Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

(1)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA KELAS VB PADA MATERI PENGUKURAN WAKTU MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SDN PERUMNAS

CONDONGCATUR

Lutfi Lingga Ratih Gupita (121134027) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada materi Pengukuran Waktu siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur. Penelitian ini bertujuan untuk 1) medeskripsikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan 3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur berjumlah 25 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner, observasi, wawancara, dan tes tertulis berupa soal uraian. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: membangun pengetahuan, siswa menyusun pertanyaan, siswa mencari dan menemukan data, siswa dibagi kedalam kelompok belajar, guru menggunakan media dalam pembelajaran, guru melakukan penilaian, dan siswa dan guru melakukan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan: siklus I hasil belajar sebesar 73,36, dan siklus II meningkat menjadi 87,44. Pencapaian KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 42,85% meningkat pada siklus I menjadi 76%, dan siklus II menjadi 84%. Peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis hasil kuesioner meningkat dari kondisi awal sebesar 63,80 (tidak kritis) menjadi 77,04 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Persentase jumlah siswa minimal cukup kritis meningkat dari kondisi awal 32% menjadi 88% pada kondisi akhir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VB SDN Perumnas Condongcatur.

Kata kunci: Hasil belajar, kemampuan berpikir kritis, pengukuran waktu,


(2)

ix

ABSTRACT

STUDENT IMPROVEMENT OF MATHEMATIC LEARNING OUTCOME AND CRITICAL THINKING ABILITY OF CLASS VB IN TIME STUDY

MATERIAL THROUGH CONTEXTUAL MATERIAL PERUMNAS CONDONGCATUR ELEMENTARY SCHOOL

Lutfi Lingga Ratih Gupita (121134027) Sanata Dharma University 2016

This research was based on the low result of learning and critical thinking ability on the time study material of class VB Perumnas Condongcatur Elementary School. This study aimed to 1) describe the application the contextual learning to improvement of learning and mathematic critical thinking, 2) knowed improvement of learning outcomes, and 3) determine the improvement of

students’ critical thinking ability.

This research was Classroom Action Research. This research was with two cycles, each cycle consisted of two meeting. Subjects in this study were class VB Perumnas Condongcatur Elementary School totaling 25 students. The object of

the research is the result of students’ learning and critical thinking ability. Data

collection technique is in the form of tests and non test. The instruments of this research using questionnaires, observation, interview and written test in the form of analysis questions. Analysis of the data of this study used quantitative.

Contextual learning steps consist of build knowledge, students prepare questions, the students find the data, students are divided into groups to learn, teachers use instructional media, teacher assessment, and students and teachers to reflect. The research result showed: In first cycle the learning outcomes of 73,36, in second cycle increased to 87,44. The minimum completennes criteria achievement obtained increased from initial condition of 42,85%, in first cycle increased to 76%, and in second cycle increased to 84%. Critical thinking ability questionnaire results increased from the initial condition with value 63,80 (not critical) to 77,04 (quite critical) on the end condition. Completennes percentage increased from 32% on the initial conditions to 88% on the final conditions. It could be concluded that contextual learning can improve learning outcomes and the ability to think critically of class VB Perumnas Condongcatur Elementary School.

Keywords: learning outcome, critical thinking ability, time study, contextual


(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA KELAS VB PADA MATERI

PENGUKURAN WAKTU MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SDN PERUMNAS CONDONGCATUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Lutfi Lingga Ratih Gupita 121134027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2016


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH S.W.T atas selesainya skripsi ini. Pada proses pembuatan skripsi ini tentulah banyak pihak yang turut serta mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu dengan rasa bangga saya mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta, Bambang Dwi Santoso, S.Pd. dan Endang Sawitri, S.Pd yang tidak pernah lelah untuk memberikan dukungan baik secara moral dan material, doa, dan juga semangat.

2. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan motivasi, doa, dan dukungan yang dapat menambah semangat dalam menghadapi segala sesuatu.

3. Sahabat dan teman terkasih yang selalu mendampingi dalam berbagai situasi dan kondisi.

4. Teman-teman satu payung atas segala keterbukaan dan kerja sama dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Teman-teman satu kelas dan satu angkatan PGSD 2012 yang selalu berbagi pengalaman serta kesediaan untuk saling melengkapi selama proses perkuliahan di PGSD Sanata Dharma.

6. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang ikut andil dalam membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini semoga selalu dilindungi dan diberkati oleh Tuhan. Amin.


(7)

MOTTO

 Katakan aku BISA maka aku akan BERHASIL JANGAN

Katakan aku TIDAK BISA maka aku TIDAK AKAN BERHASIL


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA KELAS VB PADA MATERI PENGUKURAN WAKTU MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SDN PERUMNAS

CONDONGCATUR

Lutfi Lingga Ratih Gupita (121134027) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada materi Pengukuran Waktu siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur. Penelitian ini bertujuan untuk 1) medeskripsikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan 3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur berjumlah 25 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner, observasi, wawancara, dan tes tertulis berupa soal uraian. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: membangun pengetahuan, siswa menyusun pertanyaan, siswa mencari dan menemukan data, siswa dibagi kedalam kelompok belajar, guru menggunakan media dalam pembelajaran, guru melakukan penilaian, dan siswa dan guru melakukan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan: siklus I hasil belajar sebesar 73,36, dan siklus II meningkat menjadi 87,44. Pencapaian KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 42,85% meningkat pada siklus I menjadi 76%, dan siklus II menjadi 84%. Peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis hasil kuesioner meningkat dari kondisi awal sebesar 63,80 (tidak kritis) menjadi 77,04 (cukup kritis) pada kondisi akhir. Persentase jumlah siswa minimal cukup kritis meningkat dari kondisi awal 32% menjadi 88% pada kondisi akhir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VB SDN Perumnas Condongcatur.

Kata kunci: Hasil belajar, kemampuan berpikir kritis, pengukuran waktu,

pembelajaran kontekstual.


(11)

ABSTRACT

STUDENT IMPROVEMENT OF MATHEMATIC LEARNING OUTCOME AND CRITICAL THINKING ABILITY OF CLASS VB IN TIME STUDY

MATERIAL THROUGH CONTEXTUAL MATERIAL PERUMNAS CONDONGCATUR ELEMENTARY SCHOOL

Lutfi Lingga Ratih Gupita (121134027) Sanata Dharma University 2016

This research was based on the low result of learning and critical thinking ability on the time study material of class VB Perumnas Condongcatur Elementary School. This study aimed to 1) describe the application the contextual learning to improvement of learning and mathematic critical thinking, 2) knowed improvement of learning outcomes, and 3) determine the improvement of students’ critical thinking ability.

This research was Classroom Action Research. This research was with two cycles, each cycle consisted of two meeting. Subjects in this study were class VB Perumnas Condongcatur Elementary School totaling 25 students. The object of the research is the result of students’ learning and critical thinking ability. Data collection technique is in the form of tests and non test. The instruments of this research using questionnaires, observation, interview and written test in the form of analysis questions. Analysis of the data of this study used quantitative.

Contextual learning steps consist of build knowledge, students prepare questions, the students find the data, students are divided into groups to learn, teachers use instructional media, teacher assessment, and students and teachers to reflect. The research result showed: In first cycle the learning outcomes of 73,36, in second cycle increased to 87,44. The minimum completennes criteria achievement obtained increased from initial condition of 42,85%, in first cycle increased to 76%, and in second cycle increased to 84%. Critical thinking ability questionnaire results increased from the initial condition with value 63,80 (not critical) to 77,04 (quite critical) on the end condition. Completennes percentage increased from 32% on the initial conditions to 88% on the final conditions. It could be concluded that contextual learning can improve learning outcomes and the ability to think critically of class VB Perumnas Condongcatur Elementary School.

Keywords: learning outcome, critical thinking ability, time study, contextual

learning.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul:

“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika

Siswa Kelas VB pada Materi Pengukuran Waktu Melalui Pembelajaran

Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur”

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan selalu terbuka apabila dimintai saran dan pendapat sehingga memperkaya peneliti.

6. Drs. Mukija, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.


(13)

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………....ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...iv

HALAMAN MOTTO ………...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………...vii

ABSTRAK ………..viii

ABSTRACT ………. ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ………...xii

DAFTAR GAMBAR ………...xiv

DAFTAR TABEL ………...xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi Masalah ………....6

C. Batasan Masalah ………...7

D. Rumusan Masalah ………...7

E. Tujuan Penelitian ………....8

F. Manfaat Penelitian ………..8

G. Definisi Operasional ………. 10

BAB II LANDASAN TEORI ……….11

A. Kajian Teori ………..11

1. Belajar ……… 11


(15)

2. Hasil Belajar ………... 13

3. Berpikir Kritis ………...21

4. Matematika ……….... 28

5. Pembelajaran Kontekstual ... ………....30

B. Penelitian yang Relevan ………....34

C. Kerangka Berpikir ………...37

D. Hipotesis Tindakan ………....39

BAB III METODE PENELITIAN ………... 40

A. Jenis Penelitian ………...40

B. Setting Penelitian ………...42

C. Persiapan ………...43

D. Rencana Setiap Siklus ………...44

E. Teknik Pengumpulan Data ………....53

F. Instrumen Penelitian ………...56

G. Teknik Pengujian Instrumen ………...63

H. Teknik Analisis Data ………...70

I. Jadwal Penelitian ………...81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 82

A. Hasil Penelitian ………...82

B. Pembahasan ……… 132 BAB V PENUTUP ……… 139 A. Kesimpulan ……… 139 B. Keterbatasan Penelitian ……… 140

C. Saran ……… 141

DAFTAR REFERENSI ……… 142

LAMPIRAN ……… 148


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta Konsep Materi Pengukuran ……….. 30

Gambar 2.2 Hubungan Antar Satuan Waktu ……….... 30

Gambar 2.3 Literatur dari Penelitian Terdahulu ……….. 37

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc. Taggart ………. 41

Gambar 4.1 Rata-Rata Hasil Belajar ………...127

Gambar 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar ………...128

Gambar 4.3 Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis ………...129

Gambar 4.4 Persentase Jumlah Siswa yang Kritis ………...130

Gambar 4.5 Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis ………...131


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis ………... 26

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ……….... 26

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru Mengenai Proses Pembelajaran ………... 56

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Guru Mengenai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ……… 57 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis ………. 58 Tabel 3.4 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ……… 60 Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ……… 61 Tabel 3.6 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ………. 62 Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Validasi ………. 64 Tabel 3.8 Hasil Validasi Silabus ……… 64 Tabel 3.9 Hasil Validasi RPP ……….. 65

Tabel 3.10 Hasil Validasi LKS ……… 67

Tabel 3.11 Hasil Validasi Soal Evaluasi ……….. 68

Tabel 3.12 Hasil Validasi Kuesioner ………... 69

Tabel 3.13 PAP Tipe 1 ………. 73

Tabel 3.14 Kriteria Indikator 1 ……… 75

Tabel 3.15 Kriteria Indikator 2 ……… 75 Tabel 3.16 Kriteria Indikator 3 ……… 75 Tabel 3.17 Kriteria Indikator 4 ……… 76 Tabel 3.18 Kriteria Indikator 5 ……… 76 Tabel 3.19 Kriteria Indikator 6 ……… 77

Tabel 3.20 Kriteria Keseluruhan Indikator ……….. 77


(18)

Tabel 3.21 Kriteria Rata-Rata Observasi Seluruh Siswa...78 Tabel 3.22 Indikator Keberhasilan Hasil Belajar ………..81 Tabel 3.23 Indikator Keberhasilan Kemampuan Berpikir Kritis Keseluruhan … 80 Tabel 3.24 Jadwal Penelitian ……… 81 Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Nilai Ulangan Matematika Kelas VB Tahun

Pelajaran 2014/2015 ………. 83 Tabel 4.2 Data Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap

Indikator di Kondisi Awal ………... 85 Tabel 4.3 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal ….87 Tabel 4.4 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal ….88 Tabel 4.5 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal ….89 Tabel 4.6 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal ….91 Tabel 4.7 Skor Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal ….92 Tabel 4.8 Skor Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Awal ….94 Tabel 4.9 Skor Kesseluruhan Indikator pada Kondisi Awal ……….95 Tabel 4.10 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I ……….102 Tabel 4.11 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ……. 103 Tabel 4.12 Hasil Nilai Evaluasi Siklus II ………... 112 Tabel 4.13 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II …… 113 Tabel 4.14 Data Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap

Indikator di Kondisi Akhir ………... 114 Tabel 4.15 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir ………... 116 Tabel 4.16 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir ………... 118


(19)

Tabel 4.17 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir ………... 119 Tabel 4.18 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir ………....120 Tabel 4.19 Skor Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir ………....122 Tabel 4.20 Skor Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir ……….. 123 Tabel 4.21 Skor Keseluruhan Indikator pada Kondisi Akhir ………. 124 Tabel 4.22 Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar ……….134 Tabel 4.23 Perbandingan Target dan Pencapaian Berpikir Kritis dengan

Menggunakan Kuesioner ………..135 Tabel 4.24 Hasil Pengamatan Berpikir Kritis ………...138


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Penelitian ………148

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ………149

Lampiran 3 Silabus ……….150

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………...172

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus I ………..245

Lampiran 6 Hasil Pekerjaan Siswa ……….250

Lampiran 7 Nilai Evaluasi Siklus I ……… …260

Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus II ……… 261

Lampiran 9 Hasil Pekerjaan Siswa ……… 267

Lampiran 10 Nilai Evaluasi Siklus II ……… 275

Lampiran 11 Daftar Nilai Ulangan Matematika Tahun Ajaran 2014/2015 …... 276

Lampiran 12 Validasi Perangkat Pembelajaran ………. 277

Lampiran 13 Validasi Soal Evaluasi ……….. 295

Lampiran 14 Kisi-Kisi Kuesioner ……….. 307

Lampiran 15 Kuesioner ……….. 309

Lampiran 16 Validasi Kuesioner ………... 312

Lampiran 17 Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi Awal …... 325

Lampiran 18 Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi Akhir ….. 326

Lampiran 19 Pedoman Observasi ……….. 327

Lampiran 20 Hasil Observasi ………. 328

Lampiran 21 Pedoman Wawancara Guru Mengenai Proses Pembelajaran …... 329

Lampiran 22 Pedoman Wawancara Guru Mengenai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ……… 330


(21)

Lampiran 23 Foto Kegiatan ………331 Lampiran 24 Daftar Riwayat Hidup ………334


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika menurut Susanto (2013:185) adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Depdiknas (2004: 17) mengemukakan bahwa matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kerjasama.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adanya matematika dalam KTSP menunjukkan bahwa matematika merupakan mata pelajaran penting bagi pendidikan di sekolah dasar. Sundayana (2015: 2-3) mengemukakan bahwa objek matematika yang bersifat abstrak merupakan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi peserta didik dalam mempelajari masalah matematika, meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan masalah tersebut meliputi: penggunaan informasi, penggunaan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting adalah kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada.


(23)

Permasalahan dalam matematika pasti akan saling terhubung, sehingga siswa harus mampu melihat hubungan-hubungan tersebut sehingga masalah dapat dipecahkan. Hal ini menjadi dasar matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus diajarkan di sekolah dasar. Matematika merupakan mata pelajaran yang pokok untuk diajarkan di sekolah dasar karena dengan adanya mata pelajaran matematika diharapkan siswa mampu memahami dan menerapkan dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan ilmu hitung. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika menjadi hal yang penting. Keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika dapat dilihat dari penguasaan materi, pemahaman, maupun hasil belajar siswa.

Pembelajaran matematika hendaknya mengajak siswa untuk aktif dan ikut serta dalam proses memahami suatu materi. Proses tersebut berupa mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa, sehingga siswa lebih memahami konsep. Konsep yang telah dipahami dapat membantu siswa untuk menemukan masalah matematika.

Akan tetapi, pada kenyataannya banyak siswa yang menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit dapat dibuktikan dengan hasil wawancara kepada guru kelas VB SDN Perumnas Condongcatur. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas VB di SD Negeri Perumnas Condongcatur, diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan harian pada materi pengukuran waktu. KKM (Kriteria


(24)

Ketuntasan Minimal) mata pelajaran matematika kelas V SDN Perumnas Condongcatur tahun 2014/2015 adalah 65. Hasil ulangan harian yang telah dilakukan pada mata pelajaran matematika dengan materi pengukuran waktu kelas VB pada tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa dari 21 siswa ada 9 siswa (42,85%) yang sudah mencapai KKM, sedangkan 12 siswa (57,14%) belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata adalah 63,08.

Pembelajaran matematika di SDN Perumnas Condongcatur yang masih menggunakan model pembelajaran tradisional juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah. Model pembelajaran tradisional yang dimaksud adalah guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah dan siswa mendengarkan kemudian mencatat hal yang dianggap penting. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok, sehingga kerjasama dalam kelompok tidak berlangsung dengan baik. Apabila keadaan seperti ini dibiarkan terlalu lama tentu akan berdampak buruk bagi hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan guru hanya sekedar menjelaskan konsep secara singkat tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berproses. Guru hanya memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan. Siswa tidak dibimbing untuk menghadapi realitas serta menemukan masalah matematis terkait materi yang dipelajari untuk dipecahkan. Guru kelas VB juga tidak menggunakan pembelajaran inovatif dan media pembelajaran. Hal tersebut dirasa terlalu memberatkan siswa yang belum begitu memahami materi.


(25)

Pembelajaran inovatif dan media pembelajaran sangat penting digunakan karena matematika mempunyai objek kajian yang dianggap abstrak sedangkan siswa SD berada pada tahap operasi konkret. Hal tersebut sesuai dengan teori perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Piaget. Piaget (dalam Budiningsih Asri, 2004: 35-39) menyatakan bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu: tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), tahap preoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional kongkret (umur 7-12 tahun), dan tahap operasional formal (umur 12-18 tahun). Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget menunjukkan bahwa siswa usia SD berada dalam tahap operasional kongkret, sedangkan objek kajian matematika bersifat abstrak sehingga perlu adanya pembelajaran inovatif dan penggunaan media pembelajaran dalam mengajarkan materi matematika.

Proses pembelajaran di kelas hendaknya melibatkan siswa untuk berproses sehingga mereka akan dengan mudah memahami konsep. Mulyono (2003:13) berpendapat bahwa proses belajar matematika yang baik adalah guru harus mampu menerapkan suasana yang dapat membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa sebaiknya dihadapkan pada realitas atau pengalaman yang ada pada dirinya. Permasalahan mengenai matematika pada kehidupan sehari-hari juga dapat dihadirkan sehingga nantinya siswa dapat menerapkan pemecahannya


(26)

tersebut. Siswa hendaknya dilatih untuk dapat berfikir secara kritis agar siswa lebih mudah dalam menyelesaikan persoalan matematika. Berpikir kritis berdasarkan pendapat Johnson (2007: 183) merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis merupakan kunci penting dalam pembelajaran matematika. Menurut Peter (2012: 39) berpikir kritis bertujuan untuk dapat bersaing dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan pribadi, siswa harus memiliki kemampuan pemecahan masalah dan harus bisa berpikir dengan kritis.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis matematika salah satunya adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang mengarahkan pemikiran kita pada pengalaman. Ketika gagasan-gagasan dialami, digunakan di dalam konteks, mereka memiliki makna (Elaine B. Johnson, 2011: 46). Taniredja dan Faridli (2014: 49) berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang berangkat dari dunia nyata yang dibawa ke dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dalam


(27)

pembelajaran matematika. Penerapan pembelajaran kontekstual memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membangun pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan cara berfikir kritis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka direncanakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas VB Pada Materi Pengukuran Waktu Melalui Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pendekatan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran siswa kurang menarik bagi siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan. 2. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi pengukuran waktu siswa kelas VB

SD Negeri Perumnas Condongcatur .

3. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pada materi pengukuran waktu pada siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur.

4. Kemampuan berhitung siswa masih rendah.

5. Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika masih kurang. 6. Tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal.


(28)

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan suatu permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.

2. Objek yang diteliti adalah mengenai peningkatan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kontekstual. 4. Mata pelajaran yang diteliti adalah matematika dengan materi pengukuran

waktu SK 2 KD 2.3.

D. Rumusan Masalah

Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur harus ditingkatkan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016?

2. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pengukuran waktu kelas VB SD Negeri Perumnas Condoncatur?


(29)

3. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi pengukuran waktu kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016? 2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika

materi pengukuran waktu siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016 melalui pembelajaran kontekstual.

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika materi pengukuran waktu siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016 melalui pembelajaran kontekstual.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai gambaran atau bahan pengembangan untuk menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi pengukuran waktu siswa kelas VB SD Negeri Perumnas


(30)

Condongcatur tahun ajaran 2015/2016 melalui pembelajaran kontekstual.

b. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya, mengenai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

1) Mendapatkan pengalaman baru tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual.

2) Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar, berlatih, menerapkan dan mengembangkan pengetahuan peneliti yang telah berproses selama penelitian.

3) Menambah wawasan atau pengetahuan baru tentang kemampuan berpikir kritis.

b. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa materi pengukuran waktu, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas VB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016. c. Bagi Guru

Penggunaan metode pembelajaran kontekstual sebagai salah satu metode mengajar yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika khususnya untuk meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis matematika siswa.


(31)

d. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam penggunaan pembelajaran kontekstual.

G. Definisi Operasional

1. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan serangkaian proses belajar yang berupa 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Kemampuan berpikir kritis adalah suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif yang mencontohkan kesempurnaan berpikir untuk memecahkan suatu masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

3. Matematika adalah ilmu yang mempelajari mengenai simbol-simbol, pengukuran, dan bilangan yang diolah menggunakan rumus tertentu. 4. Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat

waktu-waktu kerja baik setiap elemen atau siklus dengan menggunakan alat-alat bantu yang telah disiapkan.

5. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang bersifat internal yang tidak dapat dilihat secara nyata. Proses belajar terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar. Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Abdillah (dalam Aunurrahman, 2011: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.Witherington (dalam Eviline Siregar, 2010: 4) mengemukakan belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Hal tersebut menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku manusia baik melalui pelatihan dan pengalaman sebagai akibat pengalaman belajar.

Gagne (dalam Susanto 2013: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pendapat lain tentang belajar menurut Suryono (2011: 9) adalah suatu aktivitas


(33)

atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian.

Pengertian lain tentang belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Belajar menurut Sanjaya (2006: 110) adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Belajar menurut Rusman (2013: 134) adalah proses tingkah laku individu sebagai hasil dari pengamatan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

b. Ciri-ciri Belajar

Ciri-ciri belajar menurut Eviline Siregar (2010: 5) antara lain:

(1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai, dan sikap (afektif).

(2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.


(34)

(4) Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Ciri-ciri belajar menurut Djamarah, Syaiful Bahri (2011: 15-16) antara lain:

(1) Perubahan yang terjadi secara sadar.

(2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. (3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. (4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. (6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri belajar antara lain: proses yang mengakibatkan suatu perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat fungsional, positif, dan aktif serta perubahan yang terjadi bersifat terus-menerus.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan tingkah laku dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2010: 3). Kunandar (2013: 62) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar


(35)

sebagaimana diuraikan Brahim dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar menurut Jihad (2012: 15) adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukannya proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Purwanto (2011: 46) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku ini disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pendapat kelima ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan serangkaian proses belajar yang berupa 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar menurut pendapat Dimyati (2006: 3) merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Gagne (dalam Dimyati, 2006: 11) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan kapasitas siswa yang terdiri dari:

(1) Informasi verbal adalah kapasitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

(2) Keterampilan intelek adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.


(36)

(3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

(4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tertentu.

Bloom (dalam Mustaqim, 2008: 36) mengemukakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah (domain) atau daerah sasaran pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom (dalam Sudjana, 2005: 22) mengemukakan bahwa klasifikasi hasil belajar tersebut meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

(1) Ranah Kognitif

Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait dengan perobaan yang dilakukan untuk aspek pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis yang relevan dengan materi pokok tersebut. Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.

(2) Ranah Afektif

Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif


(37)

dalam hal ini digunakan untuk penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan sosial, dan kecakapan akademis.

(3) Ranah Psikomotorik

Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotor ditunjukkan pada keterampilan dalam merangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil. Evaluasi dari apek keterampilan yang dimiliki oleh siswa bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai teknik praktikum. Aspek ini menitikberatkan pada unjuk kerja siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar mengajar yang berupa perubahan sikap maupun tingkah laku. Hasil belajar tersebut berupa 3 ranah yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut akan saling berkaitan dan berhubungan sehingga dapat diketahui hasil belajar seorang siswa. namun dalam penelitian ini hanya berfokus pada ranah kognitif atau pengetahuan saja.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar meliputi aspek kognitif (pemahaman konsep), aspek psikomotor (keterampilan proses), dan aspek afektif (sikap siswa). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:


(38)

(1) Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013: 6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. J.Skeel (dalam Susanto, 2013: 8) mengemukakan bahwa konsep merupakan suatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menyerap bahan yang dipelajari yang sebelumnya telah tergambar dalam pemikiran.

(2) Keterampilan Proses

Indrawati (dalam Susanto, 2013: 9) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori utuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013: 9) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Berdasarkan teori dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang dapat digunakan


(39)

untuk suatu gagasan untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya.

(3) Sikap

Sardiman (dalam Susanto, 2013: 11) mengatakan bahwa sikap merupakan kecanderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Lange (dalam Susanto, 2013: 10) mengemukakan bahwa sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan sikap adalah kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu terhadap dunia sekitarnya yang meliputi aspek mental dan aspek respon fisik.

Berdasarkan beberapa macam penilaian hasil belajar tersebut, peneliti membatasi bahwa pada penelitian ini peneliti melakukan penilaian terhadap pemahaman konsep.


(40)

c. Jenis-jenis Penilaian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010: 5) terdapat lima jenis penilaian hasil belajar, antara lain:

(1) Penilaian formatif

Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir program pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Penilaian ini berorientasi pada proses pembelajaran.

(2) Penilaian sumatif

Penilaian sumatif merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, seperti catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Penilaian ini berorientasi pada produk, bukan pada proses.

(3) Penilaian diagnostik

Penilaian diagnostik merupakan penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus dan lain-lain.

(4) Penilaian selektif

Penilaian selektif merupakan penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga tertentu.


(41)

(5) Penilaian penempatan

Penilaian penempatan merupakan penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar.

Berdasarkan beberapa jenis penilaian hasil belajar tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penilaian formatif yang diberikan setiap akhir pembelajaran dengan tujuan untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Gesalt (dalam Susanto, 2013: 12) mengatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa, siswa; dalam arti kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan. Wisliman (dalam Susanto, 2013: 12) hasil belajar terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

(1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi:


(42)

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

(2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua macam yaitu faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri peserta didik.

3. Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis menurut Norris dan Ennis (dalam Fisher, 2008: 4) adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Berpikir kritis menurut pendapat Johnson (2007: 183) merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Richard Paul (dalam Kuswana 2012: 205) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri yang mencontohkan kesempurnaan berpikir sesuai dengan mode tertentu atau ranah berpikir.


(43)

Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir untuk memecahkan suatu masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

b. Tujuan Berpikir Kritis

Tujuan berpikir kritis menurut Johnson (2007: 185) adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman mengungkapkan akan sesuatu dibalik suatu kejadian. Cece Wijaya (1996: 72) menyampaikan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk menemukan kesimpulan dan keputusan yang informatif, bermanfaat, serta dapat dipertanggungjawabkan, karena keputusan dan kesimpulan tersebut diperoleh dari analisis, asumsi, seta ide yang beragam.

c. Indikator Berpikir Kritis

Arikunto (dalam Achmad, 2007) mengidentifikasi lima indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:

(1) Keterampilan Menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir kritis, diantaranya: memerinci, menyusun diagram, membedakan,


(44)

mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, dan membagi (Arikunto, 2010: 138).

(2) Keterampilan Mensintesis

Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pernyataan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadankan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir sintesis, diantaranya: mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, menjelaskan, mengorganisasikan, menyusun, menghubungkan, merevisi, menuliskan kembali dan menceritakan (Arikunto, 2010: 138).

(3) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah

Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini adalah agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan mengenal dan memecahkan masalah diantaranya: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan,


(45)

menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan menggunakan (Arikunto, 2010: 138).

(4) Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami bebagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru, yaitu sebuah kesimpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri dapat menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru. Kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan menyimpulkan adalah: menjelaskan, memerinci, menghubungkan, mengategorikan, memisah dan menceritakan (Arikunto, 2010: 138).

(5) Keterampilan mengevaluasi atau menilai

Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu. Dalam taksonomi Bloom, keterampilan mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep. Kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan mengevaluasi atau menilai adalah: menilai,


(46)

membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mendiskrisikan, menafsirkan, menerangkan, memutuskan (Arikunto, 2010:138).

Pendapat lain mengenai indikator berpikir kritis disampaikan Wowo (2012: 198) adalah sebagai berikut:

(1) Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan. (2) Menganalisis argumen

(3) Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan. (4) Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan. (5) Mengamati dan menilai laporan observasi.

(6) Menyimpulkan dan menilai keputusan

(7) Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar). (8) Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan

mempertahankan keputusan

Menurut Ennis (dalam Riyadi: 2008) terdapat 12 indikator berpikir kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub indikator seperti pada tabel di bawah ini:


(47)

Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis

Keterampilan

berpikir kritis Sub Keterampilan berpikir kritis Memberikan

penjelasan sederhana (elementary

clarification)

1. Memfokuskan pertanyaan 2. Menganalisis argumen

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

Membangun Keterampilan dasar (basic

support)

4. Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria suatu sumber) 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi

Menyimpulkan (interfence)

6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

7. Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi 8. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan Membuat

penjelasan lebih lanjut (advanced

clarification)

9. Mendefinisikan istilah mempertimbangkan hasil 10. Mengidentifikasi asumsi

Strategi dan taktik (strategies and

tactics)

11. Memutuskan suatu tindakan 12. Berinteraksi dengan orang lain

Berdasarkan indikator dari tiga ahli, peneliti menuliskannya ke dalam tabel untuk melihat kesamaan yang nantinya akan diambil sebagai indikator dalam penelitian

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Arikunto Wowo Ennis

Keterampilan menganalisis

Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan

Memfokuskan pertanyaan

Keterampilan mensintesis

Menganalisis argumen Menganalisis argumen Keterampilan

mengenal dan memecahkan masalah

Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan

Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang

menantang Keterampilan

menyimpulkan

Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan

Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) suatu sumber


(48)

Keterampilan mengevaluasi dan menilai

Mengamati dan menilai laporan observasi

Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (ikut terlibat dalam menyimpulkan) Menyimpulkan dan

menilai keputusan

Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang

mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar)

Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi

Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan Mengidefinisikan istilah, mempertimbangkan definisi Mengidentifikasi asumsi Memutuskan suatu tindakan (mendefinisikan masalah)

Berinteraksi dengan orang lain

Berdasarkan indikator berpikir kritis menurut pendapat ketiga ahli, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kesamaan mengenai indikator berpikir kritis yang disampaikan oleh ketiga ahli tersebut. Oleh sebab itu peneliti menggunakan 6 indikator sebagai fokus penelitian yaitu: (1) menganalisis argumen, (2) mampu bertanya, (3) mampu menjawab pertanyaan, (4) memecahkan masalah, (5) membuat kesimpulan, (6) Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan.


(49)

4. Matematika

a. Pengertian Matematika

Johnson dan Myklebust (dalam Sundayana, 2003: 252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Susanto (2013: 185) mengemukakan bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Berdasarkan kedua teori para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan suatu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung untuk memecahkan masalah kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

b. Tujuan Matematika

Departemen Pendidikan Nasional (Susanto, 2013: 190) menyatakan bahwa ada lima tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, yaitu sebagai berikut:

(1) Pemahaman konsep matematika, keterkaitan antar konsep dan penerapan konsep matematika.


(50)

(2) Melatih nalar, manipulasi matematika dalam generalisasi, pembuktian atau menjelaskan gagasan dan pernyatan matematika.

(3) Pemecahan masalah yang meliputi pemahaman masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Siswa mampu mengkomunikasikan dengan tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan dari suatu masalah.

(5) Siswa mampu menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan matematika.

c. Materi Matematika

Materi matematika untuk kelas V yang dipelajari pada semester 1 antara lain: bilangan bulat, KPK dan FPB, operasi hitung campuran, perpangkatan dan waktu, serta pengukuran. Pada penelitian ini peneliti mengambil standar kompetensi (SK) 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah pada kompetensi dasar (KD) 2.3. Melakukan operasi hitung satuan waktu. Jadi materi pembelajaran yang akan diajarkan peneliti dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual mengenai pengukuran waktu (operasi hitung satuan waktu).

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu waktu kerja baik setiap elemen atau siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan (Sultalaksana, 2005).


(51)

Gambar 2.1 Peta Konsep Materi Pengukuran

Gambar 2.2 Hubungan antar satuan waktu

5. Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Shoimin (2014: 41) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan untuk memotivasi siswa dalam memahami makna materi yang diajarkan dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual menurut Hamdayama (2014: 51) merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam

1 jam = 60 menit 1 menit = 60 detik 1 jam = 3600 detik


(52)

kehidupan sehari-hari, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses merekonstruksi sendiri, sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Nurhadi (dalam Hosnan, 2014: 267) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari.

b. Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual

Sanjaya (dalam Sugiyanto, 2010: 17) pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu:

(1) Konstruktivisme merupakan proses untuk membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. (2) Bertanya merupakan bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan,

sehingga dengan bertanya pengetahuan akan selalu berkembang.

(3) Menemukan merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.


(53)

(4) Masyarakat belajar didasarkan pada pendapat Vygotsky bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain, sehingga dalam model pembelajaran kontekstual hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya dari guru.

(5) Pemodelan merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.

(6) Penilaian sebenarnya merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi mengenai perkembangan belajar siswa.

(7) Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang baik.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual, guru terlebih dahulu membuat langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman atau alat kontrol dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut antara lain (Rusman, 2012: 192) :

(1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna.

(2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.


(54)

(3) Mengembangkan sifat rasa ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

(4) Menciptakan masyarakat belajar melalui kegiatan kelompok, diskusi, tanya jawab, dan lain-lain.

(5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran melalui ilustrasi, model, atau media.

(6) Membiasakan siswa melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

(7) Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Menurut Johnson (2006: 93) langkah-langkah pembelajaran kontekstual antara lain:

(1) Mengembangkan minat siswa agar mampu bekerja sendiri maupun dalam kelompok.

(2) Membangun keterkaitan antara sekolah dan konteks kehidupan nyata.

(3) Memberikan pekerjaan yang berarti pada siswa.

(4) Siswa menganalisis, memecahkan masalah, melakukan sintesis, dan membuat keputusan.


(55)

(6) Mengembangkan sikap individu siswa.

(7) Menunjukkan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika, yaitu:

(1) Guru membangun dan menyususn pengetahuan baru berdasarkan pengalaman siswa.

(2) Siswa menyusun pertanyaan mengenai materi yang terkait dengan hitungan.

(3) Siswa mencari dan menemukan melalui berpikir secara sistematis. (4) Siswa dibagi dalam kelompok belajar.

(5) Guru menggunakan media dalam proses pembelajaran. (6) Guru melakukan penilaian formatif di setiap pertemuan.

(7) Siswa dan guru merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan.

B. Penelitian yang Relevan

Sutinah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Penjumlahan Pecahan Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Siswa Kelas IV B MIN Kebonagung Imogiri Bantul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan model pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematikakelas IV B MIN Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini


(56)

adalah siswa kelas IV B MIN Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar dengan presentase pra-tindakan sebesar 41,18%, siklus I sebesar 70,59% dan pada siklus II sebesar 94,12%. Nilai rata-rata hasil tes pada pra-tindakan sebesar 74,00; siklus I sebesar 75,91; sedangkan pada siklus II sebesar 81,44 terjadi peningkatan sebesar 5,53. Dengan demikian setiap siklus mengalami peningkatan pada hasil belajarnya.

Junaida (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Kelas IV Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di SDN No 105447 Nagori Tahun Pelajaran 2012/2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada materi Operasi Hitung Bilangan bagi siswa kelas IV di SDN 105447 Nagori Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 105447 nagori Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 29 orang. Pada siklus I pertemuan I ketuntasan belajar siswa sebanyak 37,93% (11orang) masih di bawah kriteria ketuntasan minimum KKM yaitu 70.00. pada pertemuan ke II ketuntasan belajar sebanyak 48,27% (14 orang), sedangkan pada siklus II pertemuan I ketuntasan belajar siswa sebanyak 72.41% (21 orang), pada pertemuan ke II ketuntasan belajar sebanyak 89,65% (26 orang) sudah mencapai KKM 70.00 Dari hasil


(57)

penelitian tindakan kelas ini maka peneliti menyimpulkan adanya peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan CTL dan merekomendasikan pada pelaksanaan pembelajaran untuk mengajarkan materi dengan mengembangkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran.

Sochibin (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin untuk Peningkatan Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap pokok bahasan air dan sifatnya, selain itu juga untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV semester gasal SDN Sekaran 01 Gunungpati Semarang tahun ajaran 2008/2009. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV semester gasal tahun ajaran 2008-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Inkuiri Terpimpin dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV semester gasal SDN Sekaran 01 Gunungpati Semarang tahun ajaran 2008/2009.

Ketiga penelitian tersebut dianggap relevan karena hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, model pembelajaran inovatif mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Kebaruan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu peneliti akan menggunakan pembelajaran


(58)

kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika untuk kelas V SD pada materi pengukuran waktu.

Gambar 2.3 Literatur Map dari Penelitian Terdahulu

B.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, yang berhubungan dengan hitung menghitung. Oleh sebab itu siswa harus dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri untuk dihadapkan pada realitas yang diperkirakan akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Susanto, 2012: 195). Agar siswa dapat berpikir kritis alangkah lebih baik jika siswa diberi soal-soal uraian/ cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dengan demikian siswa akan menggunakan penalarannya untuk menyelesaikan soal cerita tersebut. Siswa harus dihadapkan

Sochibin (2009) ”Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin untuk Peningkatan Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

SD”. Junaida (2013) “Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Kelas IV

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) di SDN No 105447 Nagori Tahun

Pelajaran2012/2013. Sutinah (2013)

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Pada Operasi Penjumlahan Pecahan

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) Siswa Kelas IV B MIN Kebonagung Imogiri

Bantul”.

Penelitian Saya :

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas VB Pada Materi Pengukuran Waktu Melalui Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur


(59)

pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dengan demikian siswa akan terlatih untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan matematis.

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru berusaha mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual akan membuat siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran yang sedang diajarkan, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah siswa mampu berpikir kritis ketika menghadapi sebuah permasalahan.

Berpikir kritis merupakan suatu kemampuan berpikir mandiri dengan menganalisis masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual akan membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari.

Maka dari itu, di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kontekstual dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur.


(60)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori yang mendukung, peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

(1) Langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur pada materi Pengukuran Waktu adalah sebagai berikut: (a) membangun pengetahuan, (b) siswa menyusun pertanyaan, (c) siswa mencari dan menemukan data, (d) siswa dibagi kedalam kelompok belajar, (e) guru menggunakan media dalam pembelajaran, (f) guru melakukan penilaian, (g) siswa dan guru melakukan refleksi.

(2) Penggunaan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur mata pelajaran matematika pada materi Pengukuran Waktu.

(3) Penggunaan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur mata pelajaran matematika pada materi Pengukuran Waktu.


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas VB pada Materi Pengukuran Waktu Melalui Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Arikunto, 2006: 58). Burns (dalam Kunandar, 2008: 43) berpendapat bahwa penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti, praktisi, dan orang awam.

Penelitian Tindakan Kelas memiliki berbagai model yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi model PTK Kemmis dan Mc.Taggart akan tetapi hanya sampai pada siklus ke II. Penelitian ini hanya dilakukan sampai siklus II karena keterbatasan waktu dan perizinan. Model Kemmis & Mc. Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2010: 17).


(62)

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart

Keterangan gambar :

1. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Pada tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2. Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Pada tahap ini, berisi rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran yang akan diterapkan.

3. Pengamatan merupakan proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Tahap ini dilakukan pada waktu pelaksanaan tindakan berlangsung.

4. Refleksi merupakan langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah dilakukan. Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah

PERENCANAAN

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

PENGAMATAN SIKLUS 1

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PENGAMATAN SIKLUS 2


(63)

terkumpul kemudian dilakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Perumnas Condongcatur yang berlokasi di Jalan Flamboyan No.11, RT 07/RW 13, Dusun Dero, Desa/Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta, Kode Pos : 5528. Jumlah guru dan karyawannya 31 orang, sedangkan jumlah siswa 425 orang.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB SDN Perumnas Condongcatur tahun 2015/2016 terhadap mata pelajaran Matematika pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual.


(64)

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Perumnas Condongcatur pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Agustus sampai Oktober 2015

C. Persiapan

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali tatap muka dengan alokasi waktu tiga jam pelajaran (3 × 35 menit). Sebelum melakukan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan, kemudian masuk pada tahap perencanaan dan tindakan pada setiap siklusnya.

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan beberapa langkah awal dalam melaksanakan PTK. Langkah-langkah tersebut adalah:

a. Permohonan izin penelitian kepada pimpinan sekolah yakni Kepala SDN Perumnas Condongcatur

b. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas VB mengenai masalah yang ada dalam pembelajaran matematika dan meminta dokumen hasil belajar pada materi pengukuran waktu satu tahun yang lalu.

c. Melakukan observasi pada siswa kelas VB untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran matematika dan karakteristik siswanya. d. Peneliti mengidentifikasi masalah yang ada pada mata pelajaran matematika

kelas VB berdasarkan hasil wawancara.


(65)

f. Membuat instrumen pembelajaran : 1. Menyusun silabus

2. Menyiapkan materi pelajaran sesuai dengan silabus 3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

5. Menyusun soal evaluasi g. Menyusun instrumen penilaian

1. Menyusun kisi-kisi soal 2. Menyusun lembar soal 3. Menyusun skor setiap soal 4. Melakukan validitas soal

D. Rencana Setiap Siklus

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu sebanyak empat kali pertemuan. Siklus pertama dilakukan dalam dua kali pertemuan dan disetiap pertemuan beralokasi waktu 3 JP (3 × 35 menit) berikut ini tahapan pelaksanaan tindakan secara umum:

1. Siklus I a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa, serta menyiapkan alat peraga yang berupa jam tiruan yang terbuat dari gabus. Tahap perencanaan digunakan oleh peneliti untuk mempermudah kesiapan pada tahap pelaksanaan tindakan.


(66)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan selama 3 jam pelajaran, setiap 1 jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan ke-1 a) Kegiatan Awal

Guru memberi salam dan mengajak siswa untuk berdoa, kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara meminta siswa untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya, guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, misalnya : “Apa saja alat ukur waktu yang kalian ketahui?” (membangun pengetahuan). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai alat ukur waktu dan bagian-bagian yang terdapat pada alat ukur waktu misalnya : jarum jam, menit, dan detik (pemodelan), kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Pembagian kelompok merupakan salah satu langkah dalam pembelajaran kontekstual. Di dalam kelompok, siswa diminta untuk melakukan peragaan menentukan letak 2 jarum jam sesuai dengan waktu


(1)

Pedoman Wawancara Guru Mengenai Proses Pembelajaran

No Garis Besar Pertanyaan Wawancara

1 Bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran Matematika di kelas VB?

2 Apakah kendala yang dihadapi dalam mengajar Matematika di kelas VB?

3 Apakah selalu menggunakan media sebagai sarana pembelajaran Matematika?

4 Apakah siswa diajak untuk melakukan percobaan dengan media yang digunakan pada saat pelajaran Matematika?

5 Apakah siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran Matematika? 6 Apa yang membuat siswa merasa kesulitan dalam menerima pelajaran

Matematika?

7 Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika?

8 Apa yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah pada mata pelajaran Matematika?

9 Bagaimana strategi pembelajaran Matematika yang digunakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa?

10 Apakah pernah menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika?


(2)

Pedoman Wawancara Guru Mengenai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No Indikator Pedoman Wawancara

1. Menganalisis Argumen Apakah siswa senang berdiskusi ketika bekerja dalam kelompok?

2. Mampu bertanya Seperti apakah bentuk pertanyaan siswa ketika menemui kesulitan?

3. Menjawab pertanyaan

Apakah siswa memikirkan kebenaran jawaban terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari guru?

4. Memecahkan masalah

Apakah siswa terus berusaha untuk menemukan jawaban yang benar ketika menemui kesulitan? Apakah siswa menggunakan cara atau alternatif lain untuk mengerjakan soal selain dengan cara yang ditunjukkan oleh guru?

Apakah siswa mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang sistematis?

5. Membuat kesimpulan

Apakah siswa mampu menceritakan materi yang sudah dipelajari?

Apakah siswa mampu menceritakan proses dalam mencari jawaban?

6.

Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan

Apakah siswa senang mengoreksi jawaban terlebih dahulu sebelum mengumpulkannya? Apakah siswa senang melakukan pembuktian jawaban dengan menggunakan media pembelajaran?


(3)

Foto-foto Kegiatan Lampiran 23


(4)

(5)

(6)

Daftar Riwayat Hidup

Lutfi Lingga Ratih Gupita anak pertama dari pasangan Bambang Dwi Santoso, S.Pd dan Endang Sawitri, S.Pd yang lahir di Klaten, 21 Maret1994. Pendidikan pertama di TK Harapan Bangsa 1 Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 2000-2001. Melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri 1 Gergunung dan lulus pada tahun 2006, selanjutnya menempuh di Sekolah Menengah Pertama 3 Klaten kemudian lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2010-2012 peneliti terdaftar sebagai siswa di SMA Negeri 3 Klaten, kemudian peneliti meneruskan pendidikannya sebagai mahasiswa di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1). Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan

menyusun tugas akhir yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir

Kritis Matematika Siswa Kelas VB Pada Materi Pengukuran Waktu Melalui Pembelajaran Kontekstual.”


Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatakan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VA pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

3 17 366

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393