40
4.2.2 Observasi terhadap Pembelajaran Matematika di Kelas II
Observasi terhadap pembelajaran matematika di kelas II dan ketersediaan alat peraga di sekolah dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 14 Januari 2013.
Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran matematika di kelas II diperoleh hasil bahwa pembelajaran masih bersifat konvensional. Belum tampak adanya
metode inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Media yang digunakan sebatas gambar yang ada di papan tulis dan digunakan oleh guru untuk menjelaskan
konsep perkalian bilangan yang menghasilkan bilangan dua angka. Kegiatan yang dilakukan berupa penjelasan tentang materi yang dilanjutkan dengan pemberian
latihan soal kepada siswa dan pembahasan hasil pekerjaan siswa bersama guru. Hasil dari observasi terhadap ketersediaan alat peraga di sekolah menunjukkan
bahwa jumlah dan jenis alat peraga yang dimiliki sekolah masih terbatas dan tingkat penggunaanya oleh guru yang masih rendah.
4.2.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan
4.2.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Guru
Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru kelas II pada hari Rabu, tanggal 13 Februari 2013. Kuesioner tersebut terdiri dari sepuluh
pertanyaan dengan jawaban beberapa pilihan jawaban yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil kuesioner lihat lampiran 1.3 halaman 66, dapat diketahui
bahwa guru pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika, namun hanya terbatas pada benda-benda yang ada di kelas dan di halaman
sekolah, yaitu gambar, meja, kursi, dan daun. Penggunaan alat peraga membantu siswa untuk memahami konsep dari materi pelajaran sehingga berdampak pada
situasi kelas yang kondusif. Pada item pertanyaan mengenai prioritas kriteria alat peraga yang akan dikembangkan, guru mengungkapkan bahwa warna menjadi
prioritas utama karena menurut guru warna akan menjadi daya tarik bagi siswa untuk menggunakan alat peraga tersebut. Prioritas kedua adalah bentuk, menurut
guru bentuk yang bervariasi akan membuat siswa merasa tertarik untuk memperhatikan alat peraga tersebut. Prioritas ketiga adalah ukuran, menurut guru
ukuran alat peraga disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan situasi ruang kelas. Prioritas keempat adalah bahan, menurut guru anak-anak tidak begitu
memperhatikan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat alat peraga, namun
41 perlu dipilih bahan yang tidak berbahaya bagi siswa. Hal tersebut diperjelas oleh
guru melalui wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti pada hari Jumat, tanggal 15 Februari 2013. Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk
memperjelas jawaban guru yang dituliskan dalam kuesioner analisis kebutuhan. Prioritas yang terakhir adalah berat, menurut guru berat alat peraga disesuaikan
dengan perkembangan siswa. Pada item pertanyaan mengenai rentangan biaya yang terjangkau oleh sekolah dalam pengadaan alat peraga, guru memilih rentang
biaya Rp 100.000,00
– Rp 300.000,00.
Berdasarkan penjabaran analisis kebutuhan oleh guru dapat disimpulkan bahwa guru berpendapat adanya alat peraga lebih membantu siswa memahami
suatu konsep dari materi pelajaran. Guru mengungkapkan perlu adanya pengembangan alat peraga matematika yang berdasar pada kebutuhan siswa
dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada.
4.2.3.2 Analisis Kebutuhan oleh Siswa