Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas VB pada materi Pengukuran Waktu melalui Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2015 dan 15 Oktober 2015. Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2015 dan 22 Oktober 2015. Setiap siklus dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Total pertemuan untuk siklus pertama dan kedua adalah 4 kali pertemuan. Data penelitian diperoleh melalui siklus pertama dan kedua yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. 1. Proses Pelaksanaan Penelitian a. Kondisi Awal Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan proses pengamatan proses pembelajaran matematika di kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur dan melihat data hasil ulangan siswa khususnya pada materi pengukuran waktu pada tahun pelajaran 20142015. Pengamatan proses pembelajaran matematika dilakukan untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran matematika dan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa. Kondisi awal dijadikan acuan dalam melaksanakan tindakan pada siklus I dan siklus II. 82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berikut ini adalah data kondisi awal hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dilakukan tindakan. b. Hasil Belajar Kondisi awal hasil belajar matematika siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur diperoleh dari hasil nilai ulangan matematika siswa pada materi pengukuran waktu tahun pelajaran 20142015 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM adalah 65. Hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur dilihat dari rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, persentase siswa tuntas dan persentase siswa tidak tuntas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Nilai Ulangan Matematika Kelas VB Tahun Pelajaran 20142015 No Nama Nilai Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas 1 YDPR 80 √ 2 CIP 50 √ 3 RWB 55 √ 4 ZAA 65 √ 5 BPJS 38 √ 6 VFA 44 √ 7 RPD 49 √ 8 AFB 98 √ 9 TRS 69 √ 10 HTA 42 √ 11 IR 62 √ 12 ALP 56 √ 13 AYY 75 √ 14 AEP 80 √ 15 HWW 75 √ 16 UNA 62 √ 17 ZS 85 √ 18 FH 60 √ 19 ID 56 √ 20 ZFN 75 √ 21 TA 55 √ Jumlah Nilai 1331 Rata-rata 63,38 Nilai Tertinggi 98 Nilai Terendah 38 Jumlah Siswa Tuntas 9 12 Persentase Ketuntasan 42,85 57,14 Tabel 4.1 menunjukkan data keadaan awal hasil belajar siswa kelas VB tahun pelajaran 20142015 pada materi pengukuran waktu dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 65. Berdasarkan tabel tersebut terdapat 9 42,85 siswa yang tuntas dari 21 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 12 siswa 57,14. Nilai rata-rata kelas 63,38 sehingga masih dibawah KKM. Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun pelajaran 20142015 hasil belajar siswa masih rendah. c. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal dapat dilihat dari hasil kuesioner yang dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2015. Berdasarkan hasil kuesioner yang terdiri dari 20 pernyataan, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis matematika siswa masih rendah. Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase jumlah siswa yang mampu berpikir kritis disetiap indikatornya. Hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis matematika sebelum tindakan diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4.2 Data Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap Indikator di Kondisi Awal No Indikator Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Persentase Jumlah Siswa yang Cukup Kritis Nilai Kriteria ∑ Siswa Persentase 1 Menganalisis argumen 12,88 64,4 Tidak Kritis 12 48 2 Mampu bertanya 6,04 60,4 Tidak Kritis 11 44 3 Mampu menjawab pertanyaan 6,24 62,4 Tidak Kritis 11 44 4 Memecahkan masalah 19,04 63,47 Tidak Kritis 13 43,33 5 Membuat Kesimpulan 6,44 64,4 Tidak Kritis 10 40 6 Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan 12,84 64,2 Tidak Kritis 14 56 7 Keseluruhan 63,08 63,08 Tidak Kritis 8 32 Berdasarkan tabel 4.2 terdapat 6 indikator beserta jumlah nilai siswa yang mampu berpikir kritis dan persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis yang dimasukkan kedalam suatu kategori. Tabel tersebut juga berisi skor rata-rata yang diperoleh dari hasil kuesioner pada kondisi awal. Indikator pertama memiliki nilai sebesar 64,4 tidak kritis. Indikator kedua memiliki nilai sebesar 60,4 tidak kritis. Indikator ketiga memiliki nilai 62,4 tidak kritis. Indikator keempat memiliki nilai 63,47 tidak kritis. Indikator kelima memiliki nilai 64,4 tidak kritis, dan indikator keenam memiliki nilai sebesar 64,2 tidak kritis. Pada keseluruhan memiliki nilai 63,08 tidak kritis. Pada kondisi awal indikator pertama memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 48 sangat tidak kritis. Indikator kedua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 44 sangat tidak kritis. Indikator ketiga memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 44 sangat tidak kritis. Indikator keempat memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 43,33 sangat tidak kritis. Indikator kelima memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 40 sangat tidak kritis. Indikator keenam memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 56 tidak kritis. Pada keseluruhan memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 32. Data kondisi awal kemampuan berpikir kritis secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 17. Berdasarkan kategori dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut semua berada dalam kategori tidak kritis. Pada masing- masing indikator pada kondisi awal peneliti menyajikan data hasil kuesioner setiap siswa sebagai berikut: 1 Indikator 1 Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator 1 adalah menganalisis argumen. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 5 dan 6, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 11 dan 14. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.3 indikator 1 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.3 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal No Nama Item Skor Kriteria 5 6 11 14 1 DZHR 3 3 4 4 14 Cukup Kritis 2 KPH 4 3 5 4 16 Kritis 3 MSN 3 3 3 4 13 Cukup Kritis 4 NNN 2 2 3 2 9 Sangat Tidak Kritis 5 PPP 3 3 4 5 15 Cukup Kritis 6 AFM 3 2 2 3 10 Sangat Tidak Kritis 7 AFAT 3 4 5 4 16 Kritis 8 CH 4 2 2 4 12 Tidak Kritis 9 LRR 2 2 4 4 12 Tidak Kritis 10 NPN 3 1 3 4 11 Tidak Kritis 11 SFRA 3 2 4 5 14 Cukup Kritis 12 TA 4 1 3 3 11 Tidak Kritis 13 KP 3 3 3 3 12 Tidak Kritis 14 MRM 3 4 3 2 12 Tidak Kritis 15 NNH 3 3 5 3 14 Cukup Kritis 16 RH 4 3 5 3 15 Cukup Kritis 17 SA 2 2 5 3 12 Tidak Kritis 18 SAP 2 2 4 4 12 Tidak Kritis 19 SDSA 2 3 3 3 11 Tidak Kritis 20 AYAP 3 2 4 5 14 Cukup Kritis 21 AMA 4 1 3 3 11 Tidak Kritis 22 RMA 3 3 3 3 12 Tidak Kritis 23 SMY 3 2 4 4 13 Cukup Kritis 24 LUD 3 3 4 4 15 Cukup Kritis 25 KLP 3 4 4 5 16 Kritis Jumlah skor kelas 322 Rata-rata kelas 12,88 Tidak Kritis Nilai rata-rata kelas 64,4 Tidak Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 12 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 48 Berdasarkan tabel 4.3 terdapat jumlah skor kelas sebesar 322 dari skor maksimal 500. Rata-rata kelas sebesar 12,88 dari rata-rata maksimal 20 dan terdapat skor 64,4 dari nilai rata-rata kelas, dan 12 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 48 sangat tidak kritis. Kriteria indikator 1 dapat dilihat pada tabel 3.14 2 Indikator 2 Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang kedua adalah mampu bertanya. Terdapat dua jenis aitem yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 1, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 3. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.4 indikator 2 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal. Tabel 4.4 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal No Nama Item Skor Kriteria 1 3 1 DZHR 3 4 7 Cukup Kritis 2 KPH 4 4 8 Kritis 3 MSN 4 3 7 Cukup Kritis 4 NNN 1 4 5 Sangat Tidak Kritis 5 PPP 2 2 4 Sangat Tidak Kritis 6 AFM 4 3 7 Cukup Kritis 7 AFAT 4 4 8 Kritis 8 CH 3 4 7 Cukup Kritis 9 LRR 4 1 5 Sangat Tidak Kritis 10 NPN 3 3 6 Tidak Kritis 11 SFRA 3 5 8 Kritis 12 TA 2 4 6 Tidak Kritis 13 KP 3 3 6 Tidak Kritis 14 MRM 2 2 4 Sangat Tidak Kritis 15 NNH 1 3 4 Sangat Tidak Kritis 16 RH 3 2 5 Sangat Tidak Kritis 17 SA 2 2 4 Sangat Tidak Kritis 18 SAP 3 2 5 Sangat Tidak Kritis 19 SDSA 4 3 7 Cukup Kritis 20 AYAP 3 3 6 Tidak Kritis 21 AMA 4 3 7 Cukup Kritis 22 RMA 4 4 8 Kritis 23 SMY 2 2 4 Sangat Tidak Kritis 24 LUD 3 4 7 Cukup Kritis 25 KLP 3 3 6 Tidak Kritis Jumlah skor kelas 151 Rata-rata kelas 6,04 Tidak Kritis Nilai rata-rata kelas 60,4 Tidak Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 11 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 44 Berdasarkan tabel 4.4 terdapat jumlah skor kelas sebesar 151 dari skor maksimal 250. Rata-rata kelas sebesar 6,04 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor nilai rata-rata kelas sebesar 60,4 dan 11 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 44 sangat tidak kritis. Kriteria indikator 2 dapat dilihat pada tabel 3.15. 3 Indikator 3 Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang ketiga adalah mampu menjawab pertanyaan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 4, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 8. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.5 indikator 3 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal. Tabel 4.5 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal No Nama Item Skor Kriteria 4 8 1 DZHR 4 2 6 Tidak Kritis 2 KPH 3 4 7 Cukup Kritis 3 MSN 4 4 8 Kritis 4 NNN 3 4 7 Cukup Kritis 5 PPP 2 2 4 Sangat Tidak Kritis 6 AFM 4 3 7 Cukup Kritis 7 AFAT 4 4 8 Kritis 8 CH 3 3 6 Tidak Kritis 9 LRR 2 3 5 Sangat Tidak Kritis 10 NPN 3 4 7 Cukup Kritis 11 SFRA 3 3 6 Tidak Kritis 12 TA 2 2 4 Sangat Tidak Kritis 13 KP 3 2 5 Sangat Tidak Kritis 14 MRM 4 3 7 Cukup Kritis 15 NNH 3 3 6 Tidak Kritis 16 RH 4 2 6 Tidak Kritis 17 SA 2 4 6 Tidak Kritis 18 SAP 4 4 8 Kritis 19 SDSA 4 2 6 Tidak Kritis 20 AYAP 2 3 5 Sangat Tidak Kritis 21 AMA 3 3 6 Tidak Kritis 22 RMA 4 3 7 Cukup Kritis 23 SMY 2 2 4 Sangat Tidak Kritis 24 LUD 4 3 7 Cukup Kritis 25 KLP 4 4 8 Kritis Jumlah skor kelas 156 Rata-rata kelas 6,24 Tidak Kritis Nilai rata-rata kelas 62,4 Tidak Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 11 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 44 Berdasarkan tabel 4.5 terdapat jumlah skor kelas sebesar 156 dari skor maksimal 250. Rata-rata kelas sebesar 6,24 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor nilai rata-rata kelas sebesar 62,4 dan 11 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 44 sangat tidak kritis. Kriteria indikator 3 dapat dilihat pada tabel 3.16. 4 Indikator 4 Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang keempat adalah memecahkan masalah. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 2, 7, dan 17, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 9, 10, dan 15. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.6 indikator 4 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal. Tabel 4.6 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal No Nama Item Skor Kriteria 2 7 9 10 15 17 1 DZHR 4 3 4 4 4 4 23 Cukup Kritis 2 KPH 4 2 2 3 3 2 16 Sangat Tidak Kritis 3 MSN 3 3 2 2 4 2 16 Sangat Tidak Kritis 4 NNN 2 4 3 5 5 4 23 Cukup Kritis 5 PPP 3 3 4 5 5 3 23 Cukup Kritis 6 AFM 4 4 3 3 3 2 19 Cukup Kritis 7 AFAT 4 4 4 4 3 5 24 Kritis 8 CH 3 3 4 4 4 2 20 Cukup Kritis 9 LRR 3 3 3 4 4 3 20 Cukup Kritis 10 NPN 2 2 2 3 3 3 15 Sangat Tidak Kritis 11 SFRA 2 4 3 3 2 4 18 Tidak Kritis 12 TA 3 4 4 4 3 3 21 Cukup Kritis 13 KP 4 3 3 5 3 3 21 Cukup Kritis 14 MRM 1 2 4 3 2 2 14 Sangat Tidak Kritis 15 NNH 1 3 3 4 3 3 17 Tidak Kritis 16 RH 3 3 3 4 4 3 20 Cukup Kritis 17 SA 2 4 3 3 5 5 22 Cukup Kritis 18 SAP 5 4 5 3 2 3 22 Cukup Kritis 19 SDSA 5 3 2 2 3 4 19 Tidak Kritis 20 AYAP 3 4 2 2 2 3 16 Sangat Tidak Kritis 21 AMA 4 5 3 3 3 3 21 Cukup Kritis 22 RMA 4 3 3 3 2 2 17 Tidak Kritis 23 SMY 4 3 3 2 1 3 16 Sangat Tidak Kritis 24 LUD 1 4 5 3 3 2 18 Tidak Kritis 25 KLP 3 2 2 3 2 3 15 Sangat Tidak Kritis Jumlah skor kelas 476 Rata-rata kelas 19,04 Tidak Kritis Nilai rata-rata kelas 63,47 Tidak Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 13 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 43,33 Berdasarkan tabel 4.6 terdapat jumlah skor kelas sebesar 476 dari skor maksimal 750. Rata-rata kelas sebesar 19,04 dari rata-rata maksimal 30 dan terdapat skor nilai rata-rata kelas sebesar 63,47 dan 13 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 43,33 sangat tidak kritis. Kriteria indikator 4 dapat dilihat pada tabel 3.17. 5 Indikator 5 Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang kelima adalah membuat kesimpulan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 12, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 13. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.7 indikator 5 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal. Tabel 4.7 Skor Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal No Nama Item Skor Kriteria 12 13 1 DZHR 3 3 6 Tidak Kritis 2 KPH 2 4 6 Tidak Kritis 3 MSN 3 3 6 Tidak Kritis 4 NNN 4 3 7 Cukup Kritis 5 PPP 4 4 8 Kritis 6 AFM 3 3 6 Tidak Kritis 7 AFAT 4 4 8 Kritis 8 CH 4 2 6 Tidak Kritis 9 LRR 3 4 7 Cukup Kritis 10 NPN 4 2 6 Tidak Kritis 11 SFRA 3 3 6 Tidak Kritis 12 TA 4 3 7 Cukup Kritis 13 KP 3 3 6 Tidak Kritis 14 MRM 3 4 7 Cukup Kritis 15 NNH 4 3 7 Cukup Kritis 16 RH 1 5 6 Tidak Kritis 17 SA 2 2 4 Sangat Tidak Kritis 18 SAP 2 4 6 Tidak Kritis 19 SDSA 3 4 7 Cukup Kritis 20 AYAP 3 3 6 Tidak Kritis 21 AMA 3 4 7 Cukup Kritis 22 RMA 4 4 8 Kritis 23 SMY 4 2 6 Tidak Kritis 24 LUD 3 3 6 Tidak Kritis 25 KLP 3 3 6 Tidak Kritis Jumlah skor kelas 161 Rata-rata kelas 6,44 Tidak Kritis Nilai rata-rata kelas 64,4 Tidak Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 10 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 40 Berdasarkan tabel 4.7 terdapat jumlah skor kelas sebesar 161 dari skor maksimal 250. Rata-rata kelas sebesar 6,44 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor nilai rata-rata kelas sebesar 64,4 dan 10 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 40 sangat tidak kritis. Kriteria indikator 5 dapat dilihat pada tabel 3.18. 6 Indikator 6 Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang keenam adalah keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 18 dan 19, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 16 dan 20. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.8 indikator 6 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal. Tabel 4.8 Skor Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal No Nama Item Skor Kriteria 16 18 19 20 1 DZHR 3 3 4 4 14 Cukup Kritis 2 KPH 2 2 3 4 11 Tidak Kritis 3 MSN 3 4 4 3 16 Tidak Kritis 4 NNN 3 4 4 3 14 Cukup Kritis 5 PPP 3 4 2 2 11 Tidak Kritis 6 AFM 3 4 4 2 13 Cukup Kritis 7 AFAT 4 3 2 4 13 Cukup Kritis 8 CH 4 3 2 2 11 Tidak Kritis 9 LRR 3 1 3 3 10 Sangat Tidak Kritis 10 NPN 4 3 3 3 13 Cukup Kritis 11 SFRA 3 4 3 3 13 Cukup Kritis 12 TA 4 3 3 2 12 Tidak Kritis 13 KP 4 3 3 4 14 Cukup Kritis 14 MRM 4 3 4 4 15 Cukup Kritis 15 NNH 3 3 3 4 13 Cukup Kritis 16 RH 4 3 2 2 11 Tidak Kritis 17 SA 3 2 4 3 12 Tidak Kritis 18 SAP 2 1 3 4 10 Sangat Tidak Kritis 19 SDSA 1 3 4 4 12 Tidak Kritis 20 AYAP 2 2 4 4 12 Tidak Kritis 21 AMA 4 3 3 3 13 Cukup Kritis 22 RMA 3 3 4 4 14 Cukup Kritis 23 SMY 4 3 4 4 15 Cukup Kritis 24 LUD 4 3 3 4 14 Cukup Kritis 25 KLP 4 4 4 3 15 Cukup Kritis Jumlah skor kelas 321 Rata-rata kelas 12,84 Tidak Kritis Nilai rata-rata kelas 64,2 Tidak Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 14 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 56 Berdasarkan tabel 4.8 terdapat jumlah skor kelas sebesar 321 dari skor maksimal 500. Rata-rata kelas sebesar 12,84 dari rata-rata maksimal 20 dan terdapat skor 64,2 dari nilai rata-rata kelas, dan 11 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 56 tidak kritis. Kriteria indikator 6 dapat dilihat pada tabel 3.19. Kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal masih masuk dalam kriteria tidak kritis. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perolehan skor rata- rata seluruh siswa sebesar 3,17 dengan kriteria tidak kritis. Persentase jumlah siswa yang kritis secara keseluruhan adalah 32 dengan kriteria sangat tidak kritis. Skor yang diperoleh untuk keseluruhan indikator pada kondisi awal sebagai berikut: Tabel 4.9 Skor Keseluruhan Indikator pada Kondisi Awal No Nama Indikator Skor Kriteria 1 2 3 4 5 6 1 DZHR 14 7 6 23 6 14 70 Cukup Kritis 2 KPH 16 8 7 16 6 11 61 Tidak Kritis 3 MSN 13 7 8 16 6 11 61 Tidak Kritis 4 NNN 9 5 7 23 7 12 63 Tidak Kritis 5 PPP 15 4 4 23 8 11 65 Cukup Kritis 6 AFM 10 7 7 19 6 13 62 Tidak Kritis 7 AFAT 16 8 8 24 8 15 79 Cukup Kritis 8 CH 12 7 6 20 6 11 62 Tidak Kritis 9 LRR 12 5 5 20 7 10 59 Tidak Kritis 10 NPN 11 6 7 15 6 10 55 Tidak Kritis 11 SFRA 14 8 6 18 6 13 65 Cukup Kritis 12 TA 11 6 4 21 7 12 61 Tidak Kritis 13 KP 12 6 5 21 6 14 64 Tidak Kritis 14 MRM 12 4 7 14 7 15 59 Tidak Kritis 15 NNH 14 4 6 17 7 13 61 Tidak Kritis 16 RH 15 5 6 20 6 11 63 Tidak Kritis 17 SA 12 4 6 22 6 12 62 Tidak Kritis 18 SAP 12 5 8 22 5 10 62 Tidak Kritis 19 SDSA 11 7 6 19 7 12 62 Tidak Kritis 20 AYAP 14 6 5 16 6 12 59 Tidak Kritis 21 AMA 11 7 6 21 7 15 67 Cukup Kritis 22 RMA 12 8 7 17 8 14 66 Cukup Kritis 23 SMY 13 4 4 16 6 15 58 Tidak Kritis 24 LUD 15 7 7 18 4 14 65 Cukup Kritis 25 KLP 16 6 8 15 6 15 66 Cukup Kritis Jumlah skor kelas 1577 Rata-rata kelas 63,08 Tidak Kritis Nilai rata-rata kelas 63,08 Tidak Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 8 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 32 Berdasarkan tabel 4.9 terdapat jumlah skor kelas sebesar 1577 dari skor maksimal 2500. Rata-rata kelas sebesar 63,08 dari rata-rata maksimal 100 dan terdapat skor 63,08 tidak kritis dari nilai rata-rata kelas. Terdapat 8 dari 25 siswa seluruhnya yang termasuk kedalam kriteria cukup kritis atau dengan presentase 32 sangat tidak kritis. Kriteria keseluruhan indikator dapat dilihat pada tabel 3.20.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I dimulai pada tanggal 10 Oktober 2015 di kelas VB SDN Perumnas Condongcatur tahun pelajaran 20152016. Pelaksanaan siklus I dilakukan selama dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 × 35 menit. 1 Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan oleh peneliti meliputi permintaan izin kepada kepala sekolah SDN Perumnas Condongcatur untuk melakukan penelitian di kelas VB. Setelah kepala sekolah memberikan izin, peneliti menentukan waktu untuk melakukan observasi dan wawancara kepada wali kelas VB untuk memperoleh data awal mengenai permasalahan yang terjadi di kelas VB. Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi di kelas VB, peneliti mengkaji Kompetensi Dasar, indikator, dan materi pokok penelitian. Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kerja Siswa LKS, soal evaluasi, rubrik penilaian, dan media pembelajaran yang berguna untuk membantu siswa ketika belajar. Peneliti juga menyusun rubrik pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran. 2 Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 3 × 35 menit 3jp. Pertemuan I Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 3 × 35 menit 3jp. Pertemuan pertama mempelajari tentang contoh alat ukur waktu, contoh satuan waktu, dan hubungan antar satuan waktu dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual menurut Sanjaya dalam Sugiyanto, 2010: 17 melibatkan tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian sebenarnya, dan refleksi. Langkah langkah pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Guru membuka pembelajaran dengan berdoa dan memberikan salam. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” agar siswa lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, misalnya: “Apa saja alat ukur waktu yang kalian ketahui?” Kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk menggali pengetahuan awal termasuk kedalam komponen konstruktivisme. Kegiatan konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah memecahkan masalah termasuk salah satu indikator berpikir kritis. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai alat ukur waktu dan bagian-bagian yang terdapat pada alat ukur waktu tersebut jarum jam, menit, dan detik menggunakan alat peraga berupa jam tiruan pemodelan, kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok oleh guru masyatrakat belajar. Siswa dalam masing-masing kelompok diminta untuk melakukan peragaan menentukan letak 2 jarum jam sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan menggunakan alat peraga berupa jam tiruan konstruktivisme. Setiap kelompok dibagikan lembar kerja berupa lambang waktu dan siswa diminta untuk menentukan letak 2 jarum jam sesuai dengan waktu yang ditentukan konstruktivisme. Kegiatan dalam LKS adalah siswa diminta untuk memilih alat ukur waktu, menggambar letak 2 jarum jam sesuai dengan waktu yang ditentukan, mengubah satuan jam menjadi satuan menit sesuai dengan penjelasan dari guru mengenai hubungan antar satuan waktu menemukan. Melalui kegiatan menemukan tersebut, siswa berlatih untuk berpikir kritis dalam indikator menganalisis argumen, memecahkan masalah, membuat kesimpulan, dan keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. Pada saat siswa bersama dengan kelompoknya mengerjakan LKS siswa akan berlatih untuk menganalisis argumen ketika siswa mendiskusikan mengenai pendapat yang berbeda dari masing-masing anggota dalam kelompok agar mendapatkan jawaban yang tepat. Siswa dapat memecahkan masalah ketika mereka dapat menggambar 2 jarum jam sesuai dengan waktu yang ditentukan dan mampu mengubah satuan waktu sesuai dengan yang diinginkan. Siswa juga dapat menarik sebuah kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan tepat. Siswa juga mengevaluasi pekerjaannya dengan mengecek kembali kesesuaian jawaban dengan data yang diperoleh. Setelah siswa selesai mengerjakan lembar kerja yang diberikan, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan membahasnya secara bersama-sama konfirmasi. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami bertanya, konfirmasi. Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa konfirmasi. Diakhir kegiatan, siswa bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, kemudian siswa melakukan refleksi mengenai materi yang telah dipelajari, dan menuliskan kesulitan atau kendala yang dihadapi saat mengikuti proses pembelajaran refleksi. Pertemuan II Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 3 × 35 menit. Pertemuan kedua mempelajari tentang satuan waktu dan hubungan antar satuan waktu serta operasi hitung antar satuan waktu dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Pada kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. Guru meminta siswa untuk berkumpul kembali dengan teman sekelompoknya seperti pada pertemuan sebelumnya. Guru mengingatkan kembali mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai hubungan antar satuan waktu jam, menit, dan detik. Siswa diminta untuk melakukan peragaan menentukan letak 2 jarum jam sesuai dengan waktu yang ditentukan melalui bimbingan guru dengan menggunakan alat peraga berupa jam tiruan menemukan, pemodelan. Melalui kegiatan menemukan siswa dilatih untuk menemukan sendiri cara untuk memecahkan masalah. Guru membagikan lembar kerja siswa LKS yang berupa soal cerita sederhana yang berhubungan dengan pengukuuran waktu dan siswa diminta untuk menentukan letak 2 jarum jam sesuai dengan waktu yang ditentukan pada soal cerita tersebut konstruktivisme. Kegiatan tersebut termasuk kedalam komponen konstruktivisme. Kegiatan konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah memecahkan masalah termasuk indikator berpikir kritis. Kegiatan lain yang ada di LKS yaitu siswa diminta untuk mengubah satuan jam menjadi satuan menit, satuan menit menjadi satuan detik, dan satuan jam menjadi satuan detik. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan membawa jam tiruan untuk memperagakan letak 2 jarum jam sesuai dengan waktu yang ditentukan sesuai dengan jawaban kelompok modeling. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil kerja kelompoknya bertanya. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami bertanya, konfirmasi. Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa konfirmasi. Di kegiatan akhir, siswa bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan materi dan merefleksikan pembelajaran refleksi. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I secara individu. 3 Pengamatan Peneliti juga melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan proses pembelajaran dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung mengenai kemampuan berpikir kritis siswa. Pengamatan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat dilihat melalui nilai evaluasi pertama. Pengamatan untuk melihat kemampuan berpikir kritis diperoleh dari data pada hasil lembar observasi. Observasi terhadap siswa berpedoman pada lembar pengamatan berpikir kritis. Lembar observasi digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Hasil Belajar Hasil belajar siswa didapatkan dari nilai evaluasi yang dilakukan di akhir siklus I dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 70. Data hasil belajar siswa pada evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I Jumlah Siswa 25 Jumlah Nilai 1834 Rata-rata 73,36 Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 48 Persentase Siswa Tuntas 76 19 siswa Persentase Siswa Tidak Tuntas 24 6 siswa Berdasarkan tabel 4.10 jumlah siswa seluruhnya adalah 25 siswa. jumlah nilai siswa secara keseluruhan adalah 1834 dengan nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu adalah 73,36. Dari 25 siswa ada 19 siswa 76 yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 6 siswa dari 25 siswa 24 yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Data hasil nilai evaluasi siklus I secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 7. b. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan observasi. Tabel 4.11 merupakan hasil perhitungan pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.11 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I No Indikator Rata-rata Kriteria 1 2 Skor Kriteria Skor Kriteria 1 Menganalisis argumen 55 Tidak Kritis 57 Cukup Kritis 56 Tidak Kritis 2 Mampu bertanya 54 Tidak Kritis 63 Cukup Kritis 58,5 Cukup Kritis 3 Mampu menjawab pertanyaan 52 Tidak Kritis 61 Cukup Kritis 56,5 Tidak Kritis 4 Memecahkan masalah 59 Cukup Kritis 62 Cukup Kritis 60,5 Cukup Kritis 5 Membuat kesimpulan 59 Cukup Kritis 66 Cukup Kritis 62,5 Cukup Kritis 6. Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan 50 Tidak Kritis 65 Cukup Kritis 57,5 Tidak Kritis Berdasarkan tabel 4.11 tardapat rata-rata yang diperoleh dari hasil pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada masing-masing indikator. Indikator pertama pada pertemuan 1 diperoleh skor 55 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 54 tidak kritis. Rata-rata untuk indikator pertama adalah 56 dengan kriteria tidak kritis. Indikator kedua pertemuan 1 diperoleh skor 54 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh 63 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator kedua adalah 58,5 cukup kritis. Indikator ketiga pertemuan 1 diperoleh skor 52 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 61 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator ketiga adalah 56,5 tidak kritis. Indikator keempat pertemuan 1 diperoleh skor 59 cukup kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 62 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator keempat adalah 60,5 cukup kritis. Indikator kelima pertemuan 1 diperoleh skor 59 cukup kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 66 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator kelima adalah 62,5 cukup kritis. Indikator PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keenam pertemuan 1 diperoleh skor 50 tidak kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 65 cukup kritis. Rata-rata untuk indikator keenam adalah 57,5 tidak kritis. Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran 20. 4 Refleksi Peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Releksi ini digunakan untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada saat pelaksanaan siklus I. Refleksi yang dilakukan peneliti terdiri dari dua aspek, yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi pembelajaran. a Proses Pembelajaran Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 10 dan 15 Oktober 2014. Siklus I pertemuan pertama dilakukan pada hari Sabtu dengan alokasi waktu 3 × 35 menit 3jp menyesuaikan alokasi waktu di SDN Perumnas Condongcatur. Pertemuan pertama mempelajari tentang contoh alat ukur waktu, contoh satuan waktu, dan hubungan antar satuan waktu. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” sesuai dengan kebiasaan di SDN Perumnas Condongcatur. Kegiatan pembelajaran secara keseluruhan sesuai dengan yang tercantum didalam RPP. Kendala yang dialami pada saat proses pembelajaran adalah ketika peneliti membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Beberapa siswa menginginkan agar anggota kelompok dapat dipilih sendiri, namun peneliti berusaha memberikan pengertian bahwa mereka semua yang berada di kelas VB adalah teman, akhirnya para siswa mau dibagi kedalam kelompok yang anggotanya dipilih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI secara acak. Pada saat setiap kelompok bekerja dengan menggunakan alat peraga berupa jam tiruan, ada beberapa anggota dalam kelompok yang mengobrol dengan teman kelompok lain yang duduknya berdekatan, sehingga kondisi kelas sedikit ramai dan pembelajaran menjadi kurang kondusif. Kekurangan pembelajaran dalam pertemuan pertama adalah ada beberapa siswa yang masih malu-malu atau kurang percaya diri ketika diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis dengan alokasi waktu 3 × 35 menit 3jp. Pada pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah contoh satuan waktu, hubungan antar satuan waktu, dan operasi hitung antar satuan waktu dan masih bekerja sama dalam kelompok. Secara umum proses pembelajaran berlangsung dengan cukup baik. Pada pertemuan kedua ini siswa belajar dengan menggunakan media berupa jam tiruan yang terbuat dari gabus beserta soal cerita sederhana. Kendala yang dialami peneliti pada pertemuan kedua adalah alokasi waktu yang kurang mencukupi karena siswa harus mengerjakan soal evaluasi siklus 1. Pada pertemuan kedua ini situasi pembelajaran lebih kondusif karena siswa lebih mudah diatur, sehingga walaupun waktunya kurang mencukupi, semua kegiatan yang tercantum dalam RPP dapat terlaksana dengan baik. b Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Hasil belajar pada siklus I meningkat dari kondisi awal sebelum penelitian. Peningkatan juga terjadi pada perolehan rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan. Akan tetapi masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran baik dalam proses pembelajaran ataupun hasil yang diperoleh. Kekurangan- kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan siklus I, diharapkan dapat diperbaiki pada saat pelaksanaan siklus II. Peneliti juga ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan nilai pada materi pengukuran waktu. Oleh karena itu perbaikan dilakukan di siklus II agar target dari aspek hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat lebih maksimal. c. Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai tanggal 17 dan 22 Oktober 2015 di kelas VB SDN Perumnas Condongcatur tahun ajaran 20152016. Pelaksanaan siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 3 × 35 menit 3jp sesuai dengan alokasi waktu yang diterapkan oleh SDN Perumnas Condongcatur. 1 Perencanaan Perencanaan pada siklus II adalah peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang digunakan dalam penelitian. Peneliti mengkaji Kompetensi Dasar, indikator, dan materi pokok penelitian. Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kerja Siswa LKS, soal evaluasi, rubrik penilaian, dan media pembelajaran yang membantu siswa dalam belajar. 2 Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 3 × 35 menit 3jp menyesuaikan jam pelajaran di SDN Perumnas Condongcatur. Pertemuan I Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 3 × 35 menit 3 jam pelajaran. Pertemuan pertama mempelajari tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan antar satuan waktu dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Pada kegiatan awal guru membuka pembelajaran dengan cara mengucapkan salam dan berdoa. Guru meminta siswa untuk bergabung bersama dengan teman sekelompoknya sesuai dengan pada saat pembelajaran pada siklus I. Guru melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari menggali pengetahuan misalnya: “Masih ingatkah kalian materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya? Apa saja alat ukur waktu? Apa saj a contoh satuan waktu?” bertanya, konstruktivisme. Kegiatan tersebut termasuk kedalam komponen konstruktivisme. Kegiatan konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah memecahkan masalah termasuk kedalam indikator berpikir kritis. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai alat ukur waktu dan hubungan antar satuan waktu jam, menit, dan detik untuk mengingatkan kembali mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa diminta untuk mendengarkan cerita mengenai permasalahan pengukuran waktu dalam kehidupan sehari-hari yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melibatkan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Siswa mencoba menemukan jawaban dari permasalahan tersebut menemukan. Melalui kegiatan menemukan siswa dapat berlatih untuk menganalisis argumen yang disampaikan oleh masing-masing individu dalam kelompok pada saat mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Setiap kelompok diberikan lembar kerja berupa soal mengenai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan antar satuan waktu konstruktivisme. Kegiatan yang ada dalam LKS adalah siswa diminta untuk melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan antar satuan waktu dengan cara mengubah satuan jam menjadi satuan menit, satuan menit menjadi satuan detik, dan satuan jam menjadi satuan detik sesuai dengan penjelasan guru mengenai hubungan antar satuan waktu menemukan. Tahap selanjutnya, guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Setelah selesai presentasi dan mengerjakan LKS, siswa bersama kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru yang nantinya akan dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian yang ditentukan guru penilaian sebenarnya. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami bertanya, konfirmasi. Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa konfirmasi. Di akhir kegiatan, siswa bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan kemudian siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melakukan refleksi mengenai hal-hal yang telah dipelajari, kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran refleksi. Pertemuan II Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 3 × 35 menit 3jp. Pertemuan kedua mempelajari tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan antar satuan waktu menggunakan ukuran jam dan menit dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Pada kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. Siswa diminta untuk kembali bergabung dengan teman sekelompoknya sesuai dengan pertemuan sebelumnya. Guru melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari bertanya, menggali pengetahuan, misalnya: “Masih ingatkah kalian materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya? Apa saja alat ukur waktu? Apa saja contoh satuan waktu? bertanya. Kegiatan bertanya bertujuan untuk memancing siswa agar dapat menemukan sendiri konsep materi dan apabila siswa belum merasa puas dengan sebuah jawaban, maka siswa tersebut akan bertanya sampai mendapatkan jawaban yang membuat siswa paham. Guru memberikan sebuah cerita sehari-hari yang berkaitan dengan permasalahan pengukuran waktu. Siswa mencoba untuk menemukan jawaban dari permasalahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut menemukan. Setiap kelompok diberikan lembar kerja berupa soal mengenai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan antar satuan waktu melalui soal cerita konstruktivisme. Kegiatan tersebut termasuk kedalam komponen konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah memecahkan masalah merupakan salah satu indikator berpikir kritis. Kegiatan dalam LKS adalah siswa diminta untuk melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan antar satuan waktu dengan cara mengubah satuan jam menjadi satuan menit, satuan menit menjadi satuan detik, dan satuan jam menjadi satuan detik sesuai dengan penjelasan guru mengenai hubungan antar satuan waktu. Setelah selesai mengerjakan LKS kemudian siswa bersama kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru yang nantinya akan dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian yang telah ditentukan guru penilaian sebenarnya. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, kemudian guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan siswa secara bersama-sama konfirmasi. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang berlum dipahami bertanya, konfirmasi. Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa konfirmasi. Di akhir kegiatan, siswa bersama-sama dengan bimbingan guru menyimpulkan materi dan merefleksikan pembelajaran refleksi. Kemudian, siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II secara individu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Setelah selesai kemudian siswa mengumpulkan hasil evaluasi siklus II kepada guru yang nantinya akan dinilai sesuai dengan rubrik penilaian penilaian sebenarnya. 3 Pengamatan Peneliti juga melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan proses pembelajaran dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung mengenai kemampuan berpikir kritis siswa seperti pada siklus I. Pengamatan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat dilihat melalui nilai evaluasi pertama. Pengamatan untuk melihat kemampuan berpikir kritis diperoleh dari data pada hasil lembar observasi. Observasi terhadap siswa berpedoman pada lembar pengamatan berpikir kritis. Lembar observasi digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. Di akhir siklus II peneliti menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada siswa. kuesioner digunakan untuk memperkuat data peneliti untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. a. Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai evaluasi yang dilakukan diakhir siklus II dan evaluasi gabungan siklus I dan siklus II. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM evaluasi siklus II adalah 75, dan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM evaluasi siklus akhir adalah 80. Data hasil belajar siswa pada evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.12 Hasil Nilai Evaluasi Siklus II Jumlah Siswa 25 Jumlah Nilai 2186 Rata-rata 87,44 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 56 Persentase Siswa Tuntas 88 22 siswa Persentase Siswa Tidak Tuntas 12 3 siswa Berdasarkan tabel 4.12 jumlah siswa secara keseluruhan adalah 25 siswa diperoleh jumlah nilai sebesar 2186 dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu adalah 87,44. Ada 22 dari 25 siswa 88 yang mendapatkan nilai diatas KKM. Namun masih ada 3 dari 25 siswa yang belum tuntas KKM 12. Data hasil nilai evaluasi siklus II secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 10. b. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis siswa saat mengikuti proses pembelajaran dapat diketahui dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti berdasarkan pengamatan pada saat pembelajaran. Pada saat melakukan observasi peneliti dibantu oleh teman sejawat. Tabel 4.14 merupakan hasil perhitungan pengamatan kemampuan berpikir kritis ketika proses pembelajaran berlangsung. Tabel 4.13 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II No Indikator Pertemuan Rata-rata Kriteria 1 2 Skor Kriteria Skor Kriteria 1 Menganalisis argumen 72 Kritis 63 Cukup Kritis 67,5 Cukup Kritis 2 Mampu bertanya 63 Cukup Kritis 61 Cukup Kritis 62 Cukup Kritis 3 Mampu menjawab pertanyaan 60 Cukup Kritis 59 Cukup Kritis 59,5 Cukup Kritis 4 Memecahkan masalah 68 Cukup Kritis 62 Cukup Kritis 65 Cukup Kritis 5 Membuat kesimpulan 63 Cukup Kritis 64 Cukup Kritis 63,5 Cukup Kritis 6 Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan 59 Cukup Kritis 59 Cukup Kritis 59 Cukup Kritis Berdasarkan tabel 4.13 terdapat rata-rata yang diperoleh dari hasil pertemuan 1 dan pertemuan 2 disetiap indikator. Indikator pertama pada pertemuan 1 diperoleh skor 72 Kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 63 Cukup Kritis. Rata-rata untuk indikator pertama adalah 67,5 dengan kriteria Cukup Kritis. Indikator kedua pertemuan 1 diperoleh skor 63 Cukup Kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 62 Cukup Kritis. Rata-rata untuk indikator kedua adalah 62 dengan kriteria Cukup Kritis. Indikator ketiga pada pertemuan 1 diperoleh skor 60 Cukup Kritis dan pada pertemuan kedua diperoleh skor 59 Cukup Kritis. Rata-rata untuk indikator ketiga adalah 59,5 dengan kriteria Cukup Kritis. Indikator keempat pada pertemuan 1 diperoleh skor 68 Cukup Kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 62 Cukup Kritis. Rata-rata untuk indikator keempat adalah 65 dengan kriteria Cukup Kritis. Indikator kelima pada pertemuan 1 diperoleh skor 63 Cukup Kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI skor 64 Cukup Kritis Rata-rata untuk indikator kelima adalah 63,5 dengan kriteria Cukup Kritis. Indikator keenam pada pertemuan 1 diperoleh skor 59 Cukup Kritis dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 59 Cukup Kritis. Rata-rata untuk indikator keenam adalah 59 dengan kriteria Cukup Kritis. Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siklus II dapat dilihat pada lampiran 21. Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa yang diberikan diakhir siklus II. Kuesioner diberikan kepada siswa dengan maksud untuk memperkuat data observasi yang dilihat dari pengamatan peneliti. Hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis siswa pada masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut: Tabel 4.14 Data Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap Indikator di Kondisi Akhir No Indikator Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Persentase Jumlah Siswa yang Cukup Kritis Nilai Kriteria ∑ Siswa Persentase 1 Menganalisis argumen 15,48 77,4 Cukup Kritis 20 80 2 Mampu bertanya 7,96 79,6 Cukup Kritis 21 84 3 Mampu menjawab pertanyaan 7,44 74,4 Cukup Kritis 20 80 4 Memecahkan masalah 22,24 74,13 Cukup Kritis 19 76 5 Membuat Kesimpulan 7,88 78,8 Cukup Kritis 22 88 6 Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan 15,76 78,8 Cukup Kritis 21 84 7 Keseluruhan 77,04 77,04 Cukup Kritis 22 88 Berdasarkan tabel 4.14 terdapat 6 indikator beserta jumlah nilai siswa yang mampu berpikir kritis dan persentasenya yang dimasukkan kedalam suatu kriteria. Tabel tersebut juga berisi skor rata-rata yang diperoleh dari hasil kuesioner pada kondisi akhir. Indikator pertama memiliki nilai sebesar 77,4 Cukup Kritis. Indikator kedua memiliki nilai sebesar 79,6 Cukup Kritis. Indikator ketiga memiliki nilai 74,4 Cukup Kritis. Indikator keempat memiliki nilai 74,13 Cukup Kritis. Indikator kelima memiliki nilai 78,8 Cukup Kritis, dan indikator keenam memiliki nilai sebesar 78,8 Cukup Kritis. Pada keseluruhan memiliki nilai 77,04 Cukup Kritis. Berdasarkan kriteria dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut dikatakan cukup kritis. Pada kondisi akhir indikator pertama memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 80 Kritis. Indikator kedua memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 84 Kritis. Indikator ketiga memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 80 Kritis. Indikator keempat memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 76 Cukup Kritis. Indikator kelima memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 88 Kritis. Indikator keenam memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 84 Kritis. Pada keseluruhan memiliki persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis sebesar 88 Kritis. Data kondisi akhir kemampuan berpikir kritis secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 18. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan kategori dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut semua berada dalam kriteria kritis. Pada masing-masing indikator pada kondisi awal peneliti menyajikan data hasil kuesioner setiap siswa sebagai berikut: 1 Indikator 1 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator 1 adalah menganalisis argumen. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 5 dan 6, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 11 dan 14. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.15 indikator 1 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4.15 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir No Nama Item Skor Kriteria 5 6 11 14 1 DZHR 5 5 4 4 18 Sangat Kritis 2 KPH 5 5 5 4 19 Sangat Kritis 3 MSN 4 5 5 5 19 Sangat Kritis 4 NNN 3 3 2 3 11 Tidak Kritis 5 PPP 5 5 3 3 16 Kritis 6 AFM 4 4 3 4 15 Cukup Kritis 7 AFAT 4 5 4 5 18 Sangat Kritis 8 CH 4 3 5 4 16 Kritis 9 LRR 4 4 4 4 16 Kritis 10 NPN 3 3 3 5 14 Cukup Kritis 11 SFRA 3 4 4 5 18 Sangat Kritis 12 TA 4 3 4 4 15 Cukup Kritis 13 KP 5 4 5 4 18 Sangat Kritis 14 MRM 3 3 3 2 11 Tidak Kritis 15 NNH 4 4 5 4 17 Kritis 16 RH 3 3 2 3 11 Tidak Kritis 17 SA 5 5 4 4 18 Sangat Kritis 18 SAP 5 5 4 4 18 Sangat Kritis 19 SDSA 4 3 4 3 14 Cukup Kritis 20 AYAP 5 4 4 4 17 Kritis 21 AMA 4 3 4 3 14 Cukup Kritis 22 RMA 4 4 4 4 16 Kritis 23 SMY 3 3 2 2 10 Tidak Kritis 24 LUD 4 4 4 4 16 Kritis 25 KLP 3 3 3 3 12 Tidak Kritis Jumlah skor kelas 387 Rata-rata kelas 15,48 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 77,4 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 20 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 80 Berdasarkan tabel 4.15 terdapat jumlah skor kelas sebesar 387 dari skor maksimal 500. Rata-rata kelas sebesar 15,48 dari rata-rata maksimal 20 dan terdapat skor 77,4 dari nilai rata-rata kelas, dan 20 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 80 kritis. Kriteria indikator 1 dapat dilihat pada tabel 3.14. 2 Indikator 2 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang kedua adalah mampu bertanya. Terdapat dua jenis aitem yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 1, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 3. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.16 indikator 2 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.16 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir No Nama Item Skor Kriteria 1 3 1 DZHR 5 4 9 Sangat Kritis 2 KPH 4 4 8 Kritis 3 MSN 5 4 9 Sangat Kritis 4 NNN 4 4 8 Kritis 5 PPP 5 4 9 Sangat Kritis 6 AFM 4 3 7 Cukup Kritis 7 AFAT 5 4 9 Sangat Kritis 8 CH 4 4 8 Kritis 9 LRR 4 2 6 Tidak Kritis 10 NPN 4 4 8 Kritis 11 SFRA 3 3 6 Tidak Kritis 12 TA 4 4 8 Kritis 13 KP 4 4 8 Kritis 14 MRM 3 4 7 Tidak Kritis 15 NNH 4 5 9 Sangat Kritis 16 RH 4 4 8 Kritis 17 SA 5 4 9 Sangat Kritis 18 SAP 4 4 8 Kritis 19 SDSA 5 4 9 Sangat Kritis 20 AYAP 5 4 9 Sangat Kritis 21 AMA 4 4 8 Kritis 22 RMA 4 3 7 Cukup Kritis 23 SMY 3 3 6 Tidak Kritis 24 LUD 4 4 8 Kritis 25 KLP 4 4 8 Kritis Jumlah skor kelas 199 Rata-rata kelas 7,96 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 79,6 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 21 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 84 Berdasarkan tabel 4.16 terdapat jumlah skor kelas sebesar 199 dari skor maksimal 250. Rata-rata kelas sebesar 7,96 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor nilai rata-rata kelas sebesar 79,6 dan 21 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 84 kritis. Kriteria indikator 2 dapat dilihat pada tabel 3.15. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Indikator 3 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang ketiga adalah mampu menjawab pertanyaan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 4, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 8. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.17 indikator 3 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4.17 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir No Nama Item Skor Kriteria 4 8 1 DZHR 4 3 7 Cukup Kritis 2 KPH 5 4 9 Sangat Kritis 3 MSN 4 4 8 Kritis 4 NNN 3 4 7 Cukup Kritis 5 PPP 2 4 6 Tidak Kritis 6 AFM 4 4 8 Kritis 7 AFAT 4 5 9 Sangat Kritis 8 CH 3 3 6 Tidak Kritis 9 LRR 4 3 7 Cukup Kritis 10 NPN 3 4 7 Cukup Kritis 11 SFRA 3 3 6 Tidak Kritis 12 TA 4 4 8 Kritis 13 KP 4 3 7 Cukup Kritis 14 MRM 3 3 6 Tidak Kritis 15 NNH 3 4 6 Tidak Kritis 16 RH 3 3 6 Tidak Kritis 17 SA 5 5 10 Sangat Kritis 18 SAP 4 4 8 Kritis 19 SDSA 4 4 8 Kritis 20 AYAP 4 5 9 Sangat Kritis 21 AMA 4 3 7 Cukup Kritis 22 RMA 4 4 8 Kritis 23 SMY 4 4 8 Kritis 24 LUD 4 3 7 Cukup Kritis 25 KLP 4 4 8 Kritis Jumlah skor kelas 186 Rata-rata kelas 7,44 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 74,4 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 20 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 80 Berdasarkan tabel 4.17 terdapat jumlah skor kelas sebesar 186 dari skor maksimal 250. Rata-rata kelas sebesar 7,44 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor nilai rata-rata kelas sebesar 74,4 dan 20 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 80 kritis. Kriteria indikator 3 dapat dilihat pada tabel 3.16. 4 Indikator 4 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang keempat adalah memecahkan masalah. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 2, 7, dan 17, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 9, 10, dan 15. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.18 indikator 4 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4.18 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir No Nama Item Skor Kriteria 2 7 9 10 15 17 1 DZHR 5 5 5 4 4 4 27 Sangat Kritis 2 KPH 5 5 5 5 4 4 28 Sangat Kritis 3 MSN 3 3 3 3 4 3 19 Tidak Kritis 4 NNN 3 4 3 3 4 4 21 Cukup Kritis 5 PPP 3 3 4 5 5 4 24 Kritis 6 AFM 4 4 3 3 3 3 20 Cukup Kritis 7 AFAT 4 4 5 4 5 5 27 Sangat Kritis 8 CH 3 3 4 4 4 4 22 Cukup Kritis 9 LRR 3 4 3 4 4 4 22 Cukup Kritis 10 NPN 3 3 3 3 3 3 18 Tidak Kritis 11 SFRA 3 4 3 5 3 4 22 Cukup Kritis 12 TA 4 4 4 4 4 4 24 Kritis 13 KP 4 3 3 5 3 3 21 Cukup Kritis 14 MRM 3 3 4 3 3 3 19 Tidak Kritis 15 NNH 3 3 3 4 3 3 19 Tidak Kritis 16 RH 3 3 3 4 4 3 20 Cukup Kritis 17 SA 5 5 5 5 5 4 29 Sangat Kritis 18 SAP 5 4 5 3 3 3 23 Cukup Kritis 19 SDSA 5 3 3 3 3 4 21 Cukup Kritis 20 AYAP 5 5 5 5 5 4 29 Sangat Kritis 21 AMA 4 5 3 3 3 3 21 Cukup Kritis 22 RMA 4 3 3 3 3 3 19 Tidak Kritis 23 SMY 4 3 3 3 3 3 19 Tidak Kritis 24 LUD 3 4 5 3 3 3 21 Cukup Kritis 25 KLP 3 4 3 4 3 4 21 Cukup Kritis Jumlah skor kelas 556 Rata-rata kelas 22,24 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 74,13 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 19 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 76 Berdasarkan tabel 4.18 terdapat jumlah skor kelas sebesar 556 dari skor maksimal 750. Rata-rata kelas sebesar 22,24 dari rata-rata maksimal 30 dan terdapat skor nilai rata-rata kelas sebesar 74,13 dan 19 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 76 cukup kritis. Kriteria indikator 4 dapat dilihat pada tabel 3.17. 5 Indikator 5 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang kelima adalah membuat kesimpulan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 12, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 13. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berikut ini adalah tabel 4.19 indikator 5 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4.19 Skor Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir No Nama Item Skor Kriteria 12 13 1 DZHR 4 4 8 Kritis 2 KPH 4 4 8 Kritis 3 MSN 3 4 7 Cukup Kritis 4 NNN 4 3 7 Cukup Kritis 5 PPP 5 4 9 Sangat Kritis 6 AFM 3 4 7 Cukup Kritis 7 AFAT 4 5 9 Kritis 8 CH 4 4 8 Kritis 9 LRR 5 4 9 Sangat Kritis 10 NPN 4 4 8 Kritis 11 SFRA 3 3 6 Tidak Kritis 12 TA 4 5 9 Sangat Kritis 13 KP 3 4 7 Cukup Kritis 14 MRM 4 4 8 Kritis 15 NNH 4 3 7 Cukup Kritis 16 RH 2 4 6 Tidak Kritis 17 SA 5 5 10 Sangat Kritis 18 SAP 3 4 7 Cukup Kritis 19 SDSA 4 4 8 Kritis 20 AYAP 5 5 10 Sangat Kritis 21 AMA 4 5 9 Sangat Kritis 22 RMA 5 4 9 Sangat Kritis 23 SMY 3 3 6 Tidak Kritis 24 LUD 4 4 8 Kritis 25 KLP 3 4 7 Cukup Kritis Jumlah skor kelas 197 Rata-rata kelas 7,88 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 78,8 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 22 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 88 Berdasarkan tabel 4.19 terdapat jumlah skor kelas sebesar 197 dari skor maksimal 250. Rata-rata kelas sebesar 7,88 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor nilai rata-rata kelas sebesar 78,8 dan 22 siswa dari 25 siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 88 kritis. Kriteria indikator 5 dapat dilihat pada tabel 3.18. 6 Indikator 6 Kondisi akhir kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator yang keenam adalah keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. Terdapat dua jenis aitem pernyataan yaitu Favorabel dan Unfavorabel. Pernyataan Favorabel terdapat pada nomor 18 dan 19, sedangkan pernyataan Unfavorabel terdapat pada nomor 16 dan 20. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini adalah tabel 4.20 indikator 6 kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir. Tabel 4.20 Skor Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir No Nama Item Skor Kriteria 16 18 19 20 1 DZHR 4 5 5 4 18 Sangat Kritis 2 KPH 4 5 5 4 18 Sangat Kritis 3 MSN 4 4 4 4 16 Kritis 4 NNN 3 2 2 3 10 Sangat Tidak Kritis 5 PPP 4 4 4 4 16 Kritis 6 AFM 4 5 5 3 17 Kritis 7 AFAT 5 4 5 4 18 Sangat Kritis 8 CH 4 3 3 2 12 Tidak Kritis 9 LRR 3 3 3 3 12 Tidak Kritis 10 NPN 4 4 4 5 17 Kritis 11 SFRA 4 4 4 3 15 Cukup Kritis 12 TA 4 3 3 4 14 Cukup Kritis 13 KP 4 4 5 4 17 Kritis 14 MRM 4 3 3 3 13 Cukup Kritis 15 NNH 4 5 5 4 18 Sangat Kritis 16 RH 4 4 4 5 17 Kritis 17 SA 4 4 5 4 17 Kritis 18 SAP 4 4 4 5 17 Kritis 19 SDSA 3 4 4 4 14 Cukup Kritis 20 AYAP 5 5 5 4 19 Sangat Kritis 21 AMA 3 3 3 3 12 Tidak Kritis 22 RMA 4 4 4 4 16 Kritis 23 SMY 4 4 5 5 18 Sangat Kritis 24 LUD 4 4 4 5 17 Kritis 25 KLP 4 4 4 4 16 Kritis Jumlah skor kelas 394 Rata-rata kelas 15,76 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 78,8 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 21 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 84 Berdasarkan tabel 4.20 terdapat jumlah skor kelas sebesar 394 dari skor maksimal 500. Rata-rata kelas sebesar 15,76 dari rata-rata maksimal 20 dan terdapat skor 78,8 dari nilai rata-rata kelas, dan 21 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang masuk kedalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 84 kritis. Kriteria indikator 6 dapat dilihat pada tabel 3.19. Kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi akhir masuk dalam kriteria kritis. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perolehan skor rata-rata seluruh siswa sebesar 15,76 dengan kriteria cukup kritis. Persentase jumlah siswa yang kritis secara keseluruhan adalah 84 dengan kriteria kritis. Skor yang diperoleh untuk keseluruhan indikator pada kondisi akhir sebagai berikut: Tabel 4.21 Skor Keseluruhan Indikator pada Kondisi Akhir No Nama Indikator Skor Kriteria 1 2 3 4 5 6 1 DZHR 18 9 7 27 8 18 87 Kritis 2 KPH 19 8 9 28 8 18 90 Sangat Kritis 3 MSN 19 9 8 19 7 16 78 Cukup Kritis 4 NNN 11 8 7 21 7 10 64 Tidak Kritis 5 PPP 16 9 6 24 9 16 80 Kritis 6 AFM 15 7 8 20 7 17 74 Cukup Kritis 7 AFAT 18 9 9 27 9 18 90 Sangat Kritis 8 CH 16 8 6 22 8 12 72 Cukup Kritis 9 LRR 16 6 7 22 9 12 72 Cukup Kritis 10 NPN 14 8 7 18 8 17 74 Cukup Kritis 11 SFRA 18 6 6 22 6 15 73 Cukup Kritis 12 TA 15 8 8 24 9 14 78 Cukup Kritis 13 KP 18 8 8 21 7 17 79 Cukup Kritis 14 MRM 11 7 6 19 8 13 64 Tidak Kritis 15 NNH 17 9 9 19 7 18 79 Cukup Kritis 16 RH 11 8 8 20 6 17 70 Cukup Kritis 17 SA 18 9 10 29 10 17 94 Sangat Kritis 18 SAP 18 8 8 23 7 17 81 Kritis 19 SDSA 14 9 9 21 8 14 75 Cukup Kritis 20 AYAP 17 9 9 29 10 19 93 Sangat Kritis 21 AMA 14 8 8 21 9 12 72 Cukup Kritis 22 RMA 16 7 7 19 9 16 74 Cukup Kritis 23 SMY 10 8 8 19 6 18 77 Cukup Kritis 24 LUD 14 7 6 15 6 16 64 Tidak Kritis 25 KLP 12 8 8 21 7 16 72 Cukup Kritis Jumlah skor kelas 1926 Rata-rata kelas 77,04 Cukup Kritis Nilai rata-rata kelas 77,04 Cukup Kritis Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 22 Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 88 Berdasarkan tabel 4.21 terdapat jumlah skor kelas sebesar 1926 dari skor maksimal 2500. Rata-rata kelas sebesar 77,04 dari rata-rata maksimal 100 dan terdapat skor 77,04 cukup kritis dari nilai rata-rata kelas. Terdapat 22 siswa dari 25 siswa seluruhnya yang termasuk kedalam kriteria cukup kritis atau dengan presentase 88 kritis. Kriteria keseluruhan indikator dapat dilihat pada tabel 3.20. c. Refleksi Peneliti kembali melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Refleksi ini berguna untuk memperbaiki kendala atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan siklus II. Berdasarkan kendala atau kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran siklus II diharapkan guru dapat mengambil manfaat dari hal tersebut. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti mencakup dua aspek yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Proses Pembelajaran Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu tanggal 17 dan 22 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 3 × 35 menit 3jp menyesuaikan alokasi waktu di SDN Perumnas Condongcatur. Pada pertemuan pertama membahas operasi hitung penjumlahan dan pengurangan antar satuan waktu. Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama ini secara keseluruhan sudah sesuai dengan RPP dan berjalan dengan lancar dibandingkan pada siklus I. Pada pertemuan pertama ini masih terdapat kendala yaitu masih ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya kepada guru apabila menemui kesulitan, sehingga guru harus memancing siswa untuk bertanya dengan cara memberikan reward kepada siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Pada siklus II pertemuan kedua semua siswa terlihat lebih antusias untuk mengikuti proses pembelajaran. Setiap siswa sudah bisa bekerjasama dengan baik bersama kelompoknya dan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua ini sudah tercapai dengan baik sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. b. Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Hasil belajar pada siklus II terdapat peningkatan dibandingkan hasil belajar pada siklus I. Perolehan rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan meningkat. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran, baik dalam proses pembelajaran ataupun hasil yang diperoleh. Keterbatasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua siklus.

3. Grafik Penelitian Hasil Belajar

Gambar 4.1 adalah grafik yang menggambarkan hasil penelitian yaitu rata- rata hasil belajar siswa dari kondisi awal, evaluasi 1, dan evaluasi 2. Gambar 4.1 Rata-Rata Hasil Belajar Hasil belajar pada kondisi awal diperoleh rata-rata sebesar 63,38 yang diperoleh dari hasil belajar 1 tahun terakhir. Hasil belajar pada evaluasi 1 diperoleh rata-rata sebesar 73,36 dengan target sebesar 70. Hasil belajar pada evaluasi 2 diperoleh rata-rata sebesar 87,44 dengan target sebesar 75. Peneliti juga menyajikan grafik yang menggambarkan hasil penelitian mengenai persentase ketuntasan hasil belajar siswa dari kondisi awal, evaluasi 1, dan evaluasi 2 sebagai berikut: 63,38 70 75 73,36 87,44 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kondisi awal Evaluasi 1 Evaluasi 2 Kondisi awal Target Pencapaian Gambar 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi awal hasil belajar diperoleh persentase 42,85 yang diperoleh dari hasil belajar 1 tahun terakhir. Pencapaian persentase ketuntasan hasil belajar pada evaluasi 1 adalah 76 dengan target sebesar 70. Pada evaluasi 2 diperoleh persentase sebesar 88 dengan target sebesar 75.

4. Grafik Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis

Gambar 4.3 adalah grafik yang menggambarkan hasil penelitian kuesioner kemampuan berpikir kritis dari kondisi awal dan kondisi akhir. Hasil penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada siswa. 42,85 70 75 76 88 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 Kondisi awal Evaluasi 1 Evaluasi 2 Kondisi awal Target Pencapaian Gambar 4.3 Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi awal pada indikator pertama diperoleh nilai 64,4 sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 77,4. Kondisi awal pada indikator kedua diperoleh nilai 60,4 sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 79,6. Kondisi awal pada indikator ketiga diperoleh nilai 62,4, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 74,4. Kondisi awal indikator keempat diperoleh nilai 63,47, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 74,13. Kondisi awal pada indikator kelima diperoleh nilai 64,4, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 78,8. Kondisi awal pada indikator keenam adalah 64,2, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai 78,8. Keseluruhan indikator pada kondisi awal diperoleh nilai 63,08, sedangkan pada kondisi akhir diperoleh nilai sebesar 77,04. Selain grafik rata-rata hasil kuesioner, peneliti juga menyajikan data persentase jumlah siswa yang kritis sebagai berikut: 64,4 60,4 62,4 63,47 64,4 64,2 63,08 77,4 79,6 74,4 74,13 78,8 78,8 77,04 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Awal Siklus Akhir Siklus Gambar 4.4 Persentase Jumlah Siswa yang Kritis Kondisi awal pada indikator pertama diperoleh persentase sebesar 48 dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 80 dengan target 70. Kondisi awal pada indikator kedua diperoleh persentase sebesar 44 dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 84 dengan target 70. Kondisi awal pada indikator ketiga diperoleh persentase sebesar 44 dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 44 dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 80 dengan target 70. Kondisi awal pada indikator keempat diperoleh persentase sebesar 43,33 dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 76 dengan target 70. Kondisi awal pada indikator kelima diperoleh persentase sebesar 40 dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 88 dengan target 75. Kondisi awal pada indikator keenam diperoleh persentase sebesar 56 dan pada kondisi akhir diperoleh persentase sebesar 84 dengan target 75. 48 44 44 43,33 40 56 32 70 70 70 70 75 75 75 80 84 80 76 88 84 88 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kondisi awal Target Kondisi Akhir Keseluruhan dari kondisi awal sebesar 32 dan pada kondisi akhir sebesar 88 dengan target 75.

3. Grafik Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis

Grafik hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini: Gambar 4.5 Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 1 pada indikator pertama diperoleh skor 56, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 67,5. Siklus 1 pada indikator kedua diperoleh skor 58,5, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 62. Siklus 1 pada indikator ketiga diperoleh skor 56,5, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 59,5. Siklus 1 pada indikator keempat diperoleh skor 60,5, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 65. Siklus 1 pada indikator kelima diperoleh skor 62,5, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 63,5. Siklus 1 pada indikator keenam diperoleh skor 57,5, sedangkan pada siklus 56 58,5 56,5 60,5 62,5 57,5 58,58 67,5 62 59,5 65 63,5 59 62,75 10 20 30 40 50 60 70 80 Siklus 1 Siklus 2 2 diperoleh skor 59. Keseluruhan diperoleh skor 58,58 pada siklus 1, sedangkan pada siklus 2 diperoleh skor 62,75. Persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada siklus I adalah 60, sedangkan persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada siklus II adalah 80.

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatakan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VA pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

3 17 366

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393