Penelitian inquiry merupakan sebuah proses dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah berdasarkan
pada pengujian logis atas fakta dan observasi Jacobsen, 2009. Pemecahan masalah problem-solving merupakan suatu metode
pengajaran berbasis masalah dimana guru membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah melalui pengalaman selama proses belajar mengajar.
Pada pengajaran kooperatif dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi antarsiswa. Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk
mengajarkan tujuan-tujuan akademik, skill-skil dasar, dan keterampilan- keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam metode pengajaran, yaitu 1 metode eksperimen,
2 metode diskusi, 3 metode sosiodrama, 4 metode demonstrasi, 5 metode problem solving, 6 metode tanya jawab, 7 metode ceramah, 8
metode penelitian inquiry, dan 9 metode kooperatif.
2.1.4 Hiperaktivitas
2.1.4.1 Pengertian Anak Hiperaktif
Anak hiperaktif merupakan anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas atau Attention Deficit and
Hyperactivity Disorder Zaviera, 2014. Ciri atau gejala yang muncul pada anak, yaitu kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam kegiatan hidup mereka Kay, 2013. Hermawan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Koasih, 2012 mengungkapkan bahwa hiperaktif merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal disebabkan disfungsi neurologis dengan
gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Porter Kay, 2013 mendefinisikan anak hiperkatif adalah gangguan
perilaku yang ditandai dengan ketidakmampuan memperhatikan sesuatu secara penuh. Gangguan ini terjadi karena kerusakan kecil pada syaraf
pusat dan otak, sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan Zaviera, 2014. Gangguan perilaku ini ditandai dengan
pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas kontrol, serta gerakan yang berlebihan melebihi anak pada umumnya Wiyani, 2014.
Anak hiperkatif kurang mampu mengontrol dan mengkoordinasi dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat membedakan mana
gerakan penting dan gerakan tidak penting. Gerakan ini dilakukan secara terus-menerus tanpa mengenal lelah. Hal ini menyebabkan kesulitan
memusatkan perhatiannya. Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut, maka pengertian hiperaktif dapat disimpulkan menjadi kesatuan yang utuh.
Hiperaktif merupakan gangguan pada perilaku tidak normal yang ditandai dengan adanya gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas
kontrol, serta gerakan yang berlebihan melebihi gerakan yang dilakukan anak pada umumnya.
2.1.4.2 Karakteristik Anak Hiperaktif
Setiap anak hiperaktif menunjukkan perilaku atau tingkah laku yang berbeda-beda. Namun, secara umum karakteristik perilaku anak hiperkatif
menurut Sani Zaviera, 2014 sebagai berikut: 1.
Tidak fokus; anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa berkonsentrasi lebih dari lima menit. Mereka tidak bisa tenang atau diam dalam waktu
lama karena perhatiannya mudah teralih dengan hal-hal yang menarik baginya. Anak hiperkatif akan berperilaku impulsif, misalnya selalu
ingin memegang apa yang ada dihadapannya. Selain itu, anak berbicara semaunya tanpa ada maksud jelas, sehingga kalimat yang diucapkan
sulit dipahami. Hal ini menjadi salah satu penyebab anak hiperaktif cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi dengan baik.
2. Menantang; Anak hiperaktif memiliki sikap penantang atau tidak
menerima nasihat, misalnya anak mudah marah jika dilarang melakukan tindakan yang ingin dia lakukan.
3. Destruktif; Anak sering menunjukkan perilaku yang destruktif, seperti
merusak apapun disekitarnya. 4.
Tidak kenal lelah; Anak hiperaktif tidak pernah menunjukkan sikap lelah. Setiap hari anak selalu bergerak, lari, berguling, lompat, dan
sebagainya tanpa mengenal rasa lelah. 5.
Tanpa tujuan; Pada anak hiperkatif, aktivitas yang dilakukan tanpa tujuan yang jelas, misalnya anak naik turun kursi secara berulang-ulang.
6. Intelektualitas Rendah; Sebagian besar anak hiperaktif memiliki
intelektualitas di bawah rata-rata anak-anak lainnya. Secara psikologis, mental anak sudah terganggu, sehingga anak kurang bisa menunjukkan
kemampuan baik kognitif maupun afektifnya. Keenam karakteristik tersebut, Wiyani 2014 menambahkan secara
rinci karakteristik anak hiperaktif antara lain: 1 anak sering gelisah yang terlihat pada tangan atau kaki mereka, 2 anak berbicara berlebihan atau
tidak bisa berhenti bicara, 3 anak mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan secara tenang, 4 anak bergerak atau bertindak
seolah-olah dikendalikan mesin, dan 5 anak tidak bisa duduk tenang dalam waktu lama lebih dari lima menit. Zaviera 2014 menambahkan
karakteristik anak hiperaktif lainnya, seperti 1 anak sering melakukan kecerobohan atau gagal menyimak dan sering membuat kesalahan karena
tidak cermat, 2 sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugasnya, 3 tidak mendengarkan lawan bicaranya, 4 sering menghindar
atau tidak menyukai melakukan tugas yang membutuhkan pemikiran lama, 5 sering kehilangan barang yang dimilikinya, 6 sering lupa mengerjakan
tugas sehari-hari, 7 perhatiannya mudah teralih oleh rangsangan dari luar. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik perilaku anak hiperaktif adalah 1 sulit memusatkan perhatian lebih dari lima menit, 2 perhatiannya mudah teralihkan oleh
rangsangan dari luar, 3 tidak berhenti berbicara dan cenderung tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendengarkan lawan bicaranya, 4 tidak bisa duduk tenang dalam waktu yang lama, 5 selalu aktif bergerak tanpa mengenal rasa lelah, sehingga
anak membutuhkan banyak energi, 6 cenderung tidak sabar, terutama saat menunggu giliran, 7 sering melakukan kecerobohan, mudah lupa, dan
kehilangan barang-barang yang dimilikinya, 8 sering tidak menyukai atau menghindar dalam melakukan tugas yang membutuhkan pemikiran lama,
dan 9 sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas. Berdasarkan karakteristik anak hiperaktif, ada tiga tipe kriteria anak
hiperaktif, yaitu tipe inatensi, tipe hiperaktif-implusif, dan tipe kombinasi berlebihan dibanding anak-anak lain yang sebaya Zaviera, 2014. DSM-
IV
® - TR 2003 menjelaskan tiga tipe kriteria anak hiperaktif: 1.
Tipe Inatensi; Perilaku yang muncul pada anak, diantaranya 1 anak s
ulit memberikan perhatian pada setiap detail pekerjaan, tugas sekolah, atau
aktivitas lain ceroboh, 2 sulit berkonsentrasi saat mengerjakan tugas atau bermain, 3 tampak tidak mendengarkan jika diajak berbicara, 4
sering tidak mengikuti perintah dan gagal dalam menyelesaikan tugas, 5 tidak teratur dalam mengerjakan tugas, 6 menghindari aktivitas
mental berpikir, 7 sering kehilangan barang milik pribadi, seperti buku, pensil, mainan, dan sebagainya, 8 perhatiannya mudah teralih,
dan 9 sering lupa.
2.
Tipe Hiperaktif dan Impulsif;
Perilaku yang muncul pada hiperaktif 1
sering gelisah selalu menggerakkan atau menggoyangkan badan, 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sering meninggalkan tempat duduk, 3 berlari dan memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat, 4 sulit bermain dengan
tenang saat waktu luang, 5 melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, 6 sering berbicara berlebihan, dan perilaku yang muncul
pada impulsif 7 sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai diberikan, 8 sulit menunggu giliran, dan 9 sering menyela
pembicaraan orang lain.
3.
Tipe kombinasi; Perilaku yang muncul pada anak dengan tipe kombinasi mencakup kedua karakteristik anak hiperaktif dari tipe inatensi dan tipe
hiperaktif-implusif. Beberapa kriteria tipe anak hiperaktif yang dikemukakan oleh DSM-
IV
® - TR dijadikan pedoman secara umum untuk menentukan se
seorang mengalami hiperaktivitas. Seseorang dinyatakan mengalami hiperaktivitas
apabila memenuhi minimal 6 kriteria diagnosis selama tiga bulan terakhir.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Amelia pada tahun 2008 yang berjudul “Persepsi Guru Terhadap Anak yang Mengalami Gangguan Perilaku
Dalam Kegiatan Sekolah.” Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran persepsi guru terhadap anak yang memiliki gangguan perilaku termasuk
interaksi sosial dengan perilaku guru, interaksi sosial dengan teman sebaya, dan prestasi belajar anak-anak gangguan perilaku. Metodologi dalam penelitian ini
adalah pendekatan deskriptif kualititatif. Teknik pengumpulan data yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI