media pendukung. Tingkat keberhasilan penggunaan berbagai metode pengajaran tersebut tergantung suasana hati Abi. Apabila Abi sedang mood
belajar, maka materi dapat diterima Abi sekitar 80. Namun sebaliknya, apabila Abi sedang tidak mood belajar, maka materi yang dapat diterima
Abi hanya sekitar 50-60. Informasi tersebut peneliti dapat berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas.
4.1.1.3 Partisipan III Guru Pendamping Pribadi Latar Belakang Partisipan III
Partisipan ketiga dalam penelitian ini adalah Ibu Ine. Ibu Ine merupakan guru pendamping pribadi Abi baik selama pembelajaran di
kelas maupun luar kelas. Peneliti melakukan wawancara dengan guru pendamping pribadi Abi sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 03 Oktober
2015 dan 16 Oktober 2015. Wawancara pertama dimulai dari pukul 07:30 –
08:00 WIB di teras SD Pelangi, sedangkan wawancara kedua dilakukan pada pukul 10:00
– 10:30 WIB di teras depan kelas II. Ibu Ine memulai kariernya sebagai guru pendamping di SD Pelangi
sejak satu tahun yang lalu, lebih tepatnya pada tahun 2014. Ibu Ine sudah mendampingi Abi selama satu tahun mulai dari Abi kelas 3 hingga
sekarang. Setiap hari, Ibu Ine mendampingi Abi baik selama proses belajar di kelas maupun luar kelas. Ibu Ine memberikan les tambahan di rumahnya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Ine, beliau memiliki pandangan tentang anak hiperaktif. Ibu Ine dalam menentukan
Abi termasuk anak hiperaktif atau tidak, beliau berpedoman pada perilaku keseharian Abi. Keseharian Abi tersebut, diantaranya Abi suka mencari-
cari perhatian, berbicara berlebihan, sering membantah, sering menyela pembicaraan orang lain, dan selalu ingin menonjolkan diri bahwa dirinya
bisa, meskipun pada kenyataannya dia belum bisa. Selain itu, Abi sering sekali menyanyi saat pembelajaran. Namun, Ibu Ine selalu mengingatkan
Abi, “Ini pelajaran apa?” karena jika tidak diingatkan akan mengganggu
teman-temannya. Perilaku yang Abi tunjukkan ketika marah, yaitu merusak benda disekitarnya, tetapi tidak pernah melukai diri sendiri atau teman.
Ibu Ine juga menceritakan Abi baik segi fisik, afektif, psikomotorik, maupun kognitif. Ibu Ine mengungkapkan Abi secara fisik seperti anak
tidak berkebutuhan khusus. Secara afektif, Abi mengalami perubahan yang sangat pesat. Abi di kelas 3 hanya memiliki satu sahabat, tetapi sekarang
Abi memiliki banyak sahabat baik dengan teman sekelas maupun luar kelas. Menurut Ibu Ine, kemampuan Abi secara psikomotorik masih kurang
dan perlu pendampingan, terutama dalam hal menggunting, menggaris, atau membuat suatu prakarya. Namun secara kognitif, Abi memiliki tingkat
pengetahuan yang lebih jika dibandingkan dengan teman-temannya. Abi menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hafalan.
Menurut Ibu Ine, mata pelajaran yang paling disukai Abi adalah IPA, sedangkan mata pelajaran yang tidak disukai ialah Matematika. Berikut
pernyataan Ibu Ine saat melakukan wawancara: “Dia kan paling takut
dengan angka, dia takut dengan Matematika, dia sudah shock dulu, nanti ujung-
ujungnya dia ngamuk begitu.” Ibu Ine mengatakan bahwa ketika mengikuti pelajaran Matematika, Abi sering marah. Hal ini mempengaruhi
nilai Matematika Abi lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Abi memiliki prestasi dibidang seni, yaitu menyanyi. Abi memiliki
suara bagus, seperti yang diungkapkan Ibu Ine berikut ini, “Dia menyanyi
suaranya bagus banget.” Ibu Ine mengungkapkan perubahan-perubahan positif yang dialami Abi dari kelas 3 hingga sekarang kelas 4 sangat pesat.
Perubahan tersebut adalah dahulu ketika Abi ganti baju harus di dalam mobil, tetapi sekarang Abi sudah mulai bisa ganti baju di dalam ruangan.
Dahulu Abi takut dengan angka, tetapi sekarang Abi mulai terbiasa dengan angka. Selain itu, ketika di kelas 3 Abi tidak pernah mengikuti olahraga,
dia selalu bilang, “Aku itu capek, aku itu kakinya sakit, aku pusing,”
banyak sekali alasannya. ” Namun saat ini, Abi selalu mengikuti pelajaran
olahraga, bahkan dia juga mengikuti ekstrakurikuler pencak silat dan futsal. Semua data tersebut peneliti dapatkan dari hasil wawancara antara peneliti
dengan guru pendamping pribadi Abi.
Problematika Anak Hiperaktif
Selama kurang lebih satu tahun menjadi guru pendamping pribadi Abi, Ibu Ine mempunyai persepsi tersendiri terhadap anak hiperaktif. Ibu
Ine berpedoman pada perilaku yang ditunjukkan Abi, beliau menganggap karakteristik anak hiperaktif pada diri Abi adalah suka mencari perhatian,
tingkah laku dan berbicara yang berlebihan, sering membantah, sering menyela pembicaraan orang lain, dan selalu ingin menonjolkan diri bahwa
dirinya bisa, sepe rti yang diungkapkan beliau, “Banyak ngomong, tingkah
lakunya berlebihan, kalo dikasih tau itu selalu membantah, terus yang terakhir itu dia selalu ingin menonjolkan kalo dia itu bisa.
” Selain itu, Abi sering menyanyi saat pembelajaran berlangsung.
Perilaku Abi tersebut menghambatnya untuk memahami materi, terutama pelajaran Matematika. Hingga saat ini, nilai Matematika Abi lebih
rendah dibanding mata pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan dan hafalan, seperti IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Nilai Abi pada mata
pelajaran tersebut di atas KKM. Menurut Ibu Ine, strategi penanganan untuk Abi adalah mencari kelemahan yang dimiliki anak. Ibu Ine mencoba
untuk tidak mempedulikan Abi atau istilahnya “didiemin”, membuat
kesepakatan, dan memberikan nasehat. Berdasarkan perilaku yang ditunjukkan Abi, Ibu Ine mencoba
berbagai cara agar Abi dapat memahami materi dengan maksimal. Cara Ibu Ine gunakan saat mengajar dengan menggunakan metode pengajaran. Ibu
Ine memiliki pandangan tentang metode pengajaran. Ibu Ine mengatakan bahwa metode pengajaran merupakan cara untuk menyampaikan suatu
mata pelajaran. Contoh metode pengajaran yang pernah Ibu Ine terapkan, diantaranya metode bermain, tanya jawab, dan metode bersahabat. Dari
beberapa metode pengajaran tersebut, menurut Ibu Ine metode bermain dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersahabat adalah metode yang tepat untuk Abi. Meskipun demikian, Ibu Ine tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan metode pengajaran
lainnya, seperti metode bernyanyi pada pelajaran Matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan III, maka dapat
disimpulkan bahwa guru menggunakan berbagai cara untuk menangani Abi baik di kelas maupun luar kelas. Cara pertama Ibu Ine adalah mencari
kelemahan anak dengan membuat kesepakatan. Kedua, ketika memberikan les tambahan untuk Abi, Ibu Ine juga menggunakan berbagai metode
pengajaran. Pedoman Ibu Ine dalam menentukan metode pengajaran tersebut dengan menyesuaikan materi dan karakteristik anak, seperti yang
diungkapkan beliau berikut: “Disesuaikan dengan materi karena takutnya
Abi juga ketinggalan kan to mbak kayak gitu dan Abi juga.” Ibu Ine mengungkapkan bahwa tidak semua anak akan berhasil menggunakan
metode pengajaran yang sama. Tingkah keberhasilan Ibu Ine menggunakan berbagai metode pengajaran pada mata pelajaran yang berkaitan dengan
hafalan, yaitu 70 - 80, tetapi khusus pelajaran Matematika 30 - 40. Namun sama seperti partisipan lainnya, keberhasilan tersebut tergantung
dengan suasana hati Abi saat itu juga. Informasi tersebut peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan guru pendamping pribadi Abi.
4.1.1.4 Partisipan IV Guru Pendamping Khusus Latar Belakang Partisipan IV