4.1.1.4 Partisipan IV Guru Pendamping Khusus Latar Belakang Partisipan IV
Partisipan IV dalam penelitian ini adalah Ibu Risti sebagai guru pendamping khusus SD Pelangi. Peneliti melakukan wawancara dengan
guru pendamping khusus ini sebanyak dua kali. Wawancara pertama peneliti lakukan pada tanggal 17 Oktober 2015. Wawancara ini dilakukan
mulai pukul 09:00 – 09:30 WIB di ruang tamu sekolah. Wawancara kedua
peneliti lakukan pada tanggal 26 November 2015, mulai dari pukul 12:00 –
12:30 WIB di ruang kerja Ibu Risti. Ibu Risti sama seperti partisipan lain yang mengawali kariernya
sebagai guru pendamping khusus di SD Pelangi. Saat wawancara, Ibu Risti menjelaskan sedikit tentang tugasnya sebagai guru pendamping khusus.
Tugas beliau adalah mendampingi ABK yang tidak memiliki pendamping pribadi, memberikan kelas fullout kelas tambahan bagi ABK yang kurang
mampu mengikuti pembelajaran, dan melakukan assesment kepada anak- anak berkebutuhan khusus. Ibu Risti juga menjelaskan bagaimana langkah-
langkah melakukan assesment. Langkah pertama adalah mengumpulkan data anak baik dari guru kelas, pendamping pribadi jika ada, dan guru lain
yang berkaitan. Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui kesulitan belajar anak. Ibu Risti juga menyebarkan kuisioner kepada orang tua anak
yang bersangkutan. Langkah terakhir adalah melakukan assesment dengan menggunakan pedoman yang sudah ada, data terkumpul, dan perilaku anak.
Ibu Risti mempunyai pandangan sendiri tentang karakteristik anak hiperaktif berdasarkan pengamatan terhadap perilaku anak. Ibu Risti
mempersepsikan anak hiperaktif sebagai anak yang mempunyai kelebihan gerak maupun verbal, misalnya dalam waktu tertentu anak lain bergerak 2-
3, tetapi anak hiperaktif bisa lebih, bicara berlebihan, dan tidak bisa duduk tenang. Ibu Risti juga menambahkan bahwa Abi sulit berkonsentrasi dan
dia pandai dalam mencari alasan, seperti yang beliau ungkapkan, “Kalo
misalnya dia lagi marah atau dia lagi nggak mau ngerjain PR, dia sudah pintar mencari alasan-alasan gitu, pura-
pura pusing atau apa kayak gitu.” Ibu Risti juga mengatakan bahwa rasa ingin tahu anak tinggi. Hal ini
terlihat Abi sering menyela pembicaraan orang lain dengan mengajukan pertanyaan, meskipun pertanyaan sebelumnya belum selesai dijawab.
Ibu Risti juga mendeskripsikan Abi baik dari aspek fisik, afektif, psikomotorik, maupun kognitif. Secara fisik maupun psikomotorik, Ibu
Risti mengatakan bahwa Abi terlihat seperti anak tidak memiliki kebutuhan khusus. Begitu pula aspek afektif, Abi mampu bersosialisasi dengan teman-
temannya, seperti pernyataan Ibu Ine berikut, “Kalo anaknya bergaul
dengan temen-temennya sudah bisa, bagus .” Secara kognitif pandangan
Ibu Risti tentang Abi sama seperti partisipan lainnya, yaitu pandai dalam menghafal materi-materi yang berkaitan dengan pengetahuan. Namun, Abi
mengalami kesulitan dalam pelajaran Matematika. Hal ini menyebabkan nilai Matematika Abi lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lain.
Ibu Risti juga menceritakan sedikit tentang bagaimana melakukan penanganan untuk mengurangi perilaku Abi yang dapat menghambat
proses belajarnya. Ketika Abi marah, dia akan mengatakan , “Uh, kesel,
pusing aku itu, gini- gini.” Kalimat tersebut akan Abi katakan secara terus-
menerus. Tindakan yang Ibu Risti lakukan adalah membiarkan Abi dengan tidak memperhatikan dan pada akhirnya dia akan diam sendiri. Namun, jika
marahnya Abi mengganggu teman-temannya, Ibu Risti mengatakan, “Abi
nggak boleh seperti itu.”. Ibu Risti berpandangan bahwa penanganan anak hiperaktif disesuaikan dengan anaknya. Hal ini juga berpengaruh pada
pemilihan metode pengajaran yang digunakan Ibu Risti mengajar di kelas. Ibu Risti mengungkapkan
“Metode pengajaran itu cara untuk memberikan pembelajaran agar anaknya itu lebih paham, lebih mengusai
pembelajarannya kayak gitu. Jadi ya kita sebagai guru harus tau anaknya itu kayak gimana dan kita harus tau metode apa yang tepat untuk
anaknya.” Ibu Risti memandang bahwa metode pengajaran adalah cara untuk menyampaikan materi agar anak dapat memahami dan menguasai
materi yang dipelajari dengan maksimal. Ibu Risti mengungkapkan bahwa metode pengajaran paling tepat
untuk Abi adalah metode yang dapat menyalurkan aktivitasnya yang berlebihan ke hal positif, misalnya metode TSTS, snowball throwing,
menggunakan video. Menurut Ibu Risti, dalam satu pembelajaran tidak hanya menggunakan satu metode pengajaran, tetapi mengkombinasikan
berbagai metode pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran utuh. Pedoman Ibu Risti dalam memilih metode pengajaran sama seperti
partisipan lainnya, yaitu materi dan karateristik anak Abi. Ibu Risti mengakumulasikan keberhasilan dengan mengkombinasikan beberapa
metode pengajaran dalam satu pembelajaran untuk Abi sekitar 60 - 80. Peneliti mendapatkan informasi tersebut dari hasil wawancara antara
peneliti dengan guru pendamping khusus.
Problematika Anak Hiperaktif
Ibu Risti mempunyai cara pandang tersendiri tentang anak hiperaktif dari hasil pengamatannya selama menjadi guru pendamping khusus. Hasil
pengamatan Ibu Risti terhadap perilaku Abi antara lain anak mengajukan banyak pertanyaan secara terus-menerus meskipun pertanyaan sebelumnya
belum selesai dijawab, sulit berkonsentrasi, ketika marah anak tidak mau mengerjakan tugas, tidak mau mengakui kesalahan, berbicara berlebihan,
pandai dalam mencari alasan, dan tidak bisa duduk tenang. Selama menjadi pendamping khusus, Ibu Risti melakukan beberapa
penanganan untuk mengurangi perilaku Abi yang dapat menghambatnya dalam belajar. Salah satunya saat Ibu Risti mengajar, beliau menggunakan
berbagai metode pengajaran yang dikombinasikan, terutama pada pelajaran Matematika. Ibu Risti mengungkapkan bahwa Abi masih kesulitan dalam
pelajaran Matematika, tetapi pada pelajaran yang berkaitan dengan hafalan Abi dapat menguasai materi dengan baik. Pernyataan Ibu Risti diperkuat
dengan nilai hasil belajar Matematika Abi lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya.
Ibu Risti menceritakan salah satu hasil kombinasi metode pengajaran yang pernah diterapkan adalah kombinasi metode ceramah dan snowball
throwing, sepertinya pernyataan berikut “Nah, kalo itu saya melakukannya
di combine mbak. Jadi pertama kali ceramah dulu, jelasin materinya dulu. Setelah itu, baru di combine dengan metode lain, misalnya sama snowball
throwing. Kan sudah dijelasin, misalnya materinya IPA, jelasin materi IPA kayak gimana terus nanti dari itu kan kita pakai snowball throwing, terus
nanti jadi anaknya kan disuruh menulis soal, terus nanti kita lembar- lembar, kita jawab sama-sama. Nah, itu lebih efektif sih kalo kemarin.
Jadi, dia juga lebih tau kan belajar itu juga dari anak yang lain, nah seperti itu jadi nggak melulu dari gurunya seperti itu.
” Keberhasilan Ibu Risti menggunakan metode pengajaran tersebut sekitar 60- 80. Namun,
pada pelajaran Matematika Abi masih mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru
pendamping khusus, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Abi temasuk anak hiperaktif. Guru pendamping khusus menyebutkan beberapa perilaku
Abi yang menunjukkan bahwa Abi termasuk anak hiperaktif. Perilaku- perilaku tersebut antara lain berbicara berlebihan, mengajukan banyak
pertanyaan meskipun pertanyaan sebelumnya belum selesai dijawab, sulit berkonsentrasi, saat marah tidak mau mengerjakan tugas, tidak mau
mengakui kesalahan, berbicara berlebihan, pandai dalam mencari alasan, dan tidak bisa duduk tenang. Perilaku yang ditunjukkan Abi tersebut
berpengaruh terhadap nilai hasil belajarnya. Strategi beliau untuk meningkatkan hasil belajar Abi, terutama pada
pelajaran Matematika, dengan menggunakan berbagai metode pengajaran dalam satu pembelajaran. Langkah ini guru lakukan agar Abi memahami
materi dengan maksimal dan tidak cepat bosan. Tingkat keberhasilan penggunaan metode pengajaran tersebut dalam pelajaran IPA bagi anak
sekitar 60-80, tetapi untuk pelajaran matematika anak masih rendah. Hal ini sama seperti yang diungkapkan partisipan lain bahwa keberhasilan
penggunaan metode pengajaran tersebut bergantung dengan suasana hati Abi juga. Informasi tersebut peneliti dapatkan dari hasil wawancara antara
peneliti dengan guru pendamping khusus.
4.2 Pembahasan