga semua kapal dagang yang mengadakan pelayaran dari Cina ke India atau sebaliknya singgah di bandar-bandar Sriwijaya. Melalui penguasaan jalur perdagangan dan pelayaran internasional serta peran aktifnya dalam perdagangan internasional, maka Kerajaan Sriwijaya memperoleh kejayaan di kawasan Asia Tenggara Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 M menempati wilayah Sumatra dan semenanjung Malaysia. Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada abad ke-8 M dan ke-9M, pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa dari Dinasti Syailendra. Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya agama Hindu dan kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu mengurus perdagangan dan penaklukan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9. Pada masa yang sama, agama Islam memasuki Sumatra termasuk Aceh yang telah disebarkan melalui perhubungan dengan pedagang Arab dan India. Pada tahun 1414 pangeran terakhir Sriwijaya, Parameswara, memeluk agama Islam dan berhijrah ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kesultanan Melaka. Agama Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan di pelosok kepulauan Melayu, dan Palembang menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pada tahun 1017, 1025, dan 1068, Sriwijaya telah diserbu Raja Chola dari kerajaan Colamandala India yang mengakibatkan hancurnya jalur perdagangan. Pada serangan kedua tahun 1025, Raja Sri Sanggramawidjaja Tungadewa ditawan. Pada masa itu juga, Sriwijaya telah kehilangan monopoli atas lalu lintas perdagangan Tiongkok-India. Akibatnya, kemegahan Sriwijaya menurun. Kerajaan Singosari yang berada di bawah naungan Sriwijaya melepaskan diri. Pada tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi, yang dahulunya berada di bawah naungan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya taklukannya. Kekuatan kerajaan Melayu Jambi berlangsung hingga dua abad sebelum akhirnya melemah dan takluk di bawah Majapahit Di unduh dari : Bukupaket.com 139 Bab VIII Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada Masa Hindu-Buddha

4. Kerajaan Mataram Kuno