Partisipan II Guru Kelas IV Latar Belakang Partisipan II

4.1.1.2 Partisipan II Guru Kelas IV Latar Belakang Partisipan II

Partisipan kedua dalam penelitian ini adalah Ibu Endah selaku guru kelas Abi. Wawancara pertama peneliti lakukan pada tanggal 03 Oktober 2015, pukul 08:00 –09:00 WIB di ruang tamu SD Pelangi. Wawancara kedua peneliti lakukan pada tanggal 24 November 2015 dimulai dari pukul 08:40 –09:30 WIB. Wawancara kedua ini dilakukan di ruang kerja bu Endah, sebelah ruang tamu sekolah SD Pelangi. Ibu Endah memulai kariernya menjadi seorang guru di SD Pelangi kurang lebih 13 tahun, yaitu sejak tahun 2003 hingga sekarang. Ibu Endah tertarik sekaligus bersyukur menjadi guru di SD Pelangi karena dapat belajar tentang budaya Jawa, seperti tata krama, dolanan anak, dan tembang Jawa. Ibu Endah menceritakan sedikit tentang visi dan misi SD Pelangi. Visi dari SD Pelangi adalah mencerdaskan anak bangsa yang berbasis budi pekerti dan budaya. Budi pekerti dan budaya merupakan ciri khas dari sekolah ini. Ciri khas ini diambil dari ajaran seorang tokoh pahlawan Indonesia. Ibu Endah juga menjelaskan misi SD Pelangi melatih dan membimbing anak supaya unggul baik pribadi maupun pelajaran. Ibu Endah menceritakan latar belakang SD Pelangi berubah menjadi sekolah inklusi. Menurut Ibu Endah, pada tahun 2009 sekolah meluluskan satu kelas dimana dalam satu kelas tersebut terdapat anak berkebutuhan khusus. Semenjak itulah SD Pelangi berubah menjadi sekolah inklusi. Saat ini, sebagian besar siswa SD Pelangi adalah anak-anak berkebutuhan khusus dan beberapa dari mereka memiliki guru pendamping pribadi. Selama mengajar di SD Pelangi, Ibu Endah memiliki banyak pengalaman dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Ibu Endah pernah mengajar anak tunagrahita, lamban belajar, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, dan hiperaktif. Saat ini, Ibu Endah menangani salah satu anak hiperaktif yang bernama Abi. Ibu Endah memiliki persepsi sendiri tentang anak hiperaktif sebagai anak yang setiap saat anak melakukan aktivitas tertentu, berbicara berlebihan, tidak bisa diam dalam waktu tertentu, dan terkadang menyela atau memberikan komentar setiap pembicaraan orang lain. Namun, Ibu Endah juga berpandangan bahwa sebenarnya anak hiperaktif itu merupakan anak yang pandai dan banyak akal. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Endah, perilaku yang ditunjukkan Abi di kelas antara lain sering menyela pembicaraan orang lain, berbicara berlebihan terkadang di luar materi, sering bernyanyi kapan saja tanpa melihat tempat, tidak mau mengakui kesalahannya, sering lupa mengerjakan PR, dan membutuhkan waktu lama dalam mengerjakan tugas, serta tidak sabaran. Ibu Endah juga mendeskripsikan Abi baik secara fisik, kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Secara fisik, Abi memiliki ciri fisik yang sama seperti anak-anak lainnya. Abi memiliki anggota tubuh yang lengkap tanpa kekurangan satupun. Dari aspek afektif, Abi mampu bersosialisasi baik dengan teman-temannya. Namun, jika dilihat dari segi psikomotorik Abi masih kurang, terutama saat membuat prakarya Abi masih memerlukan pendampingan. Secara kognitif Abi memiliki kemampuan rata-rata. Abi memiliki kelebihan dalam menghafal, terutama pada mata pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan. Mata pelajaran yang disukai Abi adalah IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia, sedangkan pelajaran yang tidak disukai, yaitu Matematika. Hal ini menjadi salah satu penyebab Abi kesulitan pada mata pelajaran Matematika. Ibu Endah mengatakan bahwa dalam pelajaran Matematika Abi masih membutuhkan pendampingan. Nilai akademik Abi hampir semua mata pelajaran di atas KKM, kecuali Matematika. Abi juga memiliki prestasi dalam bidang seni menyanyi. Pandangan tentang anak hiperaktif tersebut, Ibu Endah jadikan pedoman untuk menentukan apakah Abi termasuk anak hiperaktif atau tidak. Ibu Endah berpedoman pada perilaku Abi dan hasil assesment sebelumnya baik dari sekolah maupun orang tua. Hasil assesment tersebut menyatakan bahwa Abi sejak kelas I termasuk anak hiperaktif. Ibu Endah memahami bagaimana kondisi Abi. Ibu Endah berusaha memberikan penanganan terbaik untuk Abi, meskipun beliau belum pernah dibekali bagaimana penanganan yang tepat untuk anak hiperaktif. Ibu Endah belajar secara autodidak untuk menangani Abi selama ini. Hal pertama yang dilakukan Ibu Endah ketika Abi mulai melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat menghambat proses pembelajaran, beliau hanya memberikan nasihat dan teguran, seperti yang beliau katakan, “Abi kalo tidak bisa diam nanti pindah ke kantor.” Ibu Endah mempunyai pandangan bahwa menangani anak hiperaktif itu harus tegas, keras, dan menggunakan kalimat sederhana serta jelas. Berdasarkan perilaku Abi selama di kelas, dalam mengajar Ibu Endah menggunakan berbagai metode pengajaran dengan tujuan semua anak dapat mencapai tujuan pembelajaran, terutama untuk Abi. Berdasarkan hasil wawancara, Ibu Endah memiliki persepsi tersendiri tentang metode pengajaran. Ibu Endah mengatakan bahwa metode pengajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Beberapa metode pengajaran yang pernah beliau terapkan dalam pembelajaran ialah kerja kelompok, Jigsaw, CTL, ceramah, dan lain-lain. Guru kelas juga menggunakan berbagai media pembelajaran, seperti benda-benda konkret, video, PPT, jembatan keledai, dan berbagai alat peraga. Ibu Endah mencoba menggunakan berbagai metode pengajaran tersebut dengan harapan anak, terutama Abi, mampu memahami materi dengan maksimal. Menurut Ibu Endah metode pengajaran yang tepat untuk anak hiperaktif adalah metode pengajaran dari hasil perpaduan berbagai metode pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran. Alasan Ibu Endah adalah jika hanya menggunakan satu metode pengajaran, anak cepat bosan yang akan berpengaruh terhadap konsentrasi dan hasil belajar anak. Tingkat keberhasilan Ibu Endah menggunakan metode pengajaran tersebut, khususnya Abi dapat memahami materi sekitar 80, tetapi itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI semua bergantung dengan suasana hati Abi. Apabila Abi sedang mood belajar, maka nilai hasil evaluasinya 8. Namun sebaliknya, apabila Abi sedang tidak mood belajar nilai hasil belajarnya di bawah 6. Kemudian cara Ibu Endah mengembalikan suasana hati Abi dengan memberikan nasehat dan motivasi, seperti pernyataan beliau, “Nah, kamu kalo seperti ini, kita lihat nanti hasilnya seperti apa. Kalo kamu nanti hasilnya jelek, o... cita- citanya tidak akan tercapai.” Ibu Endah akan mengatakan, “Apakah bisa kalo masih seperti itu jadi orang sukses nggak?” Abi menjawab, “Nggak.” Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas, maka peneliti menyimpulkan bahwa guru kelas cukup memahami bagaimana kondisi Abi. Guru kelas melakukan penanganan untuk mengurangi perilaku Abi yang dapat menghambat proses belajar mengajar. Salah satu tindakan yang guru kelas lakukan adalah menggunakan berbagai metode pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran. Metode pengajaran tersebut antara lain kerja kelompok, Jigsaw, CTL, ceramah, dan lain-lain. Selain itu, guru kelas juga menggunakan berbagai media, seperti benda konkret, video, PPT, dan jembatan keledai, serta berbagai alat peraga. Namun, tingkat keberhasilan penggunaan metode pengajaran tersebut tergantung dengan suasana hati anak. Informasi tersebut peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan guru kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Problematika Anak Hiperaktif Selama proses belajar mengajar, Abi menunjukkan perilaku yang berbeda dari anak-anak lainnya. Perilaku Abi tersebut dapat menghambat proses belajar mengajar untuk dirinya sendiri maupun teman-temannya. Berdasarkan hasil wawancara guru kelas, peneliti membuat kesimpulan bahwa Abi termasuk anak hiperaktif. Perilaku yang ditunjukkan Abi, diantaranya sering menyela pembicaraan orang lain, berbicara berlebihan, perhatian mudah teralih, membutuhkan waktu lama dalam mengerjakan tugas, sering mengerjakan PR atau membawa buku, dan sering menyanyi. Beberapa perilaku Abi tersebut juga mempengaruhi nilai Abi. Hal ini diperkuat dengan wawancara guru kelas tentang nilai hasil belajar Abi. Nilai Abi mata pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan dan hafalan, seperti IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia di atas KKM, tetapi mata pelajaran Matematika sering di bawah KKM. Informasi ini peneliti dari hasil wawancara dengan guru kelas dan berdasarkan dokumen nilai hasil belajar. Langkah guru kelas menghadapi permasalahan tersebut dengan menggunakan metode pengajaran. Penggunaan metode pengajaran tersebut guru lakukan untuk membantu Abi memahami materi secara maksimal, terutama pada pelajaran Matematika. Guru kelas mengungkapkan bahwa metode pengajaran yang tepat untuk Abi adalah hasil perpaduan berbagai metode pengajaran dalam satu pembelajaran. Berbagai metode pengajaran tersebut antara lain kerja kelompok, Jigsaw, CTL, ceramah, dan berbagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI media pendukung. Tingkat keberhasilan penggunaan berbagai metode pengajaran tersebut tergantung suasana hati Abi. Apabila Abi sedang mood belajar, maka materi dapat diterima Abi sekitar 80. Namun sebaliknya, apabila Abi sedang tidak mood belajar, maka materi yang dapat diterima Abi hanya sekitar 50-60. Informasi tersebut peneliti dapat berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas.

4.1.1.3 Partisipan III Guru Pendamping Pribadi Latar Belakang Partisipan III