25
Bab II Zaman Pra-Aksara di Indonesia
Di daerah Ngandong juga ditemukan alat-alat lain berupa alat-alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes terbuat dari batu biasa dan ada
juga yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes, perhatikan gambar berikut ini.
Gambar 2.5 Flakes dari Sangiran.
Sumber: www.wikipedia.org
Alat yang bernama flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Fungsinya seperti pisau pada
masa sekarang. Flakes ditemukan di daerah-daerah seperti Sangiran, Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong, Mangeruda Flores, Cabbenge Sulawesi, Wangka,
Soa, Lahat Sumatra, dan Batturing Sumbawa.
Temuan arkeologis pada zaman Paleolithikum didukung oleh temuan manusia purba sebagai berikut.
1 Meganthropus Palaeojavanicus,
manusia purba ini dianggap sebagai manusia tertua yang hidup di Jawa kira-kira 2-1 juta tahun yang lalu. Rahangnya mirip kera
diperkirakan terus berevolusi. Fosil manusia yang memiliki rahang besar ini ditemukan pada 1941 di Desa Sangiran, lembah Sungai Bengawan Solo oleh Von Koenigswald.
2 Pithecanthropus Robustus
dan Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan 1936 di lembah Kali Berantas oleh Von Koenigswald.
3 Pithecanthropus Erectus
ditemukan 1890 di Desa Trinil, lembah Bengawan Solo oleh E. Dubois.
4 Homo Soloensis
dan Homo Wajakensis ditemukan antara 1931-1934 di Solo dan Wajak.
Di unduh dari : Bukupaket.com
26
Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah Kelas VII
b. Zaman Mesolithikum
Mesolithikum berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah. Ciri kebudayaan Mesolithikum
tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum. Namun pada masa Mesolithikum, manusia yang hidup sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum sangat
menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger
dan Abris sous Roche.
Gambar 2.6 Pebble.
Sumber: www.wikipedia.org
Kjokkenmoddinger yaitu istilah yang berasal dari bahasa Denmark, yaitu kjokken
artinya dapur dan modding artinya sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Kjokkenmoddinger dapat diartikan juga timbunan atau tumpukan
kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah menjadi fosil. Kjokkenmoddinger
ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra, yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut, menunjukkan bahwa manusia purba
yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V.Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak ditemukan kapak
genggam yang ternyata berbeda dengan chopper, yakni kapak genggam Palaeolithikum.
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble
atau kapak Sumatra sesuai dengan lokasi penemuannya, yaitu di Pulau Sumatra. Pebble
bentuknya dapat dikatakan sudah agak sempurna dan sudah mulai halus. Bahan untuk membuatnya berasal dari batu kali yang dipecah-pecah. Selain pebble dalam
Kjokkenmoddinger juga ditemukan sejenis kapak, tetapi bentuknya pendek seperti
setengah lingkaran yang disebut dengan Hache Courte atau kapak pendek. Di dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan fosil manusia yang berupa tulang
belulang, pecahan tengkorak dan gigi. Meskipun tulang-tulang tersebut tidak memberikan gambaran yang lengkap, dari hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa manusia yang
hidup pada masa Mesolithikum adalah jenis Homo Sapiens.
Selain Kjokkenmoddinger, ciri lain yang sangat menonjol dari zaman Mesolithikum
seperti yang disebut di atas adalah Abris sous Roche. Abris Sous Roche adalah gua-gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi
sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan tahun 1928 – 1931 oleh Dr. Van Stein Callenfels di gua
Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur.
Di unduh dari : Bukupaket.com
27
Bab II Zaman Pra-Aksara di Indonesia