15
Sedangkan pendapat yang berbeda tentang pembentukan akhlak sebagaimana dikatakan oleh Imam Ghazali yang dikutip oleh Abuddin,
bahwa “akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan
perjuangan keras dan sungguh-sungguh ”.
41
Menurut Abuddin, “pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan
menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
konsisten.”
42
Jadi, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tingkah laku yang menjadi
kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pembentukan akhlak siswa merupakan sebuah proses merubah perilaku
atau budi pekerti seorang siswa sebagai hamba Allah yang harus selalu memberikan pencerahan, kebaikan dan kedamaian kepada sesama
makhluk, serta sebagai pembeda pribadi siswa tersebut dengan yang lainnya melalui pendidikan dan pembinaan yang terprogram baik serta
pengaplikasian yang sungguh-sungguh dan konsisten.
b. Perbedaan Akhlak, Etika, dan Moral
Definisi akhlak telah disebutkan di atas, yang mana mampu menjadi pembeda dalam istilah akhlak dengan etika, moral dan
karakter. Dalam bukunya, Beni menjelaskan bahwa
“kata “etika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“ethos”, artinya adat kebiasaan.”
43
Etika menurut Abuddin, sebagaimana dikutip oleh M. Jamil, secara etimologi berarti watak kesusilaan atau adat. Etika membahas
perbuatan manusia namun bersumber pada akal pikiran dan filsafat, sehingga sifatnya menjadi tidak absolut dan implikasi kebenaran yang
41
Ibid., h. 134
42
Ibid., h 135
43
Saebani, Beni Ahmad, dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 2010, h. 26
16
dikandungnya tidak universal.
44
M.. Jamil berpendapat bahwa, “selain itu, dikarenakan merupakan konsepsi yang merupakan produk akal pikiran, maka etika juga dapat
berubah-ubah sesuai degan perubahan tempat dan zaman termasuk perubahan nilai-nilai
kemanusiaan yang disepakati oleh manusia.”
45
Etika menurut Beni, bahwa “cara pandang manusia tentang tingkah laku yang baik dan buruk, dan dari cara pandang itu dapat
digali dari berbagai sumber, kemudian dijadikan sebagai tolok ukur bagi sua
tu tindakan dengan pendekatan rasional dan filosofis.”
46
Sedangkan moral menurut Jamil, “secara etimologi moral berasal dari kata mores bentuk jamak dari kata mos dalam bahasa Latin yang
memiliki arti adat kebiasaan.
47
Secara terminologi, menurut Jamil, “ moral adalah sebuah ukuran baik dan buruk yang diakui oleh sebuah komunitas masyarakat atau
kelompok tertentu yang menyepakatinya baik didasarkan pada agama maupun tidak.”
48
Menurut Beni, “pengertian moral sama dengan akhlak karena secara bahasa artinya sama, yaitu tindakan atau perbuatan.”
49
Lebih lanjut menurut Beni, “perbedaan dari kedua konsep tersebut, yaitu
akhlak dan moral terletak pada standar atau rujukan normatif yang digunakan. Akhlak merujuk pada nilai-nilai agama, sedangkan moral
merujuk pada kebiasaan.
50
Menurut Solihin dalam kutipan Jamil, etika dan moral pada dasarnya memiliki pembahasan yang sama yaitu mengenai
perbuatan manusia dan nilainya. Namun demikian, keduanya memiliki perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk
perbuatan yang sedang dinilai sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem yang ada. Keduanya juga memiliki tolok ukura
44
M. Jamil, Akhlak Tasawuf, Ciputat: Referensi, 2013, h. 9
45
Ibid.
46
Saebani,op. cit., h. 30
47
M. Jamil, loc. cit.
48
Ibid.
49
Saebani, op. cit., h. 33
50
Ibid.