Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika menurut Susanto 2013:185 adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol- simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Depdiknas 2004: 17 mengemukakan bahwa matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kerjasama. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Adanya matematika dalam KTSP menunjukkan bahwa matematika merupakan mata pelajaran penting bagi pendidikan di sekolah dasar. Sundayana 2015: 2-3 mengemukakan bahwa objek matematika yang bersifat abstrak merupakan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi peserta didik dalam mempelajari masalah matematika, meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan masalah tersebut meliputi: penggunaan informasi, penggunaan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting adalah kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada. 1 Permasalahan dalam matematika pasti akan saling terhubung, sehingga siswa harus mampu melihat hubungan-hubungan tersebut sehingga masalah dapat dipecahkan. Hal ini menjadi dasar matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus diajarkan di sekolah dasar. Matematika merupakan mata pelajaran yang pokok untuk diajarkan di sekolah dasar karena dengan adanya mata pelajaran matematika diharapkan siswa mampu memahami dan menerapkan dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari yang melibatkan ilmu hitung. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika menjadi hal yang penting. Keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika dapat dilihat dari penguasaan materi, pemahaman, maupun hasil belajar siswa. Pembelajaran matematika hendaknya mengajak siswa untuk aktif dan ikut serta dalam proses memahami suatu materi. Proses tersebut berupa mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa, sehingga siswa lebih memahami konsep. Konsep yang telah dipahami dapat membantu siswa untuk menemukan masalah matematika. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak siswa yang menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit dapat dibuktikan dengan hasil wawancara kepada guru kelas VB SDN Perumnas Condongcatur. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas VB di SD Negeri Perumnas Condongcatur, diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan harian pada materi pengukuran waktu. KKM Kriteria PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ketuntasan Minimal mata pelajaran matematika kelas V SDN Perumnas Condongcatur tahun 20142015 adalah 65. Hasil ulangan harian yang telah dilakukan pada mata pelajaran matematika dengan materi pengukuran waktu kelas VB pada tahun pelajaran 20142015 menunjukkan bahwa dari 21 siswa ada 9 siswa 42,85 yang sudah mencapai KKM, sedangkan 12 siswa 57,14 belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata adalah 63,08. Pembelajaran matematika di SDN Perumnas Condongcatur yang masih menggunakan model pembelajaran tradisional juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah. Model pembelajaran tradisional yang dimaksud adalah guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah dan siswa mendengarkan kemudian mencatat hal yang dianggap penting. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok, sehingga kerjasama dalam kelompok tidak berlangsung dengan baik. Apabila keadaan seperti ini dibiarkan terlalu lama tentu akan berdampak buruk bagi hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan guru hanya sekedar menjelaskan konsep secara singkat tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berproses. Guru hanya memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan. Siswa tidak dibimbing untuk menghadapi realitas serta menemukan masalah matematis terkait materi yang dipelajari untuk dipecahkan. Guru kelas VB juga tidak menggunakan pembelajaran inovatif dan media pembelajaran. Hal tersebut dirasa terlalu memberatkan siswa yang belum begitu memahami materi. Pembelajaran inovatif dan media pembelajaran sangat penting digunakan karena matematika mempunyai objek kajian yang dianggap abstrak sedangkan siswa SD berada pada tahap operasi konkret. Hal tersebut sesuai dengan teori perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Piaget. Piaget dalam Budiningsih Asri, 2004: 35-39 menyatakan bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap- tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu: tahap sensorimotor umur 0-2 tahun, tahap preoperasional umur 2-7 tahun, tahap operasional kongkret umur 7-12 tahun, dan tahap operasional formal umur 12- 18 tahun. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget menunjukkan bahwa siswa usia SD berada dalam tahap operasional kongkret, sedangkan objek kajian matematika bersifat abstrak sehingga perlu adanya pembelajaran inovatif dan penggunaan media pembelajaran dalam mengajarkan materi matematika. Proses pembelajaran di kelas hendaknya melibatkan siswa untuk berproses sehingga mereka akan dengan mudah memahami konsep. Mulyono 2003:13 berpendapat bahwa proses belajar matematika yang baik adalah guru harus mampu menerapkan suasana yang dapat membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa sebaiknya dihadapkan pada realitas atau pengalaman yang ada pada dirinya. Permasalahan mengenai matematika pada kehidupan sehari-hari juga dapat dihadirkan sehingga nantinya siswa dapat menerapkan pemecahannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut. Siswa hendaknya dilatih untuk dapat berfikir secara kritis agar siswa lebih mudah dalam menyelesaikan persoalan matematika. Berpikir kritis berdasarkan pendapat Johnson 2007: 183 merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis merupakan kunci penting dalam pembelajaran matematika. Menurut Peter 2012: 39 berpikir kritis bertujuan untuk dapat bersaing dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan pribadi, siswa harus memiliki kemampuan pemecahan masalah dan harus bisa berpikir dengan kritis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis matematika salah satunya adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang mengarahkan pemikiran kita pada pengalaman. Ketika gagasan-gagasan dialami, digunakan di dalam konteks, mereka memiliki makna Elaine B. Johnson, 2011: 46. Taniredja dan Faridli 2014: 49 berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang berangkat dari dunia nyata yang dibawa ke dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran matematika. Penerapan pembelajaran kontekstual memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membangun pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan cara berfikir kritis siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka direncanakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas VB Pada Materi Pengukuran Waktu Melalui Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.”

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatakan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VA pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

3 17 366

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393