Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

8 pola nilai, keyakinan, pemikiran-pemikiran bersama, dan tradisi yang terbentuk melalui sejarah sekolah yang dapat memberikan identitas sekolah dalam standar perilaku yang diharapkan serta yang membedakannya dari institusi-institusi lainnya. Atau singkatnya, bisa dikatakan bahwa kultur sekolah adalah kehidupan sekolah yang menjadi ciri khas sekolah.

b. Karakteristik Kultur Sekolah

Menurut Moerdiyanto, “kultur sekolah terdiri dari kultur positif, kultur negatif dan kultur netral. Kultur positif adalah budaya yang membantu mutu sekolah dan mutu kehidupan bagi warganya. ... Kultur positif yang kuat mampu menjadi modal dalam melakukan perubahan dan perbaikan ”. 18 Adapun contoh dari kultur positif ini seperti disiplin, kajian atau belajar bersama, sifat saling tenggang rasa, sopan, semangat belajar dan lain sebagainya. Kultur positif wajib diciptakan dan diterapkan di instansi sekolah agar visi, misi dan tujuan sekolah dapat tercapai. Sedangkan kultur negatif menurut Moerdiyanto, merupakan budaya organisasi yang bersifat anarkhis, negatif, beracun, bias, dan dominatif. Sekolah yang merasa puas dengan apa yang telah dicapai merupakan bagian dari kultur negatif, karena mereka cenderung tidak ingin melakukan perubahan dan takut mengambil risiko terhadap perubahan. Akibatnya kualitas akan menurun. 19 Selain itu, contoh dari kultur negatif ini seperti kurangnya pembiasaan kerja sama antar siswa dalam pemecahan masalah, budaya menghukum siswa yang kemudian menjadikan siswa terbebani baik secara mental maupun fisik, dan kurangnya keteladanan dari pendidik serta lain sebagainya. Adanya kultur negatif ini perlu dihindari untuk diterapkan di sekolah, karena bersifat menghambat dan merugikan sekolah. 18 Moerdiyanto, “Fungsi Kultur Sekolah Menengah Atas Untuk Mengembangkan Karakter Siswa Menjadi Generasi 2045”, Artikel Konaspi VII, 2012, h. 5 19 Ibid., h. 5-6 9 Kemudian Moerdiyanto menjelaskan bahwa kultur netral adalah “aspek-aspek yang netral tak terkait dengan visi, misi dan tujuan sekolah ”. 20 Kultur netral ini ada dan berjalan di kehidupan sekolah, namun tidak dapat dikategorikan ke dalam kultur positif ataupun negatif. Adapun contoh dari kultur netral ini sebagaimana dikemukakan oleh Moerdiyanto yaitu “1 kegiatan arisan sekolah, 2 jenis kelamin kepala sekolah, 3 proporsi guru laki-laki dan perempuan, 4 jumlah siswa wanita yang dominan”. 21 Menurut Rika, bahwa lembaga sekolah sebagai pihak internal seharusnya membangun kultur sekolah berdasarkan pemikiran- pemikiran lembaga yang ditunjang oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, perilaku guru dan siswa serta pegawai dalam memberikan layanan kepada para siswa, orang tua, dan lingkungannya sebagai pihak eksternal. 22 Selanjutya menurut Rika, “pada umumnya setiap sekolah telah memiliki kulturnya sendiri namun sekolah yang berhasil adalah sekolah yang memiliki kultur positif yang sejalan dengan visi dan misi sekolah ”. 23 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kultur memiliki karakteristik yang berbeda, yakni kultur positif yang harus diterapkan di sekolah karena bersifat menguntungkan dan cocok, kultur negatif yang harus dihindari karena bersifat merugikan dan menghambat, serta netral yang bersifat netral tidak terkait kepada adanya visi, misi dan tujuan sekolah. Selain itu, salah satu indikator keberhasilan sekolah adalah adanya kesesuaian antara kultur positif yang diciptakan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. 20 Ibid., h. 9 21 Ibid., h. 10 22 Rika Rachmita Sujatma, “Pengembangan Kultur Sekolah”, Jurnal Pendidikan, 2008, h. 2 23 Ibid.