Fungsi Kultur Sekolah Kultur Sekolah
14
kepribadiannya, 2
dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran, 3
timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar,
4 dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena
berrsandiwara, 5
dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang lain.
36
Menurut Hamka, “akhlak mempunyai makna yang lebih dari
sekedar budi pekerti atau kelakuan. Akhlak adalah hubungan yang khusus antara makhluq dan Khaliq
”.
37
Selanjutnya, Hamka megemukakan kembali bahwa “akhlak mulia adalah perwujudan dari sikap mental seorang abdillah yang tunduk
patuh pada kehendak Khaliq, pasrah dan taat menerapkan aturan syariat yang telah ditetapkan Khaliq Tuhan Sang Maha Pencipta
”.
38
Sedangkan menurut Sjarkawi, inti ajaran akhlak adalah berlandas pada niat atau iktikad untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu sesuai dan mencari ridha Allah, Tuhan semesta alam. Nilai- nilai yang dijunjung tinggi antara lain, kasih sayang, kebenaran,
kebaikan, kejujuran, kebenaran, keindahan, amanah, tidak menyakiti orang lain, dan sejenisnya.
39
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat
para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Menurut Mansur Ali Rajab dalam Abuddin,
mengatakan bahwa “akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah
insting garizah yang dibawa manusia sejak lahir. ”
40
36
Ibid., h. 4-6
37
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012, cet. 3, h. 202
38
Ibid., h. 204
39
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 2, h. 32
40
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, cet. 12, h 133
15
Sedangkan pendapat yang berbeda tentang pembentukan akhlak sebagaimana dikatakan oleh Imam Ghazali yang dikutip oleh Abuddin,
bahwa “akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan
perjuangan keras dan sungguh-sungguh ”.
41
Menurut Abuddin, “pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan
menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
konsisten.”
42
Jadi, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tingkah laku yang menjadi
kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pembentukan akhlak siswa merupakan sebuah proses merubah perilaku
atau budi pekerti seorang siswa sebagai hamba Allah yang harus selalu memberikan pencerahan, kebaikan dan kedamaian kepada sesama
makhluk, serta sebagai pembeda pribadi siswa tersebut dengan yang lainnya melalui pendidikan dan pembinaan yang terprogram baik serta
pengaplikasian yang sungguh-sungguh dan konsisten.