2 diperoleh skor 59. Keseluruhan diperoleh skor 58,58 pada siklus 1, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 62,75. Persentase jumlah siswa yang minimal cukup
kritis pada siklus I adalah 60, sedangkan persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada siklus II adalah 80.
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada
materi pengukuran waktu siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur.
1. Proses Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Proses pembelajaran kontekstual yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran ini menekankan masalah pada
kehidupan sehari-hari yang diterapkan pada saat pembelajaran berlangsung. Komponen pembelajaran kontekstual sudah bisa diterapkan pada saat
penelitian sesuai dengan rencana yang dibuat oleh peneliti dalam RPP. Pada setiap pertemuan peneliti mencoba untuk menerapkan komponen-komponen
yang terdapat pada model pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar, inkuiri, pemodelan, refleksi, dan penilaian
sebenarnya. Penerapan komponen tersebut sudah dapat diterapkan di setiap pembelajaran. Konstruktivisme pada penelitian ini seperti kegiatan menggali
pengetahuan awal siswa sebelum memahami lebih dalam mengenai materi yang akan dipelajari, serta ketika menyelesaikan soal cerita pengukuran
waktu. Bertanya terdapat pada kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau siswa dengan guru. Masyarakat belajar diterapkan melalui kerjasama antar siswa yang tergabung dalam suatu kelompok. Menemukan pada
penelitian ini terdapat pada kegiatan memahami konsep pengukuran waktu dengan menggunakan media pembelajaran.
Pemodelan terdapat pada saat guru meminta siswa untuk menunjukkan letak jarum pendek dan jarum panjang pada jam sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang berisikan kendala dan pengalaman yang ditemukan siswa selama mengikuti proses
pembelajaran serta perasaan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Penilaian sebenarnya terdapat pada rubrik penilaian yang telah ditentukan
oleh peneliti.
2. Peningkatan Hasil Belajar
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II pada mata pelajaran matematika mengalami peningkatan hasil belajar siswa kelas
VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 20152016 pada materi pengukuran
waktu. Penerapan
pembelajaran kontekstual
dengan menggunakan tujuh koponen dapat meningkatkan rata-rata dan persentase
ketuntasan siswa. Data hasil belajar siswa diperoleh dari jumlah rata-rata hasil evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir siklus I dan II. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Jihad 2012: 15 hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukannya proses belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan pengajaran. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian yang dilakukan oleh Surtinah 2013, Erma Octaviani 2013, dan Junaida 2013, karena memiliki variabel yang sama yaitu hasil belajar.
Agar dapat mengetahui target dan pencapaian dalam penelitian ini, peneliti menjabarkan hasil belajar dalam bentuk tabel 4.23 sebagai berikut:
Tabel 4.22 Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar
Peubahan Indikator
Kondisi Awal
Evaluasi Siklus 1 Evaluasi Siklus 2
Target Capaian
Target Capaian
Hasil Belajar
Nilai Rata- rata siswa
63,38 70
73,36 75
87,44 Persentase
jumlah siswa
mencapai KKM
42,85 70
76 75
88
Hasil belajar siswa yang diperoleh dari setiap evaluasi diperoleh rata-rata yang mengalami peningkatan. Peningkatan dapat dilihat mulai dari kondisi awal
dengan rata-rata 63,38 dan terjadi peningkatan sebesar 9,98 sehingga diperoleh rata-rata 73,36 di siklus I dengan target pencapaian 70. Rata-rata kelas juga
meningkat dari siklus I yaitu 73,36 menjadi 87,44 di siklus II dengan target pencapaian 75 atau meningkat sebesar 14,08.
Selain rata-rata kelas, peningkatan juga dapat dilihat dari persentase perolehan KKM dan telah mencapai target yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat
dari persentase ketuntasan pada kondisi awal yaitu 42,85 meningkat menjadi 76 pada siklus I dengan target 70 atau meningkat sebanyak 33,15.
Persentase ketuntasan pada siklus II yaitu 88 dari target 75 yang artinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 12 dari siklus I. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil.
3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh siswa dan diperkuat dengan pengamatan langsung yang
dilakukan oleh peneliti. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan pendapat
Johnson 2007: 183 berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan
masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sochibin 2009, karena memiliki variabel yang sama yaitu berpikir kritis.
Setelah dipaparkan hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar menggunakan diagram, agar dapat mengetahui pencapaian dalam
penelitian ini, peneliti menjabarkannya dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.23 Perbandingan Target dan Pencapaian Berpikir Kritis dengan Menggunakan Kuesioner
Indikator Berpikir
Kritis Indikator
Kondisi Awal Target
Kondisi Akhir
1 Rata-rata nilai
berpikir kritis 64,4
Tidak Kritis 70
77,4 Cukup Kritis
2 60,4
Tidak Kritis 70
79,6 Cukup Kritis
3 62,4
Tidak Kritis 70
74,4 Cukup Kritis
4 63,47
Tidak Kritis 70
74,13 Cukup Kritis
5 64,4
Tidak Kritis 70
78,8 Cukup Kritis
6 64,2
Tidak Kritis 70
78,8 Cukup Kritis
7 Keseluruhan
63,80 Tidak Kritis
70 77,04
Cukup Kritis
1
Persentase jumlah siswa
yang kritis 48
Sangat Tidak Kritis
70 80
Kritis 2
44 Sangat Tidak
Kritis 70
84 Kritis
3 44
Sangat Tidak Kritis
70 80
Kritis 4
43,33 Sangat Tidak
Kritis 70
76 Cukup Kritis
5 40
Sangat Tidak Kritis
75 88
Kritis 6
56 Tidak Kritis
75 84
Kritis 7
Keseluruhan 32
Sangat Tidak Kritis
75 88
Kritis
Berdasarkan tabel 4.23 pada indikator pertama terjadi peningkatan sebesar 13 dari nilai kondisi awal yaitu 64,4 tidak kritis menjadi 77,4 cukup kritis pada
kondisi akhir dengan target 70. Indikator kedua terjadi peningkatan sebesar 19,2 dari nilai kondisi awal yaitu 60,4 tidak kritis menjadi 79,6 cukup kritis pada
kondisi akhir dengan target 70. Indikator ketiga terjadi peningkatan sebesar 12 dari nilai kondisi awal yaitu 62,4 tidak kritis menjadi 74,4 cukup kritis pada
kondisi akhir dengan target 70. Indikator keempat terjadi peningkatan sebesar 10,66 dari nilai kondisi awal yaitu 63,47 tidak kritis menjadi 74,13 cukup kritis
pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator kelima terjadi peningkatan sebesar 14,4 dari nilai kondisi awal yaitu 64,4 tidak kritis menjadi 78,8 cukup kritis
pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator keenam terjadi peningkatan sebesar 14,6 dari nilai kondisi awal yaitu 64,2 tidak kritis menjadi 78,8 cukup kritis
pada kondisi akhir dengan target 70. Keseluruhan terjadi peningkatan dari 63,80 tidak kritis meningkat menjadi 77,04 cukup kritis pada kondisi akhir dengan
target 70 atau terjadi peningkatan sebesar 13,24. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain dilihat dari nilai rata-rata, peningkatan kemampuan berpikir kritis juga dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang kritis. Indikator pertama
terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 48 sangat tidak kritis menjadi 80 kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi
peningkatan sebesar 32. Indikator kedua terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 44 sangat tidak kritis menjadi 84 kritis pada kondisi
akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebesar 40. Indikator ketiga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 44 sangat tidak
kritis menjadi 80 kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau tejadi peningkatan sebesar 40. Indikator keempat terjadi peningkatan dari persentase
kondisi awal sebesar 43,33 sangat tidak kritis menjadi 76 cukup kritis pada kondisi akhir dengan target 70 atau terjadi peningkatan sebesar 32,67.
Indikator kelima terjadi peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 40 sangat tidak kritis menjadi 88 kritis pada kondisi akhir dengan target 75
atau terjadi peningkatan sebesar 48. Indikator keenam terjadi peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 56 tidak kritis menjadi 84 kritis pada
kondisi akhir dengan target 75 atau terjadi peningkatan sebesar 28. Keseluruhan terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 32
sangat tidak kritis menjadi 88 kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 56.
Peneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data peningkatan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Pengamatan dilakukan di setiap pertemuan
selama 2 siklus yang dibantu oleh teman sejawat. Hasil pengamatan oleh peneliti terdapat pada tabel 4.24 agar dapat dilihat peningkatannya sebagai berikut:
Tabel 4.24 Hasil Pengamatan Berpikir Kritis
Indikator Kondisi Awal
Kondisi Akhir
1 56
Tidak Kritis 67,5
Cukup Kritis 2
58,5 Cukup Kritis
62 Cukup Kritis
3 56,5
Tidak Kritis 59,5
Cukup Kritis 4
60,5 Cukup Kritis
65 Cukup Kritis
5 62,5
Cukup Kritis 63,5
Cukup Kritis 6
57,5 Tidak Kritis
59 Cukup Kritis
Keseluruhan 58,58
Cukup Kritis 62,75
Cukup Kritis
Berdasarkan tabel 4.24 terdapat 6 indikator yang menjadi fokus penelitian dengan hasil pada kondisi awal dan kondisi akhir. Pada indikator pertama terjadi
peningkatan dari kondisi awal sebesar 56 tidak kritis menjadi 67,5 cukup kritis pada kondisi akhir. Pada indikator kedua terjadi peningkatan dari kondisi awal
sebesar 58,5 cukup kritis menjadi 62 cukup kritis pada kondisi akhir. Pada indikator ketiga terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 56,5 tidak kritis
menjadi 59,5 cukup kritis pada kondisi akhir. Pada indikator keempat terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 60,5 cukup kritis menjadi 65 cukup
kritis pada kondisi akhir. Pada indikator kelima terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 62,5 cukup kritis menjadi 63,5 cukup kritis pada kondisi akhir.
Pada indikator keenam terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 57,5 tidak kritis menjadi 59 cukup kritis pada kondisi akhir.
BAB V PENUTUP