2.2.3. Apresiasi dalam Pembelajaran Seni Rupa
2.2.3.3. Konsep Apresiasi Seni Rupa
Ditinjau secara etimologis, apresiasi berasal dari kata appreciation Inggris, dan menurut kamus dalam bahasa Inggris di antaranya” to appreciate, yaitu bentuk kata
kerjanya, berarti to judge the value of; understand or enjoy fully in the right way Oxford. Sementara itu, istilah apresiasi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
1988: 46 adalah: “1 kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya; 2 penilaian penghargaan terhadap
sesuatu…”. Bahari 2008: 148 menjelaskan bahwa apresiasi merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang dalam mengenali nilai-nilai seni,
untuk menghargai dan menafsirkan makna arti yang terkandung di dalamnya. Selaras dengan pendapat Bahari, apresiasi sebagai salah satu aspek dalam seni rupa,
mengajarkan siswa untuk memahami, menghayati serta menghargai suatu karya seni. Hal ini turut ditegaskan
oleh Soedarso 1990:77 bahwa apresiasi adalah: “Mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif
terhadap segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut dengan semestinya”.
Berdasarkan hal tersebut, secara umum apresiasi seni dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati dan memahami sesuatu misalnya orang, benda, atau
peristiwa untuk selanjutnya diberikan penghargaan atau respon mengenai kualitas sesuatu tersebut. Apresiasi dapat teraplikasi secara nyata dalam proses
pembelajaran, lebih khususnya lagi pada mata pelajaran seni. Secara umum, seni rupa
dalam pembelajaran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan. Kedua jenis seni rupa tersebut memiliki kesamaan kompetensi yang
harus dicapai yakni ekspresi dan apresiasi. Pembelajaran apresiasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan dalam apresiasi bisa berupa pengamatan,
diskusi, dan pembahasan hasil karya seni. Bentuk kegiatan tersebut kurang lebih bertujuan untuk menanamkan nilai, pemahaman serta pengalaman estetik terkait
dengan karya seni.
2.2.3.4.Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa
Kartono dalam Soebandi 2007: 111 mengemukakan bahwa apresiasi adalah suatu proses yang melahirkan sikap dalam mencermati seni. Soehardjo 2012: 176
mengungkapkan bahwa apresiasi posisinya dalam subjek kajian pembelajaran dikarenakan dua alasan. Alasan pertama dikarenakan apresiasi memiliki fungsi didik.
Sedangkan alasan kedua, dalam konteks pemfungsididikan seni, maka pembelajaran apresiasi bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan individu peserta didik. Dari
pendapat tersebut, disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi yang dilakukan dalam lingkup sekolah bermanfaat untuk memupuk siswa mengenali karya dan mencintai
budayanya. Hal itu dikarenakan, siswa akan mampu menumbuhkan sikap menghargai dan menikmati seni secara optimal.
Apresiasi dalam praktiknya dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Bahari 2008: 175 mengungkapkan bahwa apresiasi diawali dengan
memahami karya seni dengan mengenal struktur bentuk, pengorganisasian eleman seni rupa dari karya yang sedang diamati. Selanjutnya, seorang pengamat setidaknya
harus mengenal struktur dasar seni rupa, mulai dari garis, bentuk, warna, fungsinya. Dari pemahaman tersebut seorang pengamat melakukan interaksi antara aspek
instrinsik terhadap karya seni. Hasil dari interaksi tersebut merupakan ultimatum senang atau tidak senang terhadap karya seni. Dalam proses pembelajaran, apresiasi
dapat dilakukan melalui metode dan pendekatan seperti yang dikemukakan Sahman dan Soedarso dalam Sobandi 2007: 141 sebagai berikut.
a. Pendekatan Aplikatif, Pendekatan dilakukan melalui proses penciptaan seni secara langsung. Hal ini didasarkan pada apa yang diungkapkan Dewey yaitu
“learning by doing”. b. Pendekatan Historis, pendekatan ini ditempuh melalui pengenalan sejarah
seni, penciptaanya, peristiwa demi peristiwa yang kemudian dibahas secara berurutan.
c. Pendekatan problematik, pendekatan ini menyoroti masalah terkait seni sebagai suatu sarana dan cara menikmatinya, terdapat deretan problem yang
dibahas satu-persatu. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi dilakukan dengan
pengamatan untuk memahami terlebih dahulu struktur penyusunan karya. Selanjutnya adalah menikmati karya yang merupakan interaksi psikis antara pengamat dengan
karya. Interaksi tersebut merupakan interaksi intrinsik seorang pengamat terhadap karya yang selanjutnya menghasilkan suatu respon baik berupa perasaan senang atau
tidak senang dan tindakan. Pendekatan dalam apresiasi sendiri terdapat tiga yaiitu aplikatif, historis dan problematik. Ketiga pendekatan ini memiliki karakteristik
masing-masing yang pada intinya digunakan untuk melaksanakan kegiatan apresiasi dalam pembelajaran.
2.2.4. Media Pembelajaran