Pengembangan Media Pembelajaran Media Pembelajaran

efektif. Merujuk pembelajaran sebagai suatu proses komunikasi, media membantu siswa memahami bahan ajar dan memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran sehingga memperoleh pengalaman belajar dan hasil belajar yang diharapkan.

2.2.4.3. Pengembangan Media Pembelajaran

Sardiman dalam Sekartiningsih, 2013: 31 mengatakan urutan dalam mengembangkan program media dapat diutarakan sebagai berikut. 1 Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa. 2 Merumuskan tujuan instruksional instructional objective dengan operasional dan khas. 3 Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan. 4 Mengembangkan alat pengukur keberhasilan. 5 Menulis naskah media. 6 Mengadakan tes dan revisi Bila langkah-langkah tersebut digambarkan secara skematis, akan diperoleh model pengembangan sebagai berikut. Gambar 2.2.3.4.1 Skema pengembangan media menurut Sadirman 2013 Berdasarkan skema tersebut dapat dipahami bahwa dalam langkah awal pengembangan media diperlukan identifikasi kebutuhan yang meliputi tujuan pembelajaran, apakah untuk menginformasikan, memotivasi atau instruksional. Penentuan tujuan pengembangan media pembelajaran juga disesuaikan dengan pokok materi pembelajaran serta selaras dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Setelah itu, peneliti menentukan alat ukur sebagai penentu keberhasilan media lalu dibuatlah media yang sesuai berdasarkan hal tersebut. Sebelum media diproduksi maka diuji cobakan terlebih dahulu, dari uji coba tersebut diperoleh hasil yang kemudian dijadikan landasan dalam merevisi. Proses revisi kembali berulang pada tahap penyesuaian dengan materi ajar hingga diperoleh hasil yang diharapkan. Prosedur pengembangan ini kemudian diakhiri dengan proses produksi massal. 2.2.4.4. Media kartu rekat apresiasi topeng kreato Kartu rekat apresiasi topeng kreato adalah suatu media pembelajaran yang dipilih oleh peneliti dengan mengadaptasi dari metode make a match. Make a match merupakan model pembelajaran mencari pasangan. Pasangan yang dimaksud adalah pasangan antara soal dan jawaban yang tertuang pada media kartu soal dan jawaban. Dalam pendapat lain disebutkan bahwa pembelajaran make a match turut menggunakan metode diskusi sehingga siswa dapat secara aktif dalam proses belajar mengajar, saling bertukar informasi, dan mempertahankan pendapatnya dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi Putra, 2013:128. Dengan adanya metode diskusi dalam model pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat menumbuhkan atmosfer belajar apresiasi yang menyenangkan. Model pembelalajaran make a match umumnya berupa suatu permainan menjodohkan antara pertanyaan dan jawaban. Suprijono dalam Prasasti 2013:29 menguraikan langkah-langkah dalam model pembelajaran make a match sebagai berikut. 1 Terdapat kartu pertanyaan dan kartu jawaban. 2 Guru membagi kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu yang berupa pertanyaan. Kelompok kedua merupakan kelompok pembawa kartu yang berupa jawaban. Sedangkan kelompok ketiga adalah kelompok penilai. 3 Aturlah posisi kelompok membentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. 4 Permainan dimulai, kelompok pertama dan kedua bergerak mencari pasangan jawaban yang cocok.Terdapat waktu diskusi untuk menentukan pasangan yang cocok. Hasil diskusi ditandai oleh terbentuknya pasangan anggota kelompok kartu pertanyaan dan jawaban. 5 Pasangan yang terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan pada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membacakan apakah pasangan pertanyaan-jawaban tersebut cocok. 6 Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kedua bersatu dan memposisikan dirinya sebagai kelompok penilai. Sementara kelompok penilai sebelumnya dipecah menjadi dua, sebagian pemegang kartu pertanyaan, sebagian pemegang kartu jawaban. Permainan diulang sama seperti sebelumnya. Berdasarkan bentuk model pembelajaran make a match dari Suprijono tersebut gambaran umum pelaksanaan model make a match tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Selain itu perlu pula disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada model pembelajaran make a match siswa diminta menemukan pasangan jawaban kartu pada siswa lain, sedangkan dalam media kartu rekat apresiasi topeng kreato ini siswa menemukan pasangan pertanyaan dan jawaban yang telah ditempel secara berurutan pada kartu kemudian siswa menyusunnya hingga membentuk tempelan anak tangga. Media kartu rekat apresiasi topeng kreato ini dapat menimbulkan daya tarik, membangkitkan perhatian dan minat belajar pada diri siswa, serta memudahkan siswa dalam mengapresiasi karya seni rupa. Media ini memungkinkan siswa melakukan kegiatan apresiasi secara jelas dan lebih operasional melalui tahap-tahap yang lebih sistematis dan terarah.

2.2.5. Kerangka Teoretik Penelitian