5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Kultur Sekolah
a. Pengertian Kultur Sekolah
Kamus Sosiologi Modern menyatakan sebagaimana dikutip oleh Rika, bahwa
“kultur adalah totalitas dalam sebuah organisasi, way of life, termasuk nilai-nilai, norma-norma dan karya-karya yang
diwariskan oleh antar generasi ”.
3
Menurut Raymond William, sebagaimana dikutip oleh Kusdi menyatakan bahwa
“istilah kultur pada awalnya dipakai untuk menyebut aktivitas membudidayakan tanaman atau hewan
”.
4
Namun Kusdi menambahkan bahwa “pengertian [kultur] ini diperluas kepada manusia dengan anggapan bahwa masyarakat
“membentuk” manusia melalui melalui institusi keluarga, komunitas, sekolah, agama dan sebagainya
”.
5
Menurut Kusdi, “kultur dilihat sebagai salah satu faktor penjelas
bagi perilaku manusia di dalam organsisasi, dengan mengasumsikan bahwa organisasi adalah kelompok grup yang cenderung berinteraksi
secara reguler dan berulang-ulang, sehingga memunculkan pola keteraturan”.
6
Nanang mengutip pendapat Suwarno dalam Pengantar Umum Pendidikan, bahwa
“sekolah berasal dari istilah Yunani “schola” yang memiliki arti sebuah waktu luang yang digunakan untuk berdiskusi
dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan mencerdaskan aka l”.
7
3
Rika Rachmita Sujatma, “Pengembangan Kultur Sekolah”, Jurnal Pendidikan, 2008, h. 2
4
Kusdi, Budaya Organisasi; Teori, Penelitian dan Praktik, Jakarta: Salemba Empat, 2011, h. 47
5
Ibid.
6
Ibid, h. 15
7
Nanang Purwanto, Pengantar Pedidikan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014, h.77
6
Menurut Tirtarahardja dan La Sulo sebagaimana dikutip oleh Nanang menyebutkan bahwa
“sekolah sebagai pusat pendidikan berfungsi untuk menyiapkan manusia menjadi individu, warga
masyarakat, negara, dan dunia di masa depan yang diharapkan mampu mengembangkan potensi anak, meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia dalam mencapai tujuan nasional. ”
8
Menurut Suwarno, yang dikutip oleh Nanang bahwa “sekolah
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mensosialisasikan pengalaman hidup anak di keluarga,
karena seorang anak mengalami perubahan dan perkembangan perilaku sosial setelah masuk ke sekolah.
”
9
Sedangkan menurut Webster sebagaimana dikutip oleh Nanang menyebutkan bahwa sekolah memiliki dua pengertian, pertama
sebagai komponen fungsi yang merupakan tempat untuk mengajar dan melatih para siswa dalam hal keilmuan dan keterampilan
tertentu. Kedua, sebagai komponen fisik yakni merupakan satu kompleks bangunan yang memiliki laboratorium dan fasilitas fisik
lainnya sebagai pusat kegiatan pembelajaran.
10
Nanang berpendapat bahwa “sekolah adalah salah satu
institusilembaga pendidikan formal yang khusus didirikan untuk pelayanan dan sosialisasi pendidikan dalam rangka menyiapkan
manusia menjadi individu, warga masyarakat, negara, dan dunia di masa depan.
”
11
Berdasarkan beberapa
konsepsi sekolah
tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sekolah merupakan salah satu institusilembaga pendidikan formal untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
pengalaman seseorang agar menjadi manusia sebagai pribadi dan warga masyarakat yang bermutu dan bermasrtabat di masa depan.
Menurut Deal dan Peterson, sebagaimana dikutip oleh Rika, bahwa
“kultur sekolah adalah pola nilai, keyakinan dan tradisi yang
8
Ibid.
9
Ibid., h. 78
10
Ibid.
11
Ibid.
7
terbentuk melalui sejarah sekolah. ”
12
Sedangkan menurut Stolp dan Smith dalam Rika menyatakan bahwa
“kultur sekolah adalah pola makna yang dipancarkan secara historis yang mencakup norma, nilai,
keyakinan, seremonial, ritual, tradisi dan mitos dalam derajat yang bervariasi oleh warga sekolah.
”
13
Selain itu, menurut Deal dan Kent sebagaimana dikutip oleh Moerdiyanto mendefinisikan
bahwa “kultur sekolah sebagai keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan
sebagai warga suatu masyarakat ”.
14
Menurut Zamroni dalam kutipan Rika, bahwa “kultur sekolah
adalah budaya sekolah yang menggambarkan pemikiran-pemikiran bersama shared ideas, asumsi-asumsi assumptions, nilai-nilai
values, dan keyakinan belief yang dapat memberikan identitas identity sekolah yang menjadi standar perilaku yang diharapkan
”.
15
Menurut Vembriarto sebagaimana dikutip oleh Ariefa E, bahwa “kebudayaan sekolah ialah a complex set of beliefs [kompleksitas
kepercayaan], values and traditions [nilai-nilai dan tradisi], ways of thinking and behaving [cara berfikir dan kebiasaan] yang
membedakannya dari institusi-institusi lainnya ”.
16
Menurut Mulyadi, bahwa “kultur sekolah itu mengandung nilai- nilai, perilaku, pembiasaan, yang dengan sengaja dibentuk atau
diciptakan oleh kepala sekolah dalam perjalanan panjang sekolah untuk mencapai tujuan yang di inginkan oleh lembaga pendidikan
tersebut.”
17
Dari beberapa konsepsi tentang pengertian kultur dan kultur sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa kultur sekolah merupakan
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Moerdiyanto, “Fungsi Kultur Sekolah Menengah Atas Untuk Mengembangkan Karakter Siswa Menjadi Generasi 2045”, Artikel Konaspi VII, 2012, h. 3
15
Rika Rachmita Sujatma, loc. cit.
16
Ariefa Efianingrum, “Kultur Sekolah Untuk Mengembangkan Good School”, Makalah Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta, 2008, h. 3
17
Mulyadi, Total Quality Management, Yogyakarta: Aditya Media, 1998, h. 31