Karakteristik Responden. Deskripsi Data
menggunakan angka 7 sebagai nilai panjang kelas interval karena dianggap lebih sesuai dengan data dan langkah-langkah sebelumnya.
Kemudian, berdasarkan perhitungan data diatas dan setelah dihitung juga menggunakan SPSS 20, maka dapat diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 7 Data Perolehan Variabel X
Min 102
Max 152
Mean 129,10
Median 129,00
Standar Deviasi 10,447
Range 50
Varian 109,143
Sumber data primer diolah pada tanggal 15 Desember 2014
Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui skor tertinggi yang diperoleh oleh para siswai dalam angket sebesar 152 dan skor
terendah yang diperoleh siswa adalah 102, sehingga diperoleh nilai rentang sebesar 50. Rentangan tersebut tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil atau bisa disebut berada pada posisi tengah, sehingga dapat diprediksi bahwa distribusi skor bisa homogen dan bisa juga tidak
homogen. Hal ini dikarenakan semakin kecil nilai rentang dari sebuah data, maka nilai rata-rata yang diperoleh juga cukup representative untuk
mewakili data yang bersangkutan. Dan untuk nilai tengah sebesar 129,00. Serta nilai untuk standar deviasi data untuk variabel X kultur sekolah
yaitu sebesar 10,447. Setelah semua langkah perhitungan dilakukan, maka dapat
ditentukan kelas interval untuk variabel X kultur sekolah. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8 Tabel Distribusi Frekuensi X
Kelas Interval Batas Tengah
Fx
102 – 108
105 2
109 – 115
112 6
116 – 122
119 11
123 – 129
126 24
130 – 136
133 17
137 – 143
140 12
144 – 150
147 6
151 – 157
154 1
Sumber data primer diolah pada tanggal 15 Desember 2014
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 8 kelas interval dengan panjang kelas interval sebesar 7. Batas kelas dimulai dari nilai
terendah skor angket siswa yatu sebesar 102. Adapun jumlah frekuensi terbesar pada nilai angket siswa untuk variabel X adalah pada kelas
interval antara 123 hingga 129 dengan jumlah 24 siswa. Sedangkan yang terendah berada pada kelas interval 151 hingga 157 dengan total siswa
sebanyak 1 orang siswa. Selanjutnya, untuk menentukan tingkat kultur sekolah dalam
kategori tinggi, sedang, dan rendah, maka peneliti menggunakan kategorisasi jenjang ordinal yaitu menempatkan individu ke dalam
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Adapun rumus yang digunakan adalah:
X µ - 1.0 α
Rendah µ -
1.0 α ≤ X µ + 1.0 α Sedang
µ + 1.0 α ≤ X Tinggi
Dimana: X
= skor total tiap-tiap item
µ = mean teoritisnya
α = standar deviasi
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka kategori dalam peningkatan kultur sekolah pada siswa dapat digolongkan ke dalam
beberapa golongan yakni sebagai berikut:
Tabel 9 Penggolongan Kultur Sekolah
X {129,10 - 1.0 10,447} Rendah X 119
{129,10 - 1.0 10,447} ≤ X {129,10 + 1.0 10,447} Sedang 120 ≤ X 139
{129,10 + 1.0 10,447} ≤ X
Tinggi 140
≤ X
Sumber data primer diolah pada tanggal 15 Desember 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai skor angket siswa sesuai penggolongan yaitu nilai di bawah 119 termasuk ke dalam
golongan rendah, nilai antara 120 hingga 139 dikatakan sedang, dan nilai lebih dari 140 termasuk ke dalam golongan tinggi.
Adapun hasil prosentase dari skala tingkat kultur sekolah sesuai perhitungan di atas, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 10 Skor Skala Kultur Sekolah
Kategori Skor
Frekuensi Prosentase
Rendah – 119
15 19
Sedang 120
– 139 47
59 Tinggi
140 – 152
17 22
Sumber data primer diolah pada tanggal 15 Desember 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan skor antara 140 sampai dengan 152 sebanyak 17 siswa