Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

21 menemukan adanya penelitian mengenai pengembangan alat peraga perkalian yang berlandaskan pada filosofi pembelajaran Montessori. Kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat di literature map pada bagan 2.1. Penelitian ini akan memberikan pengetahuan baru dalam dunia penelitian mengenai pengembangan alat peraga perkalian. Bagan 2.1 Literature map dari penelitian-penelitian sebelumnya

2.3 Kerangka Berpikir

Siswa usia SD 7-11 tahun umumnya masih senang untuk bermain, bergerak, dan bekerja di dalam kelompok. Anak pada usia tersebut menurut Jean Piaget dalam Suparno, 2001:70 merupakan anak yang berada pada tahap Alat peraga perkalian Metode Montessori Lillard Else-Quest 2006 Pencapaian nilai akademik dan sosial siswa Montessori dibandingkan siswa sekolah publik, privat, dan charter. Koh Frick 2010 Penerapan kemandirian dan dampaknya terhadap motivasi Rahmawati 2009 dan Fariha 2010 Alat peraga perkalian model matriks. Sugiarni 2012 Media dan alat peraga Yang perlu diteliti: Metode Montessori dan pengembangan alat peraga perkalian untuk siswa SD. Rathunde 2003 Perbandingan motivasi, kualitas pengalaman, dan sosial pada sekolah Montessori dan sekolah 22 operasional konkret. Pada tahap ini anak mulai mencari validitas dengan temannya melalui penggunaan bahasa yang lebih komunikatif. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah karena sudah dapat berpikir serasi, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil secara probabilitas. Anak sudah mampu mengembangkan berpikir logisnya namun masih terbatas pada hal- hal atau benda konkret. Dari hal tersebut, perlu adanya penggunaan benda konkret yang dapat ditangkap dengan panca indera anak sehingga anak lebih mudah memahami suatu hal. Alat peraga merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang bermanfaaat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk memahami materi. Interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa juga dapat terwujud dengan penggunaan alat peraga. Metode Montessori merupakan salah satu metode pembelajaran yang menerapkan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Metode ini merupakan sebuah metode pembelajaran yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh seorang dokter wanita Italia yang bernama Maria Montessori. Montessori terus mengembangkan metodenya dengan adanya observasi yang dilakukan terhadap anak didiknya di Casa Dei Bambini. Observasi yang dilakukan oleh Montessori menjadikan beliau untuk terus mengoreksi dan memperbaiki alat peraga yang ada. Berdasarkan berbagai observasi yang dilakukan oleh Montessori, akhirnya beliau dapat mengembangkan alat peraga yang kekhasan tersendiri dan sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Berdasarkan wawancara dan observasi terhadap guru kelas II dan enam siswa SD Krekah Yogyakarta pada hari Senin, tanggal 14 Januari 2013 diperoleh hasil bahwa masih ada kesulitan dalam kemampuan perkalian pada siswa kelas II. Guru mengungkapkan bahwa siswa masih belum memahami konsep perkalian. Salah satu faktor penyebab dari hal tersebut adalah terbatasnya alat peraga yang ada di sekolah. Alat peraga yang ada kebanyakan masih terbatas pada gambar yang tidak setiap saat dapat digunakan dalam pembelajaran. Guru juga menyadari bahwa belum maksimal dalam membuat dan mengembangkan alat peraga karena 23 belum adanya alokasi dana yang dapat digunakan dalam pembuatan dan pengembangan alat peraga. Berdasarkan fenomena yang ada, peneliti berinisiatif untuk mengembangkan metode pembelajaran Montessori melalui pengembangkan media pembelajaran ala Montessori yang ekonomis. Peneliti akan mengembangkan alat peraga perkalian ala Montessori untuk siswa kelas II SD Krekah Yogyakarta. Pengembangan alat peraga tersebut nantinya akan mengadopsi alat peraga perkalian yang biasa digunakan di sekolah Montessori dengan memanfaatkan berbagai potensi lokal yang ada di sekitar daerah.

2.4 Hipotesis