Pengembangan Alat Peraga Perkalian

17 yang cukup luas pada moral serta mentalnya. Dalam masa tersebut anak juga belajar untuk mengenal budaya, dan menampilkan kekuatan fisik dalam dirinya. Interaksi sosial anak berkembang dengan adanya perubahan dari sikap individual menjadi lebih berkelompok dengan teman sebayanya. Dalam kelompok tersebut anak lebih mengeksplor hal-hal yang konkret menjadi lebih abstrak melalui interaksi yang ada Lillard, 1996:44.

2.1.5.1 Karakteristik Perkembangan Siswa Kelas II SD 8-9 Tahun

Siswa kelas II SD merupakan siswa yang berada di kelas bawah dalam pendidikan SD. Rata-rata usia siswa kelas II SD adalah 8-9 tahun. Anak pada usia tersebut pada umumnya masih senang untuk bermain-main bersama teman sebaya, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan sesuatu secara langsung Desmita, 2009:35. Anak masih merasa senang dengan kebebasan bermain dan berkumpul dengan teman sebayanya. Menurut Jean Piaget anak usia 8-9 tahun termasuk dalam tahap operasi konkret. Pada tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah mampu memecahkan masalah yang menggunakan pemikiran yang logis namun masih terbata pada hal-hal yang konkret Suparno, 2001:71. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah lebih teratur karena anak sudah mampu berpikir serial dan mampu mengklasifikasi dengan lebih baik.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Pengembangan Alat Peraga Perkalian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengembangan alat peraga perkalian di SD adalah penelitian oleh Rahmawati 2009, Fariha 2010, dan Sugiarni 2012. Rahmawati 2009 meneliti pengaruh penggunaan alat peraga perkalian model matriks terhadap kemampuan menghitung hasil kali pada siswa kelas III B SD N Balun 3 Cepu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika dengan pembelajaran menggunakan alat peraga perkalian model matriks lebih baik daipada prestasi belajar matematika dengan menggunakan alat peraga pada pokok bahasan perkalian. 18 Fariha 2010 meneliti efektivitas alat peraga model matriks dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa kelas II SD N Sukorejo 02 Tunjungan Blora. Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan meningkatnya kriteria efektivitas hasil 80 menjadi 100 dan nilai rata-rata evaluasi kelas menjadi 95,6 dari yang semula 72,8 dan dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran siswa dari kriteria efektivitas proses 61,82 menjadi 93,33. Pada persentase keefektivitasan belajar siswa sebelum tindakan sebesar 61,82 dan meningkat pada akhir tindakan sebesar 93,33. Sugiarni 2012 meneliti hasil peningkatan proses dan hasil belajar matematika dengan memanfaatkan media dan alat peraga materi operasi hitung campuran pada siswa kelas II semester 2 di SDN Suniarsih, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Penelitian ini merupakan penelitian yang memanfaatkan media dan alat peraga dalam pembelajaran matematika pada materi operasi hitung campuran. Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan terhadap pemahaman dan prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung campuran melalui aktivitas-aktivitas pemberian apersepsi yang menarik melalui tanya jawab interaktif, perlibatan siswa dalam demonstrasi, pengaktifan siswa dalam tanya jawab, pengaktifan siswa dalam latihan pengerjaan soal, dan pemanfaatan alat peraga. Secara garis besar ketiga penelitian tersebut meneliti tentang manfaat penggunaan alat peraga untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari. Hasil dari ketiga penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti pelajaran, peningkatan terhadap pemahaman siswa, dan prestasi belajar pada materi perkalian. Berdasarkan studi literatur penelitian di Indonesia mengenai pengembangan alat peraga perkalian, peneliti belum menemukan adanya penelitian yang meneliti dan mengembangkan alat peraga perkalian.

2.2.2 Penelitian tentang Metode Montessori