Analisis I Revisi Produk

51 menyatakan bahwa alat peraga layak untuk digunakanuji coba lapangan tanpa revisi. Rekapitulasi hasil validasi pakar alat peraga dapat dilihat pada lampiran 2.3 halaman 77.

4.4.1.3 Guru Kelas II

Guru kelas II yang menjadi validator produk dalam penelitian ini adalah Ibu Parjiyem. Beliau merupakan guru kelas II di SD Krekah Yogyakarta. Validasi dilakukan pada hari Rabu, tanggal 20 Maret 2013. Skor rata-rata yang diperoleh dalam validasi tersebut adalah 3,9 dengan kategori “baik”. Guru memberikan skor 2 pada item pernyataan nomor 5 dan 6 yang berkaitan dengan aspek auto-correction. Dalam hal ini, guru mencemaskan bahwa siswa tidak dapat mengetahui dan mengoreksi kesalahannya saat menggunakan alat peraga tanpa di beritahu guru atau teman. Selain itu, guru juga memberikan komentar bahwa alat peraga yang dikembangkan lebih tepat jika digunakan untuk kelas rendah dan kurang efektif jika digunkan untuk kelas tinggi. Hal tersebut dikarenakan anak pada kelas atas cenderung hanya melihat cara praktisnya saja dalam menyelesaikan tugas. Dari hasil validasi tersebut, guru kelas menyatakan bahwa alat peraga layak untuk digunakanuji coba lapangan tanpa revisi. Rekapitulasi hasil validasi guru kelas dapat dilihat pada lampiran 4.5 halaman 78.

4.4.2 Analisis I

Skor yang diperoleh dari uji validasi produk kepada para ahli adalah 4,2. Resume skor tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.5 halaman 78. Skor tersebut menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan sudah tergolong dalam kategori “baik”. Meskipun demikian, terdapat komentar dan saran dari para ahli terhadap alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti. Komentar dan saran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Komentar Ahli terhadap Produk dalam Uji Validasi No. Komentar Pakar Pembelajaran Matematika Pakar Alat Peraga Guru Kelas II 1. Peneliti harus menyertakan beberapa permasalahan Alat peraga yang dikembangkan sudah baik Alat peraga yang dikembangkan mungkin 52 perkalian yang kontekstual di awal pembelajaran. lebih tepat jika digunakan untuk kelas rendah. Penggunaan alat peraga di kelas tinggi kurang efektif karena anak pada kelas tinggi cenderung hanya melihat cara yang praktis. 2. Pada papan perkalian dapat diberi keterangan mengenai bilangan pengali dan bilangan yang dikali. Alat peraga perlu dikembangkan lagi jika ingin digunakan di kelas atas. -

4.4.3 Revisi Produk

Berdasarkan komentar dan saran yang diberikan oleh para ahli, peneliti tidak melakukan revisi terhadap alat peraga yang dikembangkan karena peneliti menduga bahwa saran tersebut tidak selaras dengan prinsip Montessori. Oleh karena itu, peneliti melakukan kajian ulang terhadap metode Montessori. Berdasarkan kajian ulang pertama yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa terdapat tiga kriteria yang harus digunakan pendidik dalam pembelajaran, yaitu singkat, sederhana, dan objektif Montessori, 2002:108. Secara garis besar ketiga aspek tersebut menjelaskan bahwa pelajaran yang berlangsung merupakan pelajaran sederhana dengan menggunakan kata-kata yang telah dipilih oleh pendidik. Hendaknya pendidik menghilangkan kata-kata yang tidak berguna ketika pelajaran berlangsung. Selain itu, pendidik tidak boleh menarik perhatian anak pada dirinya sendiri sebagai guru, melainkan hanya pada objek yang diterangkannya. Dalam menjelaskan suatu hal, guru juga tidak perlu membandingkannya dengan objek yang lain. Peneliti menggunakan kajian ulang mengenai teori tersebut untuk mempertimbangkan komentar dan saran yang pertama dari pakar pembelajaran matematika. Melalui kajian ulang tersebut, peneliti tidak melakukan revisi sesuai dengan komentar dan saran yang diberikan. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran Montessori, pendidik atau direktris hendaknya menggunakan tiga kriteria, yaitu singkat, sederhana, dan objektif. Pada saat menjelaskan, pendidik 53 juga tidak perlu membandingkan suatu hal dengan objek lain yang nantinya malah membuat anak bingung. Kajian ulang kedua yang dilakukan oleh peneliti adalah pada papan skittle yang diadopsi oleh peneliti. Pada papan tersebut peneliti tidak mendapati adanya keterangan pada bilangan pengali dan bilangan yang dikali pada papan. Pemahaman anak terhadap letak bilangan pengali dan bilangan yang dikali dapat tertanam melalui pengenalan bagian-bagian papan perkalian kepada anak dan berbagai latihan yang dilakukan anak dalam menggunakan papan perkalian. Latihan yang dilakukan anak secara berulang-ulang membantu anak menangkap arti latihan tersebut bagi pengembangan kemampuannya Montessori, 2002:358. Anak akan mengetahui kesalahan dan dapat mengoreksi kesalahannya sendiri saat menggunakan papan perkalian. Melalui hal tersebut, anak dapat terbiasa dengan letak bilangan pengali dan bilangan yang dikali pada papan perkalian serta memahami arti dari kedua bilangan tersebut. Dari hasil kajian ulang kedua yang dilakukan oleh peneliti, peneliti tidak melakukan revisi sesuai dengan saran kedua yang diberikan oleh pakar pembelajaran matematika. Peneliti lebih menekankan pada berbagai latihan yang dilakukan oleh anak sehingga anak dapat membedakan letak bilangan pengali dan bilangan yang dikali. Selain itu, anak juga dapat memahami arti dari kedua bilangan tersebut pada operasi perkalian. Hasil kajian ulang terhadap metode Montessori menunjukkan adanya dua hal, yaitu 1 dalam mendampingi anak hendaknya pendidik atau direktris menerapkan tiga kriteria yang terdiri dari singkat, sederhana, dan objektif, serta 2 latihan yang dilakukan anak secara berulang-ulang dapat membantu anak mengembangkan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tidak melakukan revisi terhadap alat peraga yang dikembangkan sesuai dengan komentar dan saran dari pakar pembelajaran matematika.

4.4.4 Uji Coba Lapangan Terbatas