36
yang sangat penting dalam rangka pembentukan kultur akhlak mulia di kalangan mahasswa UNY. Selain itu, problematika yag muncul dalam
pembelajaran PAI di UNY cukup banyak, diantaranya adalah kemmapuan dasar mahasiswa UNY tentang PAI yang sagat beragam, perhatian mahasiswa
terhadap akhlak masih sangat kurang, dan materi pembelajaran PAI yang lebih menekankan kemampuan kognitif saja serta sulitnya melaksanakan kotrol
terhadap mahasiswa di luar perkuliahan. Menurutnya, semua problematika tersebut harus dicegah degan memaksimalkan fungsi dosen dalam pembelajara
PAI. Artikel
“Membangun Kultur Sekolah,” oleh Komaruddin Hidayat pada Jumat, 21 Mei 2010, pukul 09.29 WIB. Pada artikel ini dituliskan bahwa kutur
sekolah sangat vital perannya bagi sebuah proses pendidikan. Tanpa budaya sekolah yang bagus, sulit melakukan pendidikan karakter bagi anak didik.
Sebuah budaya mengasumsikan kehidupan yang berjalan natural,tidak lagi dirasakan sebagai beban. Karena itu merancang budaya sekolah mesti
memikirkan dan menyiapkan pula kehidupan seni dan olahraga serta ruang kebebasan kreasi anak. Dengan demikian, proses pendidikan dan beban
kurikulum sekolah tidak dirasakan sebagai beban, melainkan tantangan layaknya dalam sebuah permainan olahraga yang penuh semangat, tapi tetap
ada wasit ataupun peraturan baku. Skripsi
“Pembinaan Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta,
” oleh Ummi Habibah mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrispikan dan menganalisa secara mendalam tentang proses pembinaan akhlak di Madrasah Aliyah Ali Maksum
Krapyak Yogyakarta, mengetahui metode-metode yang digunakan serta mengetahui faktor pendukung dan penhambat dalam pelaksanaannya. Adapun
hasil kajiannya adalah metode yang digunakannya diantara adalah metode ceramah, ibrah, diskusi, dan lain sebagainya. Pelaksanaan pembinaan akhlak
di MA Ali Maksum sudah berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pembinaan akhlak siswa da visi misi sekolah. Selain itu, faktor pendukung
37
dalam pembinaan akhlak siswa ini adalah adanya kerjasama yang sangat baik oleh para pelaku sekolah, siswa berada di lingkungan pesantern sehingga
keadaa siswa lebih terkontrol, adanya buku-buku paket di perpustakaan sehingga siswa mudah memperoleh dan meminjamnya. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah para siswa tinggal di satu asrama dengan teman sebaya yang memiliki tingkat ego yang sama sehingga tidak jarang terjadi konflik,
BK tidak memiliki waktu yang tetap, pergaulan siswa di luar jam pelajaran dengan ligkungan luar yang terkadang membawa ke arah negatif serta ketika
di dalam kelas yang terkadang siswa tidak seluruhnya mendengarkan pelajaran.
Jounal Education “Research a Comprehensive Approach in Developing Akhlaq; a Case Study on the Implementation of Character Education at
Pondok Pesatren Darunnajah,” from Duna Izfanna, Student in International Islamic University Malaysia, Kuala Lumpur dan STAI Darunnajag, Jakarta
Indoesia and Nik Ahmad Hisyam Student in International Islamic University Malaysia, Kuala Lumpur. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan
bagaimana suatu sistem pendidikan Islam yang unik yaitu Pondok Pesantren, dilaksanakan dan memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan karakter
siswa. Adapun yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah bahwa mayoritas guru dan siswa mengatakan bahwa Pondok Pesantren Darunnajah
mendidik karakter anak didik dalam banyak hal dan sebagai wahana untuk mengembangkan mereka sebagai generasi muda Muslim serta mempersiapkan
mereka untuk kehidupan masa depan mereka. Pondok Pesantren Darunnajah mengadopsi pendekatan komprehensif pendidikan karakter berdasarkan nilai-
nilai Islam sebagai filosofi utama, visi, misi , prinsip dasar karakter, serta karakter utama lainnya yang dikembangkan dan diperkuat melalui tiga metode
implementasi pendidikan karakter yaitu pengetahuan, bersyarat, dan praktek. Karakter itu sendiri tidak bisa dibangun dalam hitungan waktu tetapi terus
menjadi proses yang komprehensif, dan model yang paling efektif untuk implementasi
adalah melalui
pendekatan komprehensif
yang mengintegrasikan semua aspek kehidupan sekolah.
38
Kultur Sekolah Akhlak Siswa
C. Kerangka Berfikir
Sekolah sebagai sebuah institusilembaga pendidikan formal yang berfungsi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman
seseorang agar menjadikan manusia sebagai pribadi dan warga masyarakat yang bermutu dan bermartabat. Sekolah pastinya memiliki kultur yang
berisikan pola nilai, keyakinan, pemikiran-pemikiran bersama, dan tradisi dalam kehidupan sekolah, sehingga mampu membentuk sebuah ciri khas atau
identitas diri dari sekolah tersebut. Kultur sekolah terdiri dari kultur positif yang mampu membantu
membangun mutu sekolah dan juga terdiri dari kultur negatif yang berfungsi sebaliknya. Kultur sekolah yang positif memberikan pengaruh yang positif
terhadap pembentukan akhlak siswa. Sebaliknya, kultur sekolah yang negatif akan memberikan pengaruh yang negatif pula terhadap pembentukan akhlak
siswa tersebut. Hal ini dikarenakan, lembaga sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang penting dalam pembentukan akhlak siswa.
Dengan kata lain bahwa lembaga sekolah harus mampu membangun kultur sekolah yang positif yang mampu menjadi kekuatan utama dalam
mengarahkan seluruh warga sekolah menuju perubahan-perubahan positif, terutama dalam pembentukan akhlak siswa.
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan
penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
“Semakin tinggi kualitas kultur sekolah maka akan semakin
39
tinggi pula pembentukan akhlak siswa ”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka
hipotesis alternatif Ha dan hipotesis nol Ho dapat dirumuskan. Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kultur sekolah
dengan terbinanya akhlak siswa. Ho
: Tidak ada hubungan yang signifikan antara kultur sekolah dengan terbinanya akhlak siswa.
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang be rjudul “Korelasi Kultur Sekolah terhadap Pembentukan
Akhlak Siswa ” ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Al-Manar
Azhari Islamic Boarding School Depok, yang terletak di jalan raya Limo Pelita No. 10 Limo, Depok, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama
kurang dari satu bulan mulai dari tanggal 29 Oktober 2014. sampai dengan tanggal 18 Desember 2014.
B. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan dan menjelaskan permasalahan tentang korelasi antara kultur sekolah dengan
pembentukan akhlak anak, maka penulis menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif-analisis.
Menurut Margono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan menyatakan bahwa
, “penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”
.
102
Di dalam
metode deskriptif-analisis
terdapat upaya
untuk menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
103
C. Variabel Penelitian
Dalam setiap penelitian, pasti terdapat sebuah istilah variabel. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, obyek atau kegiatan
102
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, Cet. 6, h. 105.
103
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 7, h. 157.
41
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
104
Dalam penelitian ini penulis mencari korelasi antara kultur sekolah dengan akhlak siswa. Hal ini berarti terdapat dua variabel yaitu:
1. Definisi Teoritis Kultur Sekolah sebagai variabel bebas Independent
Variabel. Dalam penelitian ini kultur sekolah ibarat kendali situasi terkondisinya suasana belajar yang kondusif.
2. Definisi Oprasional Akhlak Siswa sebagai variabel terikat Dependent
Variabel. Maka akhlak siswa menjadi salah satu dampak hasil pendidikan sekolah termasuk dari kultur budaya sekolah.
Tabel 1 Variabel Penelitian
No Variabel
Definisi Operasional
Dimensi
1. Variabel X
Kultur Sekolah
Kehidupan sekolah yang menjadi ciri khas sekolah
1. Pola Perilaku Kebiasaan
2. Tata Nilai
3. Organisasi
4. Kegiatan Ekstrakurikuler
5. Asrama sebagai tempat
tinggal 6.
Tata Tertib 2.
Variabel Y Akhlak Siswa
Tingkah laku yang menjadi kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari 1.
Sikap Kepada Allah SWT 2.
Sikap Kepada Sesama Manusia
3. Sikap Kepada Alam
Lingkungan Sumber data primer dan sekunder, diolah dan diambil pada tanggal 14 Agustus
2014
104
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta, 2008, cet. 12, h. 59
42
D. Subyek Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.
105
Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim, di dalam buku Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Populasi
Penelitian maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga,
kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi, dan lain-lain.
106
. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Pertama
Al-Manar Azhari Islamic Boarding School. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
107
Menurut Suharsimi Arikunto bahwa
“apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 atau 20-25 atau lebih.
”
108
Penulis mengambil seluruh jumlah siswa Sekolah Menengah Pertama Al-Manar Azhari Islamic Boarding School ini sebagai
subyek penelitian karena subjek dalam sekolah ini kurang dari 100 siswa, yaitu berjumlah 79 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tekhnik untuk mendapatkan data secara tepat dan akurat, yaitu dengan menggunakan angket. Metode
angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti untuk memperoleh data, angket
ini disasarkan kepada responden.
109
Sasarannya adalah seluruh siswa pada sekolah Sekolah Menengah Pertama Al-Manar Azhari Islamic Boarding
School ini. Dengan menggunakan teknik angket, pengumpulan data sebagai
105
Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, Ciputat: Islamic Research Publishing, 2009, cet. 1, h. 88
106
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989, h. 84
107
Sutrisno Hadi, Statistik 2, Yogyakarta: Andi Offset,1977, h. 221
108
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, cet. 14, h. 174
109
Ibid, h.76