Pembuatan Alat Peraga Produksi Alat Peraga Montessori untuk Perkalian

45 peraga juga dilengkapi dengan foto-foto penggunaan alat peraga. Hal tersebut bertujuan untuk lebih memperjelas dalam menggunakan alat peraga. Album alat peraga nantinya dicetak dalam kertas HVS 80 gr kemudian dijilid dalam bentuk buku.

4.3.2 Pembuatan Alat Peraga

Alat peraga papan perkalian yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari papan perkalian, kancing perkalian, tanda panah, kelengkapan alat peraga, kotak penyimpanan alat peraga, kotak kartu soal, dan album alat peraga. Pada proses pembuatan alat peraga tersebut, terdapat beberapa alat yang dikerjakan oleh tukang dan pengrajin kayu karena kerumitan dalam pembuatan alat peraga tersebut. Papan perkalian dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran pada desain. Secara umum pembuatan papan perkalian terdiri dari enam tahap, yaitu 1 pemotongan papan dan penempelan pola, 2 pelubangan pada papan bagian atas sesuai dengan pola, 3 penggabungan papan bagian atas dengan papan bagian bawah, 4 penghalusan papan, 5 pemlituran, dan 6 pengeringan di bawah sinar matahari. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu ketepeng. Penggunaan jenis kayu tersebut tidak sesuai dengan yang ada dalam desain karena kelangkaan kayu pinus dan harganya yang mahal. Pembuatan papan perkalian dikerjakan oleh seorang tukang kayu yang berada di daerah Pandak, Bantul, Yogyakarta. Pengrajin tersebut membuat papan perkalian sesuai dengan desain yang dibuat oleh peneliti. Kancing perkalian dibuat dengan menggunakan bahan dasar tempurung kelapa muda. Secara umum pembuatan kancing perkalian terdiri dari delapan tahap, yaitu 1 pembersihan tempurung kelapa, 2 pengeringan tempurung kelapa di bawah sinar matahari dengan tujuan agar tidak berjamur atau membusuk, 3 pencetakan tempurung kelapa dalam bentuk lingkaran menggunakan mesin pencetak, 4 penyempurnaan bentuk lingkaran dan membersihkan sabut-sabut kelapa menggunakan mesin bubut, 5 penggabungan dua buah kancing menjadi satu kancing menggunakan lem, 6 pembuatan lubang kancing dan penghalusan kembali menggunakan mesin, 7 pewarnaan kancing perkalian dengan cat kayu berwarna merah, dan 8 pengeringan di bawah sinar 46 matahari. Kancing perkalian berukuran diameter 2,5 cm dengan ketebalan 0,2 cm. Ukuran diameter kancing tidak sesuai dengan yang ada pada desain karena ukuran 2 cm masih terlalu kecil untuk dipegang oleh anak. Penggabungan dua buah kancing menjadi satu kancing yang tebal juga dilakukan dengan tujuan agar siswa mudah untuk memegangnya. Pemilihan warna kancing perkalian dilakukan melalui wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 11 siswa kelas II. Peneliti memberikan pilihan yang terdiri dari sebuah kancing yang belum dicat, kancing yang sudah dicat dengan warna merah, kuning, dan hijau. Berdasarkan pilihan dari 11 siswa tersebut diperoleh hasil bahwa warna merah menjadi warna yang dominan dipilih. Kancing perkalian dikerjakan oleh pengrajin kancing tempurung kelapa di daerah Nitikan, Bantul, Yogyakarta. Pengecatan kancing perkalian dilakukan oleh tukang cat yang berada di daerah Pandak, Bantul, Yogyakarta. Tanda panah terbuat dari kayu durian dengan ukuran dan warna yang sesuai dengan yang ada pada desain. Jenis kayu tersebut menjadi alternatif pilihan kedua setelah kayu pinus karena beratnya yang cukup ringan dan mudah untuk dibentuk menjadi tanda panah. Secara umum proses pembuatan tanda panah terdiri dari lima tahap, yaitu 1 pemasangan pola tanda panah pada papan, 2 pemotongan kayu sesuai dengan pola, 3 penghalusan tanda panah, 4 pewarnaan menggunakan cat kayu warna merah yang sama dengan warna kancing perkalian, dan 5 pengeringan melalui penjemuran di bawah sinar matahari. Jumlah tanda panah yang dibuat sebanyak 4 buah, 2 buah yang digunakan dalam papan perkalian dan 2 buah untuk cadangan. Pembuatan tanda panah bersamaan dengan pembuatan kotak penyimpanan alat peraga yang dikerjakan oleh salah satu pengrajin kayu yang berada di daerah Sleman, Yogyakarta. Kelengkapan alat peraga terdiri dari kartu bilangan, kartu simbol x dan =, serta kartu soal. Seluruh kelengkapan alat peraga tersebut dibuat oleh peneliti menggunakan program Microsoft Word dengan ukuran dan warna yang sesuai pada desain. Jenis huruf yang digunakan untuk kartu bilangan adalah Raavi dengan ukuran 36. Soal-soal yang terdapat pada kartu soal dibuat dengan menggunakan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran huruf 16. Jenis kertas yang digunakan untuk mencetak kelengkapan alat peraga adalah kertas ivory yang paling tebal. Kartu bilangan satuan dan bilangan 100 dicetak sebanyak 47 2 set yang disesuaikan dengan kebutuhan. Jumlah kartu simbol x dan = yang dicetak masing-masing sebanyak dua simbol dengan adanya cadangan satu kartu. Kotak penyimpanan alat peraga dan kotak kartu dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran pada desain yang dirancang oleh peneliti. Jenis kayu yang digunakan untuk membuat kotak-kotak tersebut sama dengan jenis kayu yang dibuat untuk membuat tanda panah, yaitu kayu durian. Kayu durian dipilih karena kualitasnya yang baik, berat kayu yang cukup ringan bagi anak, dan mudah untuk diproses. Secara umum proses pembuatan kotak-kotak tersebut terdiri dari empat tahap, yaitu 1 pemotongan papan sesuai dengan ukuran, 2 pemasangan potongan-potongan papan menjadi kotak, 3 pemlituran kotak, dan 4 pengeringan kotak yang sudah diplitur di bawah sinar matahari. Album alat peraga dibuat sesuai dengan desain yang ada dan dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 97. Materi yang terdapat dalam album tersebut terdiri dari pengenalan alat peraga, pengenalan konsep perkalian, latihan perkalian menggunakan bilangan pengali 1-5 tanpa menggunakan kartu soal 1 soal, latihan perkalian menggunakan bilangan pengali 6-10 tanpa menggunakan kartu soal 1 soal, latihan perkalian menggunakan bilangan pengali 1-5 menggunakan kartu soal 1 soal, dan latihan perkalian menggunakan bilangan pengali 6-10 menggunakan kartu soal 1 soal. Album alat peraga dicetak dalam kertas HVS 80 gr kemudian dijilid dalam bentuk buku.

4.4 Validasi dan Revisi Produk

Validasi produk dilakukan oleh pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru kelas II SD Krekah Yogyakarta. Validasi dilakukan dengan adanya presentasi dan simulasi alat peraga di hadapan para ahli. Validasi produk dilakukan untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan. Validasi ini menggunakan pedoman penyekoran skala lima menurut Sukardjo 2008:101 peneliti menghilangkan dalam seperti dalam tabel 4.1. Pada pelaksanaannya, peneliti menghilangkan skor 3 dengan tujuan untuk mendapatkan penilaian yang objektif. Para ahli dapat memberikan skor 1 atau 2 apabila kualitas alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti kurang baik dan skor 4 atau 5 apabila kualitas alat yang dikembangkan oleh peneliti baik.