Medan Makna Aktivitas Tangan Dalam Bahasa Mandailing

(1)

MEDAN MAKNA AKTIVITAS TANGAN

DALAM BAHASA MANDAILING

TESIS

Oleh

ANHARUDDIN HUTASUHUT

067009001/LNG

SE

K O L A

H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

MEDAN MAKNA AKTIVITAS TANGAN

DALAM BAHASA MANDAILING

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

Anharuddin Hutasuhut

067009001/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : MEDAN MAKNA AKTIVITAS TANGAN

: DALAM BAHASA MANDAILING

Nama Mahasiswa : Anharuddin Hutasuhut

Nomor Pokok : 067009001

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) Ketua

(Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 25 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. Anggota : 1. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.

2. Prof. Dr. Jawasi Naibaho, M.Hum. 3. Drs. Umar Mono, M.Hum.


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing. Data penelitian berupa leksem verbal yang menyatakan konsep aktivitas tangan yang lazim digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Mandailing. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semantik yang bertalian dengan analisis komponen makna yang dikemukakan oleh Nida (1975) dan Lehrer (1974). Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing mempunyai dua puluh submedan, yaitu (1) maniop ’memegang’, (2) manjama ’menyentuh’, (3)

mambuat ’mengambil’, (4) mangoban ’membawa’, (5) mamayakkon ’meletakkan’,

(6) mangaramban ’melempar’, (7) mangalehen ’memberi’, (8) manarimo ’menerima’, (9) mambuka ’membuka’, (10) manutup ’menutup’, (11) manarik ’menarik’, (12) mamisat ’menekan’, (13) manghanciti ’menyakiti’, (14) mangalala ’menghancurkan’, (15) manggulung ’menggulung’, (16) mamio ’memanggil’, (17)

mangayak ’mengusir’, (18) mangambat ’menghambat’, (19) manjalang ’menyalam’,

dan (20) manudu ’menunjuk’.


(6)

ABSTRACT

This study discuss about semantic field of hands activities in Mandailing language. The data observed consist of verbal lexems that is expresed by hand activity concepts which is generally used by Mandailing people. The theory used in this study is semantic theory which has relation to the analysis of meaning components as stated by Nida (1975) and Lehrer (1974). Based on the result of this research, it is concluded that hand activities in Mandailing language have twenty subfield: (1) maniop ’to hold’, (2) manjama ’to touch’, (3) mambuat ’to take’, (4) mangoban ’to bring’, (5)

mamayakkon ’to put’, (6) mangaramban ’to throw’, (7) mangalehen ’to give’, (8) manarimo ’to accept’, (9) mambuka ’to open’, (10) manutup ’to close’, (11) manarik

’to pull’, (12) mamisat ’to press’, (13) manghanciti ’to hurt’, (14) mangalala ’to break’, (15) manggulung ’to roll’, (16) mamio ’to call’, (17) mangayak ’to snap out’, (18) mangambat ’to block’, (19) manjalang ’to shake hand’, and (20) manudu ’to point’.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya maka penelitian dan penulisan tesis yang berjudul “Medan Makna Aktivitas Tangan dalam Bahasa Mandailing” ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Meskipun telah berusaha semaksimal dan sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penulisan tesis ini masih dijumpai berbagai kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan tesis ini.

Akhir kalam, semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pemerhati dan peneliti yang tertarik pada kajian kebahasaan.

Medan, Agustus 2008


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menempuh perkuliahan dan penyusunan tesis ini, penulis menemukan banyak hambatan, baik yang bersifat teknis maupun nonteknis. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Orang tua penulis, Ayahanda A. Hutasuhut dan Ibunda N. Siregar, yang tidak henti-hentinya mengalirkan doa dan kasih sayang;

2. Bapak Dr. Dendy Sugono, Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Jakarta, yang telah memberikan bantuan dana beasiswa selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Drs. Shafwan Hadi Umry (mantan Kepala Balai Bahasa Medan) dan Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. (Kepala Balai Bahasa Medan) atas kepercayaan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti kuliah S-2 di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU;

4. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K);

5. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.;

6. Ketua dan Sekretaris Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum.;


(9)

7. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. selaku pembimbing utama dan Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. sebagai anggota pembimbing;

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU;

9. Teman-teman Mahasiswa Linguistik Angkatan 2006, terima kasih atas kerja sama dan kekompakan yang terjalin selama ini;

10.Istri tercinta R.R. Sapto Rini, S.P., terima kasih atas pengertian dan motivasi yang diberikan;

11.Para informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi yang begitu berharga; dan

12.Rekan-rekan yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis ini.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Anharuddin Hutasuhut

Tempat, Tanggal Lahir : Padangsidempuan, 11 Desember 1970 Alamat : Jalan Denai/Tuba III Medan

Agama : Islam

Status : Menikah

Pendidikan Formal : a. SD Negeri 142789 Sipirok, tahun 1978 – 1984 b. SMP Negeri 1 Sipirok, tahun 1984 – 1987 c. SMA Negeri Sipirok, tahun 1987 – 1990 d. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, tahun 1991 – 1997 Pekerjaan : Staf Teknis Balai Bahasa Medan, Pusat Bahasa,

Depdiknas, tahun 2002 – sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Leksem ... 6

2.2 Medan Makna ... 7

2.3 Aktivitas Tangan ... 8


(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 11

3.1 Desain Penelitian ... 11

3.2 Data dan Sumber Data ... 11

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 12

3.4 Teknik Pengolahan Data ... 13

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Temuan Penelitian... 15

4.1.1 Aktivitas Tangan untuk Memegang ... 16

4.1.2 Aktivitas Tangan untuk Menyentuh ... 24

4.1.3 Aktivitas Tangan untuk Mengambil ... 27

4.1.4 Aktivitas Tangan untuk Membawa ... 35

4.1.5 Aktivitas Tangan untuk Meletakkan ... 37

4.1.6 Aktivitas Tangan untuk Melempar... 41

4.1.7 Aktivitas Tangan untuk Memberi ... 43

4.1.8 Aktivitas Tangan untuk Menerima ... 44

4.1.9 Aktivitas Tangan untuk Membuka ... 45

4.1.10 Aktivitas Tangan untuk Menutup ... 47

4.1.11 Aktivitas Tangan untuk Menarik ... 50

4.1.12 Aktivitas Tangan untuk Menekan ... 54

4.1.13 Aktivitas Tangan untuk Menyakiti ... 56


(13)

4.1.15 Aktivitas Tangan untuk Menggulung ... 78

4.1.16 Aktivitas Tangan untuk Memanggil ... 80

4.1.17 Aktivitas Tangan untuk Mengusir ... 81

4.1.18 Aktivitas Tangan untuk Menghambat ... 82

4.1.19 Aktivitas Tangan untuk Menyalam ... 84

4.1.20 Aktivitas Tangan untuk Menunjuk ... 84

4.2 Pembahasan... 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Simpulan ... 91

5.2 Saran ... 92


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Peta Provinsi Sumatera Utara... 95 2 Peta Kabupaten/Kota di Sumatera Utara... 96 3 Peta Kabupaten Mandailing Natal ... 97


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa memegang peranan penting dalam tertib pergaulan antarmanusia di mana dan kapan saja. Lewat bahasa terjalin komunikasi yang berguna untuk menunjang proses kerja sama demi kelangsungan hidup bersama. Keberhasilan kehidupan setiap individu dalam masyarakat sangat bergantung pada penguasaan bahasa. Bahasa dapat menjadi sumber konflik, tetapi lewat bahasa pula berbagai konflik dapat diselesaikan.

Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki bahasa tersendiri. Bahasa yang digunakan setiap suku bangsa ini dikenal dengan nama bahasa daerah. Bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah tanah air merupakan salah satu aset kekayaan bangsa. Oleh karena itu, usaha-usaha pembinaan dan pengembangan perlu dilakukan untuk mempertahankan bahasa-bahasa daerah tersebut.

Bahasa Mandailing merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara. Selain menjadi alat komunikasi, bahasa Mandailing juga berfungsi sebagai identitas atau jati diri bagi masyarakat penuturnya. Di samping itu, bahasa Mandailing juga merupakan bahasa pendukung budaya bagi masyarakat Mandailing yang dipergunakan dalam upacara-upacara atau pesta-pesta adat dan peristiwa-peristiwa penting lainnya.


(16)

Penelitian bahasa Mandailing telah beberapa kali dilakukan, tetapi masih banyak aspek yang belum tergarap. Dari studi pustaka yang peneliti lakukan ternyata penelitian tentang medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing belum pernah dilaksanakan, baik oleh kelompok peneliti maupun oleh peneliti perorangan. Sehubungan dengan itu, penelitian khusus yang menyangkut medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing perlu dilaksanakan untuk lebih melengkapi data tentang bahasa ini.

Medan makna merupakan bagian dari kajian semantik. Semantik atau studi tentang makna kata merupakan lahan penelitian yang masih terbuka. Artinya, masih banyak masalah tentang semantik yang belum digarap. Penelitian semantik merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan karena dapat menyumbangkan hal-hal yang menarik, khususnya dilihat dalam kaitannya dengan aspek kultural masyarakat pemakainya.

Penelitian medan makna mempunyai beberapa manfaat, antara lain: (1) memaparkan keseluruhan leksem dari suatu medan, (2) memberikan ketepatan rumusan makna dari leksem-leksem tersebut, (3) melengkapi deskripsi hiponimi suatu bahasa, dan (4) membantu penyusunan kamus, khususnya kamus yang komprehensif.

Bertolak dari manfaat-manfaat penelitian terhadap medan makna tersebut, pada kesempatan ini dilaksanakan penelitian medan makna pengungkap aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing dengan judul Medan Makna Aktivitas Tangan


(17)

Mandailing dilakukan dengan harapan agar pada suatu waktu dapat diungkapkan seluruh leksem dari bahasa Mandailing berdasarkan pada medan maupun antarmedannya. Selanjutnya, juga dapat disusun kamus bahasa Mandailing yang komprehensif, baik yang ekabahasa maupun yang dwibahasa.

Penelitian terhadap bahasa Mandailing, khususnya semantik, masih jarang dilakukan. Beberapa di antaranya, Semantik dalam Bahasa Angkola Mandailing oleh Asni Lubis (1987) dan Semantik Bahasa Mandailing oleh Bahren Umar Siregar (1988). Namun, dalam penelitian tersebut belum ada yang menyinggung medan makna aktivitas tangan. Oleh karena itu, penelitian terhadap medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing ini perlu dilakukan dengan harapan dapat menambah informasi tentang bidang kajian semantik dalam bahasa Mandailing.

1.2Masalah

Penelitian tentang medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing ini akan membahas masalah sebagai berikut.

(1) Leksem-leksem apakah dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan?

(2) Bagaimanakah komponen makna generik dan makna spesifik yang dikandung oleh setiap leksem tersebut?

(3) Bagaimanakah kelompok dan subkelompok leksem yang tercakup ke dalam makna aktivitas tangan berdasarkan komponen makna generik dan makna spesifiknya?


(18)

1.3Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan masalah di atas, penelitian medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing ini bertujuan untuk

(1) mendata leksem dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan, (2) mendeskripsi komponen makna generik dan makna spesifik yang dikandung

oleh tiap-tiap leksem tersebut, dan

(3) mendeskripsi kelompok dan subkelompok leksem yang tercakup ke dalam makna aktivitas tangan berdasarkan komponen makna generik dan makna spesifiknya.

1.4Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik yang bersifat praktis bagi kegiatan kebahasaan, seperti penelitian, pengajaran, dan penyusunan kamus, maupun yang bersifat teoritis bagi pemahaman yang lebih baik tentang berbagai aspek medan makna.

Secara aplikatif, temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk

(1) membantu penyusunan kamus bahasa Mandailing, baik yang ekabahasa maupun yang dwibahasa, khususnya dalam pendefinisian leksem-leksem yang berhubungan dengan aktivitas tangan,

(2) menghindarkan kekurangtepatan pemakaian leksem pengungkap aktivitas tangan pada penutur bahasa Mandailing,


(19)

(3) memantapkan sistem pengajaran kosakata, khususnya kosakata yang berhubungan dengan aktivitas tangan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan para pembelajar dalam memilih butir leksikal secara tepat sesuai dengan konteksnya, dan

(4) menyumbangkan kemungkinan-kemungkinan pemadanan di bidang pembentukan istilah atau di bidang penerjemahan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Leksem

Penelitian ini bertolak dari data penelitian berupa leksem atau kata yang menyatakan konsep aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing. Dengan kata lain, objek penelitian ini adalah leksem-leksem pengungkap aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing. Untuk itu, perlu ditegaskan konsep leksem yang menjadi pegangan dalam penelitian ini. Menurut Kridalaksana (1982:98), leksem adalah satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Pendapat tersebut senada dengan Mattheus (dalam Nurlina, 1993:10) yang merumuskan leksem sebagai seperangkat satuan abstrak yang mendasari variasi gramatikal.

Menurut Basiroh (1992:20), berdasarkan kemungkinan bentuk leksikalnya, leksem dapat berupa leksem simpleks atau leksem kompleks. Leksem simpleks terlihat pada bentuk cibit ’cubit’, sedangkan leksem kompleks terlihat pada bentuk

mangalipat ’memukul’.

Makna yang dianalisis dalam penelitian ini adalah makna leksikal. Menurut Pateda (1989:64) makna leksikal adalah makna leksem ketika leksem tersebut berdiri sendiri. Sejalan dengan pendapat Pateda, Kridalaksana (1982:110) mengatakan makna leksikal adalah makna yang dipunyai oleh unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Selanjutnya, Alwasilah (1984:147) mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang biasa, objektif, belum dibayangi perasaan,


(21)

nilai, dan rasa tertentu. Kemudian, Chaer (1994:60) mengatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.

2.2 Medan Makna

Yang dimaksud dengan medan makna ialah seperangkat makna yang mengandung komponen makna umum yang sama. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Kridalaksana (1993:105) yang menyatakan bahwa medan makna adalah bagian dari kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan.

Lehrer (1974:1) menyebutkan bahwa medan makna adalah sekelompok atau sejumlah leksem yang berelasi secara semantis yang pada umumnya dicakupi atau dipayungi oleh sebuah leksem yang menjadi superordinatnya dan kata yang menjadi bawahan kata yang umum sebagai hiponimiknya. Lebih lanjut, Lehrer (1974:347) mengatakan bahwa sekelompok leksem akan membentuk sebuah medan apabila di dalamnya mengandung komponen makna bersama.

Konsep medan makna Lehrer (1974) berpadanan dengan konsep ranah makna atau semantic domain Nida (1975). Menurut Nida (1975:174), ranah makna itu terdiri atas seperangkat makna yang mempunyai komponen makna umum yang sama. Selanjutnya, Nida (1975) mengatakan bahwa analisis komponen makna dapat dilakukan terhadap leksem-leksem dalam suatu medan dengan menguraikannya sampai pada komponen makna yang sekecil-kecilnya.


(22)

Loursbry (1964, 1973) menyatakan, leksikon kekerabatan setiap bahasa membentuk medan makna dan medan makna itu merupakan sebuah paradigma yang terbentuk dari perangkat bentuk lingual (lingual form).

Uhlenbeck (1982:43) mengatakan, medan makna adalah suatu daerah yang ditempati oleh sejumlah kata yang mempunyai hubungan arti, tetapi tetap saling beroposisi. Selanjutnya, Uhlenbeck juga mengatakan bahwa tidak ada sinonim, yakni tidak pernah ada dua kata yang artinya sama betul, selalu ada beda, tentu saja tidak tertutup kemungkinan adanya persamaan yang terbatas.

2.3 Aktivitas Tangan

Pembatasan pengertian aktivitas tangan di dalam penelitian ini didasarkan pada pengertian aktivitas dan tangan, seperti yang dijabarkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Di dalam KBBI (2005:1136), kata tangan diberi arti: anggota badan dari siku sampai ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung jari. Selanjutnya, di dalam KBBI (2005:23), kata aktivitas diberi arti: (1) keaktifan, kegiatan; (2) kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan. Dari pengertian aktif dan giat dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah kemampuan sesuatu untuk beraksi atau bereaksi.

Berdasarkan pengertian tangan dan aktivitas yang telah diuraikan di atas,

dapat dirumuskan batasan pengertian aktivitas tangan, yaitu kemampuan anggota badan dari bahu sampai ujung jari untuk mengadakan aksi atau reaksi.


(23)

Sebagai satu pengertian, batasan di atas memang sangat jelas. Akan tetapi, sebagai satu pewatas, pengertian tersebut bersifat terlalu longgar. Dengan pengertian seperti itu, setiap leksem aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing harus diangkat sebagai data. Sekadar contoh dapat disebutkan leksem jomput ’mengambil atau memegang dengan ujung-ujung jari’, umpat ’mencabut atau mengangkat dengan menggunakan jari-jari’, tenju ’memukul dengan mengepalkan jari-jari’, cibit ’mencubit’, dan pulos ’dicubit kemudian diputar’. Dengan batasan pengertian aktivitas tangan sebagai kemampuan anggota badan dari bahu sampai ujung jari untuk mengadakan aksi atau reaksi, kelima leksem tersebut harus diangkat sebagai data sesuai dengan adanya peran aktivitas tangan dalam pelaksanaan tindakannya. Di pihak lain, jika diperhatikan, kelima leksem tersebut masih dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok berdasar pada ada tidaknya peran serta alat atau organ nontangan. Leksem jomput, umpat, tenju, cibit, dan pulos dapat dikelompokkan ke dalam aktivitas yang pelaksanaan tindakannya dapat dilakukan dengan atau tanpa alat bantu.

Berdasarkan contoh dan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa di dalam bahasa Mandailing terdapat berbagai kelompok leksem pengungkap aktivitas tangan dilihat dari dimensi ada tidaknya alat bantu, ada tidaknya peran serta organ nontangan, atau ada tidaknya peran serta alat dan organ nontangan. Karena keragaman jenis dan peran serta tangan dalam berbagai tindakan, dalam penelitian ini pengertian aktivitas tangan dispesifikkan lagi berdasarkan aspek itu. Dengan demikian, pengertian aktivitas tangan di dalam penelitian ini mengkhusus pada


(24)

kemampuan anggota badan dari bahu sampai ujung jari untuk mengadakan aksi atau reaksi yang di dalam pelaksanaan tindakannya tidak mengharuskan adanya alat bantu atau peran serta bagian tubuh yang lain.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan terhadap semantik bahasa Mandailing, antara lain: Semantik dalam Bahasa Angkola Mandailing oleh Asni Lubis (1987);

Semantik Bahasa Mandailing oleh Bahren Umar Siregar (1988); dan Medan Makna Aktivitas Kaki dalam Bahasa Mandailing oleh Rapida Dewi M. (2003).

Sementara itu, penelitian tentang medan makna aktivitas tangan yang pernah dilakukan, antara lain:

(1) Medan Makna Aktivitas Tangan dalam Bahasa Jawa oleh Edi Setiyanto (1997);

(2) Medan Makna Aktivitas Tangan dalam Bahasa Bugis oleh Murmahyati (2002);


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini menetapkan persyaratan bahwa suatu penelitian harus dilakukan atas dasar fakta yang ada sehingga pemerian yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Menurut Gay (dalam Sevilla, 1993:71) metode deskriptif, yaitu suatu metode yang menganalisis data berdasarkan bahan yang diperoleh tanpa menambahi atau mengurangi kemudian menganalisisnya. Medan makna aktivitas tangan yang menjadi sasaran penelitian ini dideskripsikan keberadaannya dengan struktur yang memperlihatkan hubungan makna antarleksem. Sejalan dengan itu, sebagai langkah kerja dilakukan tiga tahapan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) pengolahan atau penganalisisan data, dan (3) penyajian hasil pengolahan data.

3.2 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah sejumlah leksem bahasa Mandailing yang mengandung makna aktivitas tangan. Sumber data mencakup data lisan dan data tertulis. Data tertulis diperoleh dari Kamus Bahasa Angkola/Mandailing – Indonesia yang disusun oleh Ahmad Samin Siregar (1977). Sementara itu, data lisan diperoleh dari berbagai percakapan yang terjadi di lingkungan masyarakat Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal.


(26)

Data yang sudah terkumpul itu disempurnakan melalui para informan. Adapun informan yang dipilih untuk melengkapi data penelitian ini adalah penutur bahasa Mandailing yang berusia 50-an dan 60-an tahun. Pemilihan penutur yang berusia 50-an dan 60-an itu didasari oleh suatu anggapan bahwa generasi ini masih dapat mematuhi aturan secara baik.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data digunakan teknik simak catat (Sudaryanto, 1988:15-20) dengan cara menyimak penggunaan berbagai bentuk leksem bahasa Mandailing yang menyatakan makna aktivitas tangan. Selain itu, data diperoleh melalui metode cakap yang sejajar dengan metode wawancara (Sudaryanto, 1988:7). Dalam hal ini, peneliti melakukan percakapan dengan para informan dengan cara menyajikan leksem yang dipandang sukar diketahui komponen maknanya. Leksem tersebut dijelaskan definisinya, kemudian informan dimohon memberikan tanggapan atas definisi itu dengan pernyataan benar, salah, atau ragu atas definisi tersebut. Informan dimohon komentarnya guna penyempurnaan definisi yang sudah disampaikan. Apabila definisi dianggap benar, informan dimohon membuat kalimat sebagai contoh pemakaian leksem yang benar.

Semua data yang diperoleh dicatat dan dikartukan. Data-data yang sudah dicatat ke dalam kartu data itu diklasifikasikan berdasarkan kesamaan komponen semantik leksikalnya.


(27)

3.4 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan teknik analisis komponen makna. Analisis komponen makna digunakan untuk menentukan makna generik dan makna spesifik dari tiap-tiap kelompok dan tiap-tiap leksem anggota. Sebelum ciri generik dan ciri spesifik tiap-tiap kelompok dan tiap-tiap leksem anggota dijabarkan secara definitif, kesemua kontras disajikan untuk memperjelas kerelevansian setiap komponen atas tiap-tiap leksem.

Perumusan makna atas keseluruhan leksem yang berkontras akan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara metabahasa dan secara umum. Secara metabahasa, makna leksem-leksem dirumuskan secara logika berdasarkan komponen-komponennya. Secara umum, makna leksem-leksem dirumuskan ke dalam definisi seperti yang diperlihatkan di dalam kamus.

Di dalam perumusan secara metabahasa, komponen-komponen leksem yang disajikan ialah komponen yang secara positif memperlihatkan kontras. Tindakan ini didasarkan pada alasan bahwa unsur yang bersifat negatif mempunyai ciri tidak dapat dibaca dalam definisi dan tidak terbatas jumlahnya. Prinsip perumusan seperti itu tidak berlaku untuk kasus-kasus tertentu, seperti perumusan superordinat atau perumusan suatu leksem yang kekontrasannya belum tercermin pada sekumpulan nilai positifnya.

Tahap terakhir adalah penyajian hasil pengolahan atau analisis data. Pada tahap ini digunakan metode informal. Metode penyajian informal adalah cara penyajian kaidah dengan rumusan kata-kata biasa yang mudah dimengerti. Metode


(28)

penyajian formal adalah cara penyajian kaidah dengan tanda lambang, seperti tanda kurung, tanda panah, tanda bintang, lambang huruf sebagai singkatan nama, dan berbagai diagram (Sudaryanto, 1993:145).


(29)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Penelitian

Medan makna aktivitas tangan yang dibicarakan dalam penelitian ini mencakup leksem-leksem pengungkap aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing. Analisis seperangkat leksem verbal yang menyatakan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing ini diklasifikasikan berdasarkan komponen makna yang dimiliki bersama sehingga membentuk beberapa submedan yang lebih sempit ruang lingkupnya.

Dalam bahasa Mandailing ditemukan delapan puluh lima leksem yang menyatakan aktivitas tangan. Leksem-leksem pengungkap aktivitas tangan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua puluh kelompok atau submedan. Pembagian tersebut didasarkan pada tujuan aktivitasnya. Kedua puluh kelompok atau submedan tersebut, yaitu (1) memegang, (2) menyentuh, (3) mengambil, (4) membawa, (5) meletakkan, (6) melempar, (7) memberi, (8) menerima, (9) membuka, (10) menutup, (11) menarik, (12) menekan, (13) menyakiti, (14) menghancurkan, (15) menggulung, (16) memanggil, (17) mengusir, (18) menghambat, (19) menyalam, dan (20) menunjuk.

Di dalam analisis, setiap submedan masih bisa dibagi menjadi beberapa submedan dan mungkin juga masih bisa dirinci ke dalam sub-submedan yang lebih kecil lagi, bergantung pada ciri semantis yang dimilikinya. Analisis atas medan dan


(30)

submedan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing dapat dilihat pada uraian berikut.

4.1.1 Aktivitas Tangan untuk Memegang

Medan makna aktivitas tangan untuk memegang memiliki sembilan leksem. Kesembilan leksem itu adalah sebagai berikut.

tiop ’pegang’ golom ’genggam’

pohul ’kepal’

tangkup ’tangkap’ kaol ’peluk, rangkul’

kaluk ’peluk, rangkul’

kubak ’kupas’

abing ’gendong, bopong’

ompa ’gendong’

Jika dilihat dari komponen makna yang dimiliki oleh leksem-leksem tersebut di atas semuanya mempunyai komponen AKTIVITAS TANGAN dan komponen makna TUJUAN: SASARAN TERPEGANG. Berdasarkan pada ciri komponen makna generiknya, leksem yang menjadi superordinat dalam kelompok ini adalah leksem


(31)

a. Leksem Tiop ’Pegang’

Leksem tiop ’pegang’ adalah leksem yang digunakan untuk memegang secara umum. Leksem tiop merupakan bentuk dasar dan bentuk aktifnya maniop ’memegang’.

Leksem tiop memiliki komponen makna yang bersifat + AKTIVITAS

MEMEGANG + SASARAN APA SAJA. Secara umum leksem tiop dapat dijelaskan

sebagai perbuatan atau aktivitas tangan untuk memegang apa saja.

Penggunaan leksem tiop dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Tiop jolo tas on santongkin, giot tu kamar mandi au.

pegang dulu tas ini sebentar, mau ke kamar mandi aku ’Pegang dulu tas ini sebentar, aku mau ke kamar mandi!’

(2) Harani biarna ditiop ia togos tangan ni umaknia.

karena takutnya dipegang dia kuat-kuat tangan ibunya ’Karena takut, dipegangnya kuat-kuat tangan ibunya.’

(3) Jop roha ni anggi maniop baju na imbaru i.

senang hati adik memegang baju yang baru itu ’Adik senang memegang baju baru itu.’

b. Leksem Golom ’Genggam’

Leksem golom memiliki komponen makna, yaitu + JARI-JARI MENEKAN KE

TELAPAK TANGAN + KETERCAKUPAN SASARAN DALAM GENGGAMAN.


(32)

memegang dengan jari-jari menekan sasaran ke telapak tangan dan sasaran tercakup dalam genggaman.

Penggunaan leksem golom dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Golom jolo ubat ni ompung on!

genggam dulu obatnya nenek ini ’Genggam dulu obat nenek ini!’

(2) Awas matapor pira manuk na digolommi.

awas pecah telur ayam yang digenggammu itu ’Awas pecah telur ayam yang kau genggam itu!’

(3) Biasi digolom-golom ho unte i?

mengapa digenggam-genggam kau jeruk itu ’Mengapa kau genggam-genggam jeruk itu?’

c. Leksem Pohul ’Kepal’

Leksem pohul memiliki komponen makna, yaitu JARI-JARI MENEKAN SASARAN KE TELAPAK TANGAN + TEKANAN JARI-JARI KUAT +

KETERCAKUPAN SASARAN DALAM GENGGAMAN. Secara umum leksem pohul

memiliki arti aktivitas tangan untuk memegang dengan jari-jari menekan sasaran kuat-kuat ke telapak tangan sampai jari-jari menyentuh telapak tangan dan sasaran tercakup dalam genggaman.


(33)

Penggunaan leksem pohul dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Angkang manolongi umak mamohul itak di dapur.

kakak membantui ibu mengepal itak di dapur ’Kakak membantu ibu mengepal itak di dapur.’

(2) Dipohul-pohul ia indahan i baru dipangan ia.

dikepal-kepal dia nasi itu baru dimakan dia ’Nasi itu dikepal-kepalnya baru dimakannya.’ (3) Aha do na dipohul ni umak i?

apa yang dikepal ibu itu ’Apa yang ibu kepal itu?’

d. Leksem Tangkup ’Tangkap’

Leksem tangkup memiliki komponen makna, yaitu + MOTIVASI MENGHENTIKAN GERAK SASARAN + MENANGKAP KEHADIRAN SASARAN +

REFLEKSI GERAK. Secara umum leksem tangkup mempunyai arti aktivitas tangan

untuk memegang dengan tujuan khusus untuk menangkap karena menerima kehadiran sasaran dan menghentikan gerak sasaran yang disertai kerefleksian gerak. Penggunaan leksem tangkup dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Anggi malo manangkup siri-siri.

adik pandai menangkap capung ’Adik pandai menangkap capung.’


(34)

(2) Ma ditangkup hamu manuk na malua i?

sudah ditangkap kalian ayam yang lepas itu ’Sudah kalian tangkap ayam yang lepas itu?’

(3) Madabu noma kiper i manangkup bal i.

terjatuh kiper itu menangkap bola itu ’Kiper itu terjatuh menangkap bola itu.’

e. Leksem Kaol ’Rangkul, Peluk’

Leksem kaol memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN MELINGKAR DI

SASARAN + DILAKUKAN KEDUA TANGAN. Secara umum leksem kaol mempunyai

arti aktivitas tangan untuk memegang dengan cara tangan dilingkarkan di sasaran. Penggunaan leksem kaol dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Harani ngalina si Udin modom mangkaol bantal.

karena dinginnya si Udin tidur memeluk bantal ’Karena dingin, si Udin tidur memeluk bantal.’

(2) Dikaol ia dongannia na dung leleng inda marsuo.

dirangkul dia kawannya yang sudah lama tidak berjumpa ’Dirangkulnya kawannya yang sudah lama tidak berjumpa.’

(3) Ulang kaol-kaol au!

jangan rangkul-rangkul aku ’Jangan rangkul-rangkul aku.’


(35)

f. Leksem Kaluk ’Rangkul, Peluk’

Leksem kaluk memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN MELINGKAR DI

SASARAN + DILAKUKAN KEDUA TANGAN + SASARAN: MANUSIA. Secara umum

leksem kaluk mempunyai arti aktivitas tangan untuk memegang dengan cara tangan dilingkarkan di sasaran.

Penggunaan leksem kaluk dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Dikaluk ia anaknia togos harani lungunna.

dipeluk dia anaknya erat karena rindunya

’Dia memeluk anaknya dengan erat karena rindu.’

(2) Tarsonggot dongannia dikaluk ia sian bolakang.

terkejut kawannya dipeluk dia dari belakang ’Kawannya terkejut dipeluknya dari belakang.

(3) Habis marsijalangan halahi pe marsikalukan.

habis bersalaman mereka pun berpelukan ’Usai bersalaman mereka pun berpelukan.’

g. Leksem Kubak ’Kupas’

Leksem kubak memiliki komponen makna, yaitu + IBU JARI DAN TELUNJUK

+ SASARAN TERPEGANG SEDIKIT + TARIKAN. Secara umum leksem kubak

mempunyai arti aktivitas tangan untuk memegang dengan cara ibu jari dan telunjuk memegang sasaran sedikit lalu menariknya.


(36)

Penggunaan leksem kubak dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Kubak pe sada salak i di anggimu!

kupas dulu satu salak itu untuk adikmu ’Kupaskan dulu salak itu satu untuk adikmu!’

(2) Ise de mangkubak honas on?

siapa mengupas nenas ini ’Siapa mengupas nenas ini?’

(3) Pisang na giot sonopon i madung dikubak si Irma.

pisang yang mau dikolak itu sudah dikupas si Irma ’Pisang yang akan dikolak itu sudah dikupas si Irma.’

h. Leksem Abing ’Gendong, Bopong’

Leksem abing memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN KEDUA

TANGAN + SASARAN + MOTIVASI MEMEGANG/MEMBAWA. Secara umum

leksem abing mempunyai arti aktivitas tangan untuk memegang dan membawa sasaran dengan kedua tangan di depan dada.

Penggunaan leksem abing dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Jop noma dilala si Ani mangabing anak ni huting i.

senang sekali dirasa si Ani menggendong anak kucing itu. ’Senang sekali si Ani menggendong anak kucing itu.’

(2) Abing jolo anggimu anso mardahan umak!

gendong dulu adikmu supaya memasak ibu ’Gendong dulu adikmu supaya ibu memasak!’


(37)

(3) Aha de na diabingmi?

apa yang dibopongmu itu ’Apa yang kau bopong itu?’

i. Leksem Ompa ’Gendong’

Leksem ompa memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN MELINGKAR DI SASARAN + SASARAN DITEKAN KE PINGGUL + MOTIVASI MEMEGANG/

MEMBAWA + WUJUD SASARAN: ANAK. Secara umum leksem ompa mempunyai

arti aktivitas tangan untuk memegang dan membawa sasaran dengan kedua tangan dilingkarkan ke sasaran dan sasaran ditekan ke pinggul.

Penggunaan leksem abing dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Diompa si Ani angginia tu pasar.

digendong si Ani adiknya ke pasar. ’Si Ani menggendong adiknya ke pasar.’

(2) Ompa jolo si Uncok sanongkin!

gendong dulu si Uncok sebentar ’Gendong dulu si Uncok sebentar!’

(3) Jago malua na diabingmi!

awas lepas yang digendongmu itu ’Awas lepas yang kau gendong itu!’


(38)

4.1.2 Aktivitas Tangan untuk Menyentuh

Leksem-leksem dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan menyentuh ditemukan sebanyak lima leksem, yaitu jama ’sentuh’, apus ’usap, elus’,

goit ’colek, gamit’, cakar ’rogoh’, dan dadap ’raba’. Kelima leksem tersebut

memperlihatkan persamaan dan perbedaan pada komponen maknanya. Persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.

a. Leksem Jama ’Sentuh’

Leksem jama memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN OLEH

TANGAN SECARA LEMBUT/PELAN + SASARAN. Secara umum leksem jama

mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyentuh sesuatu.

Penggunaan leksem jama dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ulang jama hamu kaco i!

jangan sentuh kalian kaca itu ’Jangan kalian sentuh kaca itu!’

(2) Mabiar hami manjama ulok i.

takut kami menyentuh ular itu ’Kami takut menyentuh ular itu.’

(3) Manyikur au hatiha dijama ia tangkuhukku.

merinding aku ketika disentuh dia kudukku ’Aku merinding ketika disentuhnya kudukku.’


(39)

b. Leksem Apus ’Usap, Elus’

Leksem apus memiliki komponen makna, yaitu + UJUNG JARI-JARI ATAU TELAPAK TANGAN + DILAKUKAN SECARA LEMBUT/PELAN DAN

BERULANG-ULANG + SASARAN. Secara umum leksem apus mempunyai arti aktivitas tangan

untuk mengusap sesuatu dengan ujung jari-jari atau telapak tangan secara lembut/pelan dan berulang-ulang.

Penggunaan leksem apus dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Sian nangkin mangapus-apus mata sajo ho huida.

dari tadi mengusap-usap mata saja kau kulihat ’Dari tadi kau mengusap-usap mata saja kulihat.’

(2) Apus-apus jolo ulu ni si Uncok anso modom ia.

usap-usap dulu kepala si Uncok supaya tidur dia ’Usap-usap dulu kepala si Uncok supaya dia tidur.’

(3) Diapus-apus si Eva huting i.

dielus-elus si Eva kucing itu ’Kucing itu dielus-elus si Eva.’

c. Leksem Goit ’Colek, Gamit’

Leksem goit memiliki komponen makna, yaitu + UJUNG JARI + DILAKUKAN SECARA LEMBUT + SASARAN + SIFAT SENTUHAN SEKEJAP + MOTIVASI


(40)

tangan untuk menyentuh tanpa kekuatan yang dilakukan dengan ujung jari supaya diperhatikan sasaran.

Penggunaan leksem goit dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ulang marsigoitan hamu di bolakang.

jangan saling colek kalian di belakang ’Jangan kalian saling colek di belakang.’

(2) Tarsonggot noma au na digoitmi.

terkejut aku yang dicolekmu itu ’Aku terkejut sewaktu kau colek.’

(3) Goit jolo abangmu!

colek dulu abangmu ’Colek dulu abangmu!’

d. Leksem Cakar ’Rogoh’

Leksem cakar memiliki komponen makna, yaitu + JARI-JARI DAN TELAPAK

TANGAN + SASARAN + MOTIVASI UNTUK MENGETAHUI. Secara umum leksem

cakar mempunyai arti aktivitas tangan menyentuh dengan jari-jari dan telapak tangan

untuk mengetahui sesuatu.

Penggunaan leksem cakar dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ise de diida ho mancakar caku ni salaorku?

siapa dilihat kau merogoh kantong celanaku ’Siapa kau lihat merogoh kantong celanaku?’


(41)

(2) Cakarma anggo inda porcaya ho!

rogohlah kalau tidak percaya kau ’Rogohlah kalau kau tidak percaya!’

(3) Dicakar ia tasnia sanga adong dompet.

dirogoh dia tasnya entah ada dompet ’Dia merogoh tasnya apakah ada dompet.’

4.1.3 Aktivitas Tangan untuk Mengambil

Aktivitas tangan untuk mengambil mempunyai beberapa leksem dan leksem

buat merupakan superordinat. Ciri superordinat leksem buat ditunjukkan oleh

cakupan komponen maknanya yang hanya terbatas pada ciri semantis penggolong. Ciri semantis penggolong yang dimiliki oleh leksem buat juga menjadi ciri semantik leksem bawahannya, tetapi tidak sebaliknya. Ciri semantis penggolong itu adalah adanya ciri + AKTIVITAS TANGAN + TUJUAN: SASARAN TERAMBIL.

a. Leksem Buat ’Ambil’

Leksem buat memiliki komponen makna, yaitu + AKTIVITAS TANGAN

MEMEGANG + SASARAN + DIBAWA. Secara umum leksem buat mempunyai arti

aktivitas tangan untuk mengambil apa saja atau memegang sesuatu lalu dibawa. Penggunaan leksem buat dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Si Panusunan disuru umaknia mambuat bulung pisang.

si Panusunan disuruh ibunya mengambil daun pisang ’Si Panusunan disuruh ibunya mengambil daun pisang.’


(42)

(2) Buatkon pe sira saotik di dapur!

ambilkan garam sedikit di dapur ’Ambilkan garam sedikit di dapur!’

(3) Ma dibuat ho do di ho sada mangga i?

sudah diambil kau untuk kau satu mangga itu ’Sudah kau ambil satu mangga itu untukmu?’

b. Leksem Jolung ’Pungut’

Leksem jolung memiliki komponen makna, yaitu + JARI-JARI TANGAN +

MENGAMBIL + SASARAN TERLETAK DI BAWAH. Secara umum leksem jolung

mempunyai arti aktivitas tangan dengan menggunakan jari-jari untuk mengambil sesuatu yang terletak di bawah.

Penggunaan leksem jolung dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Marsiadu hamu manjolung jambu na mardabuan i.

berlomba kami memungut jambu yang berjatuhan itu ’Kami berlomba memungut jambu yang berjatuhan itu.’

(2) Jolungi jolo eme na masabur i!

punguti dulu padi yang tumpah itu ’Punguti dulu padi yang tumpah itu!’

(3) Didia dibaen ho jambu na dijolung mi?

di mana dibuat kau jambu yang dipungutmu itu ’Di mana kau buat jambu yang kau pungut itu?’


(43)

c. Leksem Jomput ’Jemput, Jumput’

Leksem jomput memiliki komponen makna, yaitu + UJUNG JARI-JARI

TANGAN + SASARAN + UJUNG JARI DIKATUPKAN. Secara umum leksem jomput

mempunyai arti aktivitas tangan untuk mengambil sesuatu dengan ujung jari-jari tangan yang dikatupkan.

Penggunaan leksem jomput dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Jomputma di ho deba!

ambillah untuk kau sebagian ’Ambillah sebagian untukmu!’

(2) Aya manjomput eme di harung.

ayah menjumput padi di karung ’Ayah menjumput padi di karung.’

(3) Aha de na dijomputmi Lian?

apa itu yang dijumputmu Lian ’Apa yang kau jumput itu, Lian?’

d. Leksem Kaut ’Mencedok dengan Tangan’

Leksem kaut memiliki komponen makna, yaitu + TELAPAK TANGAN DAN

JARI-JARI + MENGAMBIL + SASARAN RELATIF KECIL. Secara umum leksem kaut

mempunyai arti aktivitas tangan untuk mengambil benda-benda kecil dengan cara mencedokkan tangan.


(44)

Penggunaan leksem kaut dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Kautkon jolo eme na di belek i!

ambilkan dulu padi yang di kaleng itu ’Ambilkan dulu padi yang di kaleng itu!’

(2) Dahanon na didia do na dikautmi?

beras yang dimana yang diambilmu ’Beras yang dimana yang kau ambil itu?’

(3) Sipsip si Amat mangkaut gulo-gulo.

diam-diam si Amat mengambil gula-gula ’Si Amat diam-diam mengambil gula-gula.’

e. Leksem Jata/Taja ’Menggapai’

Leksem jata/taja memiliki komponen makna, yaitu + JARI-JARI DAN

TANGAN + DIULURKAN KE DEPAN ATAU KE ATAS + SASARAN. Secara umum

leksem jata/taja mempunyai arti aktivitas tangan untuk mengambil sesuatu dengan cara mengulurkan tangan.

Penggunaan leksem jata/taja dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Masubak tangan ni bajunia hatiha manjata kueni.

koyak lengan bajunya ketika menggapai kueni ’Lengan bajunya koyak ketika menggapai kueni.’

(2) Ulang patola dijata anggimu bola lampu i!

jangan bolehkan digapai adikmu bola lampu itu ’Jangan bolehkan bola lampu itu digapai adikmu!’


(45)

(3) Kehe jolo tajahon jambu na di alaman i di anggimu!

pergi dulu gapaikan jambu yang di halaman itu untuk adikmu ’Pergi dulu ambilkan jambu yang di halaman untuk adikmu.’

f. Leksem Umpat ’Cabut’

Leksem umpat memiliki komponen makna, yaitu + JARI-JARI DAN TELAPAK TANGAN + KETERCAKUPAN SASARAN DALAM GENGGAMAN + SASARAN

SESUATU YANG TERTANAM + TARIKAN KE ATAS. Secara umum leksem umpat

mempunyai arti aktivitas tangan untuk mengambil sesuatu yang tertanam dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan dengan menariknya ke atas.

Penggunaan leksem umpat dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ise mangumpat tiang jomuran on?

siapa mencabut tiang jemuran ini ’Siapa mencabut tiang jemuran ini?’

(2) Kehe halahi mangumpat gadung tu kobun.

pergi mereka mencabut ubi ke kebun ’Mereka pergi mencabut ubi ke kebun.’

(3) Madung diumpat hamu do kacang i?

sudah dicabut kalian kacang itu ’Sudah kalian cabut kacang itu?’


(46)

g. Leksem Dadap ’Raba, Celuk’

Leksem dadap memiliki komponen makna, yaitu + MEMASUKKAN TANGAN

+ SASARAN+ UNTUK MENANGKAP ATAU MENGAMBIL. Secara umum leksem

dadap mempunyai arti aktivitas tangan untuk mengambil sesuatu dengan cara meraba

atau memasukkan tangan.

Penggunaan leksem dadap dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Aha do na didadapmi Uncok?

apa itu yang dicelukmu itu Uncok ’Apa yang kau celuk itu, Uncok?’

(2) Dadap jolo di toru lamari i sanga adong kunci madabu!

raba dulu di bawah lemari itu apa ada kunci jatuh ’Raba dulu di bawah lemari itu apa ada kunci jatuh!’ (3) Uda mandadap tingkalang di tobat.

paman menceluk lele di kolam ’Paman menceluk lele di kolam’

h. Leksem Putek ’Petik’

Leksem putek memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN DAN JARI +

MENEKUK ATAU MENARIK + SASARAN RELATIF BESAR DAN KECIL. Secara

umum leksem putek mempunyai arti aktivitas tangan untuk mengambil sesuatu dengan menggunakan tangan dan jari-jari.


(47)

Penggunaan leksem putek dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Malo de ho mamutek harambir?

pandai kau memetik kelapa ’Pandai kau memetik kelapa?’

(2) Ulang lupa putek hamu bulung gadung!

jangan lupa petik kalian daun ubi ’Jangan lupa kalian petik daun ubi!’

(3) Puteki jolo Mira lasiak on!

petiki dulu Mira cabai ini ’Petiki dulu cabai ini, Mira’

i. Leksem Putik ’Petik’

Leksem putik memiliki komponen makna, yaitu IBU JARI DAN TELUNJUK +

MENEKUK ATAU MENARIK + SASARAN RELATIF KECIL. Secara umum leksem

putik mempunyai arti aktivitas tangan dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk

untuk mengambil sesuatu.

Penggunaan leksem putik dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Mamutik lasiak do halahi di kobun sadari on.

memetik cabai mereka di kebun satu hari ini ’Mereka memetik cabai di kebun satu hari ini.’


(48)

(2) Ra de ho manolongi hami mamutik congke ancogot?

maukah kau membantui kami memetik cengkih besok ’Maukah kau membantu kami memetik cengkih besok?’

(3) Putikma di hamu deba!

petiklah untuk kalian sebagian ’Petiklah sebagian untuk kalian!’

j. Leksem Calong ’Petik’

Leksem calong memiliki komponen makna, yaitu IBU JARI DAN TELUNJUK

+ MENEKUK ATAU MENARIK + SASARAN SPESIFIK: SAYUR-SAYURAN. Secara

umum leksem calong mempunyai arti aktivitas tangan untuk mengambil sayur-sayuran dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

Penggunaan leksem calong dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Anggo kehe tu kobun, ulang lupa calong hamu sabi!

kalau pergi ke kebun, jangan lupa petik kalian sawi ’Kalau pergi ke kebun, jangan lupa kalian petik sawi!.

(2) Inda pe tola dicalong siarum on.

belum lagi boleh dipetik bayam ini ’Bayam ini belum boleh dipetik.’

(3) Keta mancalong sayur tu kobun!

ayo memetik sayur ke kebun ’Ayo memetik sayur ke kebun!’


(49)

4.1.4 Aktivitas Tangan untuk Membawa

Medan makna aktivitas tangan pada kelompok ini mempunyai dua leksem anggota dan leksem yang menjadi superordinatnya ialah oban ’bawa’, seperti dapat dilihat pada uraian berikut ini.

a. Leksem Oban ’Bawa’

Leksem oban memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN + AKTIVITAS

MEMBAWA + SASARAN. Secara umum leksem oban mempunyai arti aktivitas

tangan untuk membawa sesuatu.

Penggunaan leksem oban dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Umakku maroban kue sian pasar.

ibuku membawa kue dari pasar ’Ibuku membawa kue dari pasar.’

(2) Oban silua da ompung!

bawa oleh-oleh ya nenek ’Bawa oleh-oleh ya, Nek!’

(3) Dioban tulang di au sipatu baru.

dibawa paman untuk aku sepatu baru ’Sepatu baru dibawa paman untukku.’


(50)

b. Leksem Jingjing ’Jinjing’

Leksem jingjing memiliki komponen makna, yaitu + JARI-JARI + BAGIAN

TERPEGANG UJUNG SASARAN + TANGAN TERJULUR KE BAWAH. Secara umum

leksem jingjing mempunyai arti aktivitas tangan untuk membawa sesuatu dengan jari-jari memegang ujung sasaran dan tangan terjulur ke bawah.

Penggunaan leksem jingjing dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Manjingjing sibodak ia mulak sian kobun.

menjinjing nangka dia pulang dari kebun ’Dia pulang dari kebun menjinjing nangka.’

(2) Tolong jolo jingjing karanjang on tu dapur!

tolong dulu jinjing keranjang ini ke dapur ’Tolong dulu jinjing keranjang ini ke dapur!’

(3) Biasi dijingjing ho sipatumu?

mengapa dijinjing kau sepatumu ’Mengapa kau jinjing sepatumu?’

c. Leksem Gampit ’Kepit’

Leksem gampit memiliki komponen makna, yaitu + LENGAN MENEKAN KE

BADAN + SASARAN. Secara umum leksem gampit mempunyai arti aktivitas tangan

untuk membawa sesuatu dengan meletakkan sasaran di antara lengan dan badan kemudian dikepit.


(51)

Penggunaan leksem gampit dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Si Rinto manggampit map na rara.

si Rinto mengepit map yang merah ’Si Rinto mengepit map merah.’

(2) Aha do anggia na digampitmi?

apa itu kawan yang dikepitmu ’Apa yang dikepitmu itu, kawan?’

(3) Buku na baru digampit si Lian.

buku yang baru dikepit si Lian ’Buku baru dikepit si Lian.’

4.1.5 Aktivitas Tangan untuk Meletakkan

Leksem-leksem dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan untuk meletakkan ditemukan empat leksem, yaitu simpan ’simpan’, solotkon ’selipkan’, suan ’tanam’, dan sabur ’tabur’. Keempat leksem tersebut dapat dijadikan dua kelompok submedan, seperti terlihat pada uraian berikut ini.

4.1.5.1 Aktivitas Letakkan Sesuatu Langsung ke Tempatnya

Ada tiga leksem yang merupakan anggota kelompok aktivitas meletakkan ini, yaitu simpan ’simpan’, solotkon ’selipkan’, dan suan ’tanam’. Ketiga leksem tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.


(52)

a. Leksem Simpan ’Simpan’

Leksem simpan memiliki komponen makna yang bersifat + TANGAN +

OBJEK YANG DILETAKKAN TIDAK TENTU + LOKASI SASARAN. Secara umum

leksem simpan mempunyai arti aktivitas tangan untuk meletakkan sesuatu di suatu tempat.

Penggunaan leksem simpan dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Simpan jolo partolot on di laci!

simpan dulu pensil ini di laci ’Simpan dulu pensil ini di laci!’

(2) Angkang manyimpan baju di lamari.

Kakak menyimpan baju di lemari. ’Kakak menyimpan baju di lemari.’

(3) Di dia do buku i disimpan umak?

di mana buku itu disimpan ibu ’Di mana ibu simpan buku itu?’

b. Leksem Solotkon ’Selipkan’

Leksem solotkon memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN ATAU JARI + + SASARAN BERUPA BENDA KECIL + TEMPAT SASARAN DI ANTARA BENDA LAIN. Secara umum leksem solotkon mempunyai arti aktivitas tangan untuk meletakkan sesuatu pada tempat yang sempit.


(53)

Penggunaan leksem solotkon dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Solotkon jolo jait on di dinding i!

selipkan dulu jarum jahit ini di dinding itu ’Selipkan dulu jarum jahit ini di dinding itu!’

(2) Ompung manyolotkon buku di lamari.

nenek menyelipkan buku di lemari ’Nenek menyelipkan buku di lemari.’

(3) Aha do na disolotkonmi?

apa yang diselipkanmu itu ’Apa yang kau selipkan itu?’

c. Leksem Suan ’Tanam’

Leksem suan memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN BESERTA JARI-JARI + SASARAN LUBANG RELATIF BESAR DAN KECIL + GERAKAN TANGAN

DITEKUK + SASARAN BERUPA BENDA BESAR DAN KECIL. Secara umum leksem

suan mempunyai arti aktivitas tangan untuk meletakkan suatu benda ke dalam suatu

lubang yang relatif besar atau kecil.

Penggunaan leksem suan dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Inda pe manyuan eme halak di huta.

belum lagi menanam padi orang di kampung ’Orang belum lagi menanam padi di kampung.’


(54)

(2) Suan jolo torung on di bolakang!

tanam dulu terong ini di belakang ’Tanam dulu terong ini di belakang!’

(3) Disuan halahi tobu di topi tobat.

ditanam mereka tebu di tepi kolam ’Mereka menanam tebu di tepi kolam.’

4.1.5.2 Aktivitas Letakkan dengan Cara Menyebarkan

Aktivitas letakkan dengan cara menyebarkan memiliki satu leksem, yaitu

sabur ’tabur’. Leksem sabur memiliki komponen makna, yaitu + AKTIVITAS

MENABUR + SASARAN BERWUJUD BIJI-BIJIAN + LOKASI TERARAH. Secara

umum leksem sabur mempunyai arti aktivitas tangan untuk meletakkan sesuatu (biji-bijian) pada lokasi tertentu.

Penggunaan leksem sabur dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Uda manyabur eme di saba.

paman menabur padi di sawah ’Paman menabur padi di sawah.’

(2) Ulang saburi hamu dahanon i!

jangan taburi kalian beras itu ’Jangan kalian taburi beras itu!’

(3) Madung disabur bujing do batu ni lasiak i?

sudah ditabur bibi biji cabai itu ’Sudah bibi tabur biji cabai itu?’


(55)

4.1.6 Aktivitas Tangan untuk Melempar

Kelompok aktivitas tangan untuk melempar memiliki tiga leksem, yaitu

ramban ’lempar’, danggur ’lempar’, dan ambungkon ’buang’. Ketiga leksem tersebut

dapat dilihat pada uraian berikut.

a. Leksem Ramban ’Lempar’

Leksem ramban memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN + AKTIVITAS MELEMPAR + SASARAN + WUJUD YANG DILEMPARKAN + JARAK LEMPARAN

RELATIF DEKAT. Secara umum leksem ramban mempunyai arti aktivitas tangan

untuk melempar sesuatu yang letaknya relatif dekat.

Penggunaan leksem ramban dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Keta mangaramban mangga!

ayo melempar mangga ’Ayo melempar mangga!’

(2) Dirambankon uda kaderen tu aek.

dilemparkan paman kelereng ke sungai ’Kelereng dilemparkan paman ke sungai.’

(3) Ulang hamu marsirambanan, hona naron!

jangan kalian saling melempar, kena nanti ’Jangan kalian saling melempar, kena nanti!’


(56)

b. Leksem Danggur ’Lempar’

Leksem danggur memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN + AKTIVITAS

MELEMPAR + SASARAN + JARAK LEMPARAN RELATIF JAUH. Secara umum

leksem danggur mempunyai arti aktivitas tangan untuk melempar sesuatu yang letaknya relatif jauh.

Penggunaan leksem ramban dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Matapor kaco ni motor didanggur ia.

pecah kaca mobil dilempar dia ’Kaca mobil pecah dilemparnya.’

(2) Ise nangkin mandanggur bagas nami?.

siapa tadi melempar rumah kami ’Siapa melempar rumah kami tadi?.’

(3) Danggurkon jolo sada unte i!

lemparkan dulu satu jeruk itu ’Lemparkan dulu jeruk itu satu!’

c. Leksem Ambungkon ’Buang’

Leksem ambungkon memiliki komponen makna, yaitu + AKTIVITAS

MELEMPAR ATAU MEMBUANG + SASARAN + WUJUD YANG DIBUANG. Secara

umum leksem ambungkon mempunyai arti aktivitas tangan untuk melemparkan atau membuang sesuatu.


(57)

Penggunaan leksem ambungkon dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ambungkon ma i salak na busuk i!

buang sajalah itu salak yang busuk itu ’Buang sajalah salak busuk itu!’

(2) Diambungkon ia solopnia tu batang aek.

dibuang dia selopnya ke sungai ’Selopnya dia buang ke sungai.’

(3) Disuru umaknia ia mangambungkon sarop.

disuruh ibunya dia membuang sampah ’Dia disuruh ibunya membuang sampah.’

4.1.7 Aktivitas Tangan untuk Memberi

Leksem dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan untuk memberi hanya ada satu leksem, yaitu lehen ’beri’.

Leksem lehen memiliki komponen makna, yaitu TANGAN + AKTIVITAS

MEMBERI + SASARAN + WUJUD YANG DIBERIKAN. Secara umum leksem lehen

mempunyai arti aktivitas tangan untuk memberikan sesuatu.

Penggunaan leksem lehen dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Di bolakang do halahi mangalehen manuk mangan.

di belakang mereka memberi ayam makan ’Mereka memberi ayam makan di belakang.’


(58)

(2) Ulang lehen anggimu mangan es!

jangan beri adikmu makan es ’Jangan beri adikmu makan es!’

(3) Dilehen ompung di au hepeng.

diberi nenek untuk aku uang ’Aku diberi nenek uang.’

4.1.8 Aktivitas Tangan untuk Menerima

Leksem yang menyatakan aktivitas tangan untuk menerima dalam bahasa Mandailing hanya ditemukan satu leksem, yaitu jagit ’terima’.

Leksem jagit memiliki komponen makna, yaitu TANGAN + DIULURKAN +

SASARAN + MOTIVASI MENANGKAP SASARAN. Secara umum leksem jagit

mempunyai arti aktivitas tangan untuk menerima sesuatu dengan mengulurkan tangan dan menangkap sasaran.

Penggunaan leksem jagit dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Hami inda pe do manjagit rapot.

kami belum lagi menerima raport ’Kami belum menerima raport.’

(2) Jagit bo gulo-gulo i sian bujingmu!

terima gula-gula itu dari bibimu ’Terima gula-gula itu dari bibimu!’


(59)

(3) Madung dijagit ho do hepeng parsigaret sian udamu?

sudah diterima kau uang rokok dari pamanmu ’Sudah kau terima uang rokok dari pamanmu?’

4.1.9 Aktivitas Tangan untuk Membuka

Leksem-leksem dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan untuk membuka ditemukan sebanyak tiga leksem. Leksem-leksem tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.

a. Leksem Buka ’Buka’

Leksem buka memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN OLEH

TANGAN + MOTIVASI UNTUK MENGETAHUI + SASARAN. Secara umum leksem

buka mempunyai arti aktivitas tangan untuk membuka sesuatu dengan motivasi untuk

mengetahui.

Penggunaan leksem buka dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Buka buku parsiajaranmi, ulang hum na manonton tv!

buka buku pelajaranmu itu, jangan hanya yang menonton tv ’Buka buku pelajaranmu itu, jangan hanya menonton tv!’

(2) Mambuka laci si Dapot.

membuka laci si Dapot ’Si Dapot membuka laci.’


(60)

(3) Madung dibuka ho do bara manuk?

sudah dibuka kau kandang ayam ’Sudah kau buka kandang ayam?’

b. Leksem Ungkap ’Buka’

Leksem ungkap memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN OLEH TANGAN + MOTIVASI UNTUK MENGETAHUI + SASARAN + MENGANGKAT KE

ATAS. Secara umum leksem ungkap mempunyai arti aktivitas tangan untuk membuka

sesuatu dengan cara mengangkat ke atas.

Penggunaan leksem ungkap dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Anggo dung gurgur, ungkapkon naron tutupna i da!

kalau sudah mendidih, bukakan nanti tutupnya itu ya ’Kalau sudah mendidih, bukakan nanti tutupnya ya!’

(2) Ulang ungkap-ungkap sange i, masuk naron lanok!

jangan buka-buka tudung saji itu, masuk nanti lalat ’Jangan buka-buka tudung saji itu, masuk lalat nanti!’

(3) Sip-sip diungkap si Budi tutup ni indahan.

diam-diam dibuka si Budi tutup nasi ’Diam-diam tutup nasi dibuka si Budi.’


(61)

c. Leksem Patalak ’Buka Lebar-lebar’

Leksem patalak memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN OLEH

TANGAN + MOTIVASI UNTUK MENGETAHUI + SASARAN. Secara umum leksem

patalak mempunyai arti aktivitas tangan untuk membuka sesuatu dengan lebar-

lebar.

Penggunaan leksem patalak dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Patalak jolo jandela i anso torang!

Buka lebar-lebar dulu jendela itu supaya terang Buka lebar-lebar dulu jendela itu supaya terang

(2) Ise do na patalak pintu on?

siapa yang membuka pintu ini ’Siapa yang membuka pintu ini?’

(3) Dipatalak si Butet pintu lamari.

dibuka si Butet pintu lemari ’Pintu lemari dibuka si Butet.’

4.1.10 Aktivitas Tangan untuk Menutup

Leksem-leksem dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan untuk menutup ditemukan tiga leksem, yaitu tutup ’tutup’, parapat ’rapatkan’, dan

padamos ’tutup rapat’. Penjelasan ketiga leksem tersebut dapat dilihat pada uraian


(62)

a. Leksem Tutup ’Tutup’

Leksem tutup memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN OLEH

TANGAN + MOTIVASI UNTUK MENGETAHUI + SASARAN. Secara umum leksem

tutup mempunyai arti aktivitas tangan untuk menutup sesuatu.

Penggunaan leksem tutup dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Tutup indahan i anggo dung sidung ho mangan!

tutup nasi itu kalau sudah siap kau makan ’Tutup nasi itu kalau kau sudah siap makan!’

(2) Ulang lupa ho naron manutup jandela.

jangan lupa kau nanti menutup jendela ’Jangan lupa nanti kau menutup jendela.’

(3) Madung ditutup si Lian do bara manuk?

sudah ditutup si Lian kandang ayam ’Sudah ditutup si Lian kandang ayam?’

b. Leksem Parapat ’Tutup Rapat, Rapatkan’

Leksem parapat memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN OLEH

TANGAN + MOTIVASI UNTUK MENGETAHUI + SASARAN. Secara umum leksem

parapat mempunyai arti aktivitas tangan untuk menutup sesuatu dengan rapat.

Penggunaan leksem parapat dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Parapat jolo Ginda pintu i!

rapatkan dulu Ginda pintu itu ’Rapatkan dulu Ginda pintu itu!’


(63)

(2) Madung diparapat ho do tutup ni hudon i?

sudah dirapatkan kau tutup periuk itu ’Sudah kau rapatkan tutup periuk itu?’

(3) Parapat pe pintu ni lamari i!

rapatkan dulu pintu lemari itu ’Rapatkan dulu pintu lemari itu!’

c. Leksem Padamos ’Tutup Rapat, Rapatkan’

Leksem padamos memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN OLEH

TANGAN + MOTIVASI UNTUK MENGETAHUI + SASARAN + MENEKAN. Secara

umum leksem padamos mempunyai arti aktivitas tangan untuk menutup sesuatu rapat-rapat dengan cara menekan.

Penggunaan leksem padamos dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Padamos jolo tutup ni tapeles i!

rapatkan dulu tutup toples itu ’Rapatkan dulu tutup toples itu!’

(2) Dipadamos ia tutup ni belek i anso ulang masuk monci.

dirapatkan dia tutup kaleng itu supaya tidak masuk tikus ’Tutup kaleng itu dirapatkannya supaya tikus tidak masuk.’

(3) Madung dipadamos ho do panutup ni ember i?

sudah dirapatkan kau penutup ember itu ’Sudah kau rapatkan penutup ember itu?’


(64)

4.1.11 Aktivitas Tangan untuk Menarik

Leksem-leksem dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan untuk menarik ditemukan sebanyak lima leksem. Kelima leksem tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

a. Leksem Tarik ’Tarik’

Leksem tarik memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN + SASARAN +

AKTIVITAS MENARIK. Secara umum leksem tarik mempunyai arti aktivitas tangan

untuk memegang dan menarik sesuatu.

Penggunaan leksem tarik dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ise nangkin manarik bajungku sian pudi?

siapa tadi menarik bajuku dari belakang ’Siapa menarik bajuku dari belakang tadi?’

(2) Anggi manarik-narik karosi.

adik menarik-narik kursi ’Adik menarik-narik kursi.’

(3) Ulang tarik-tarik tire i, masuak naron!

jangan tarik-tarik tirai itu, koyak nanti ’Jangan tarik-tarik tirai itu, koyak nanti!’


(65)

b. Leksem Rintak ’Tarik’

Leksem rintak memiliki komponen makna, yaitu + JARI-JARI MEMEGANG

SASARAN + DITARIK DENGAN CEPAT. Secara umum leksem rintak mempunyai

arti aktivitas tangan untuk memegang sesuatu dengan jari-jari lalu menariknya dengan cepat.

Penggunaan leksem rintak dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ise dehe na mangarintak tali ni jomuran on?

siapa yang menyentakkan tali jemuran ini ’Siapa yang menyentakkan tali jemuran ini?’

(2) Inda huraso dirintak halak dompetku.

tidak kurasa disentak orang dompetku ’Tidak kurasa dompetku disentak orang.’

(3) Rintakkon jolo duhut na di lambung ni bunga i.

tarikkan dulu rumput yang di dekat bunga itu ’Tarikkan dulu rumput yang di dekat bunga itu!’

c. Leksem Rampas ’Rampas’

Leksem rampas memiliki komponen makna, yaitu + DILAKUKAN OLEH TANGAN + SASARAN + TARIKAN YANG KERAS + JULURAN TANGAN

UMUMNYA KE SAMPING. Secara umum leksem rampas mempunyai arti aktivitas

tangan untuk menarik sesuatu dengan keras dan cepat serta juluran tangan di samping.


(66)

Penggunaan leksem rampas dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Si Intan mangarampas mayam-mayam ni si Ani.

si Intan merampas mainan punya si Ani ’Si Intan merampas mainan si Ani.’

(2) Dirampas halak tasnia di poken.

dirampas orang tasnya di pekan ’Tasnya dirampas orang di pekan.’

(3) Ulang be da rampas kue ni anggimi!

jangan lagi rampas kue adikmu ’Jangan lagi rampas kue adikmu!’

d. Leksem Sarat ’Menyeret, Menghela’

Leksem sarat memiliki komponen makna, yaitu DILAKUKAN OLEH

TANGAN + SASARAN BERAT + AKTIVITAS MENARIK. Secara umum leksem sarat

mempunyai arti aktivitas tangan untuk menarik sesuatu yang berat.

Penggunaan leksem sarat dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Duai hamu manyarat batang ni harambir i.

berdua kalian menyeret batang kelapa itu ’Berdua kalian menyeret batang kelapa itu.’

(2) Hodokan noma ia na manyarat hayu i.

keringatan dia yang menyeret kayu itu ’Dia keringatan menyeret kayu itu.’


(67)

(3) Disarat aya dahanon sagoni.

diseret ayah beras segoni ’Beras segoni diseret ayah.’

e. Leksem Siksik ’Menarik’

Leksem siksik memiliki komponen makna, yaitu +DILAKUKAN OLEH JARI-JARI TANGAN + SASARAN SPESIFIK, YAITU RAMBUT/CAMBANG + TARIKAN KE ATAS. Secara umum leksem siksik mempunyai arti aktivitas tangan untuk menarik rambut atau cambang.

Penggunaan leksem siksik dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ia do na manyiksik obuk ni danak i.

dia yang menarik rambut dari anak itu ’Dia yang menarik rambut anak itu.’

(2) Harana gaor di kalas, disiksik guru i jambangnia.

karena ribut di kelas, ditarik guru itu cambangnya ’Karena ribut di kelas, cambangnya ditarik guru itu.’

(3) Disiksik ayania ia harani tardapot inda sikola.

ditarik ayahnya rambutnya karena kedapatan tidak sekolah ’Rambutnya ditarik ayahnya karena kedapatan tidak sekolah.’


(68)

4.1.12 Aktivitas Tangan untuk Menekan

Leksem-leksem dalam bahasa Mandailing yang menyatakan aktivitas tangan untuk menekan ditemukan sebanyak tiga leksem. Ketiga leksem tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

a. Leksem Pisat ’Pencet, Pijit’

Leksem pisat memiliki komponen makna, yaitu + IBU JARI DAN JARI

TELUNJUK + MENEKAN SASARAN + TEKANAN JARI-JARI KUAT. Secara umum

leksem pisat mempunyai arti aktivitas tangan untuk memegang dan menekan sasaran kuat-kuat dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

Penggunaan leksem pisat dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Pisati hamu kacang on anso digoreng!

pijiti kalian kacang ini supaya digoreng ’Kalian pijiti kacang ini supaya digoreng!’

(2) Marmudar baronia dipisat ia.

berdarah bisulnya dipijat dia ’Bisulnya berdarah dipijitnya.’

(3) Ise do na mamisat tomat on?

siapa yang memijit tomat ini ’Siapa yang memijit tomat ini?’


(69)

b. Leksem Arut ’Pijat, Urut, Kusuk’

Leksem arut memiliki komponen makna, yaitu + IBU JARI DAN EMPAT JARI YANG LAIN + MENEKAN SASARAN BERULANG-ULANG + TEKANAN JARI-JARI KUAT. Secara umum leksem arut mempunyai arti aktivitas tangan untuk memegang dan menekan sasaran dengan menggunakan ibu jari dan empat jari yang lain secara berulang-ulang.

Penggunaan leksem arut dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Arut-arut jolo patkon!

pijat-pijat dulu kakiku ini ’Pijat-pijat dulu kakiku ini!’

(2) Anggi mangarut ompung di kamar jolo.

adik memijat nenek di kamar depan ’Adik memijat nenek di kamar depan.’

(3) Madung diarut do tangannia na tarsilpok i.

sudah dipijat tangannya yang terkilir itu ’Tangannya yang terkilir itu sudah dipijat.’

c. Leksem Poro ’Peras’

Leksem poro memiliki komponen makna, yaitu + JARI-JARI DAN TANGAN +

MENEKAN SASARAN KE TELAPAK TANGAN + TEKANAN JARI-JARI KUAT.

Secara umum leksem poro mempunyai arti aktivitas tangan memegang dengan cara tangan dan jari-jari menekan sasaran ke telapak tangan dengan tekanan yang kuat.


(70)

Penggunaan leksem poro dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Poro jolo abitta on!

peras dulu kain kita ini ’Peras dulu kain kita ini!’

(2) Angkan mamoro harambir ni gule.

kakak memeras kelapa untuk gulai ’Kakak memeras kelapa untuk gulai.’

(3) Madung diporo ho do harambir i?

sudah diperas kau kelapa itu ’Sudah kau peras kelapa itu?’

4.1.13 Aktivitas Tangan untuk Menyakiti

Dalam bahasa Mandailing terdapat beberapa leksem yang menyatakan aktivitas tangan untuk menyakiti. Leksem-leksem yang ada dalam kelompok ini dibagi menjadi tiga subkelompok berdasarkan komponen makna generiknya, seperti dapat dilihat pada uraian berikut ini.

4.1.13.1 Aktivitas Tangan untuk Menyakiti Kepala beserta Bagian-bagiannya

Kelompok ini memiliki delapan leksem anggota, yaitu tampar ’tampar’, topar ’tampar’, tampeleng ’tempeleng’, toko ’jitak’, siksik ’tarik’, jangging ’jambak’,

tulduk ’tusuk’, dan pistik ’selentik’. Leksem-leksem tersebut mempunyai wilayah


(71)

Berikut ini akan diuraikan leksem-leksem yang menyatakan aktivitas tangan untuk menyakiti kepala beserta bagian-bagiannya.

a. Leksem Tampar ’Tampar’

Leksem tampar memiliki komponen makna, yaitu + TELAPAK TANGAN +

DIPUKULKAN + SASARAN. Secara umum leksem tampar mempunyai arti aktivitas

tangan untuk menyakiti dengan cara memukulkan telapak tangan pada sasaran. Penggunaan leksem tampar dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Marrara mukonia hona tampar.

memerah mukanya kena tampar ’Mukanya memerah kena tampar.’

(2) Jongjong ia manampar-nampar indora.

berdiri dia menampar-nampar dada ’Dia berdiri menampar-nampar dada.’

(3) Sip ho, hutampar pamanganmi naron!

diam kau, kutampar mulutmu itu nanti ’Diam kau, kutampar mulutmu itu nanti!.’

b. Leksem Topar ’Menampar Keras-keras’

Leksem topar memiliki komponen makna, yaitu TELAPAK TANGAN


(72)

umum leksem topar mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan memukulkan telapak tangan keras-keras pada sasaran.

Penggunaan leksem topar dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Polisi manopar muko ni panangko i.

polisi menampar muka pencuri itu ’Polisi menampar muka pencuri itu.’

(2) Hutopar ho naron, ning amangnia.

kutampar kau nanti, kata ayahnya. ’Kutampar kau nanti, kata ayahnya.’

(3) Si Fuddin manopar halak na mandogo ia.

si Fuddin menampar orang yang menabrak dia ’Si Fuddin menampar orang yang menabraknya.’

c. Leksem Tampeleng ’Tempeleng’

Leksem tampeleng memiliki komponen makna, yaitu + TELAPAK TANGAN +

DIPUKULKAN + SASARAN SPESIFIK: MUKA/PIPI. Secara umum leksem tampeleng

mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan menggunakan telapak tangan yang dipukulkan pada sasaran.

Penggunaan leksem tampeleng dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Hutampeleng ho naron!

kutempeleng kau nanti ’Kutempeleng kau nanti!’


(73)

(2) Tampeleng anggo bahat kecetna!

tempeleng kalau banyak bicaranya ’Tempeleng kalau banyak bicaranya!’

(3) Rara muko ni si Ijal ditampeleng gurunia.

merah muka si Ijal ditempeleng gurunya ’Muka si Ijal merah ditempeleng gurunya.’

d. Leksem Toko ’Jitak’

Leksem toko memiliki komponen makna, yaitu BUKU TANGAN DIKEPAL +

DIKETUKKAN + SASARAN SPESIFIK, YAITU KEPALA. Secara umum leksem toko

mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan mengetukkan buku tangan yang dikepalkan pada sasaran.

Penggunaan leksem toko dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ditoko si Bayo ulu ni si Uncok.

dijitak si Bayo kepala si Uncok. ’Kepala si Uncok dijitak si Bayo.’

(2) Ise de nangkin manoko ulungku?

siapa tadi menjitak kepalaku Siapa menjitak kepalaku tadi?’

(3) Ditoko guru i ulunia harani tarlambat.

dijitak guru itu kepalanya karena terlambat ’Kepalanya dijitak guru itu karena terlambat.’


(74)

e. Leksem Siksik ’Tarik’

Leksem siksik memiliki komponen makna, yaitu +IBU JARI DAN TELUNJUK

+ BIMBITAN DAN TARIKAN + SASARAN. Secara umum leksem siksik mempunyai

arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk membimbit dan menarik sasaran.

Penggunaan leksem siksik dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Disiksik ayania obuknia.

ditarik ayahnya rambutnya ’Rambutnya ditarik ayahnya.’

(2) Biasi disiksik guru i jambangmu?

mengapa ditarik guru itu cambangmu ’Mengapa ditarik guru itu cambangmu?’

(3) Anggo jogal-jogal siksik obukna i.

kalau bandel-bandel tarik rambutnya itu ’Kalau bandel-bandel tarik rambutnya itu.’

f. Leksem Jangging ’Dipegang dan Ditarik, Jambak’

Leksem jangging memiliki komponen makna, yaitu + TANGAN BESERTA

JARI-JARI + MEMEGANG DAN MENARIK + SASARAN SPESIFIK, YAITU RAMBUT.

Secara umum leksem jangging mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan menggunakan tangan dan jari-jari memegang dan menarik sasaran (rambut).


(75)

Penggunaan leksem jangging dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Marsijanggingan anak boru na marbada i.

saling menjambak perempuan yang berkelahi itu ’Perempuan yang berkelahi itu saling menjambak.’

(2) Marurus obuknia na hona jangging i.

berguguran rambutnya yang kena jambak itu

’Rambutnya yang kena jambak itu berguguran.’

(3) Ulang ho manjanggingi obuk ni halak!

jangan kau menariki rambut orang ’Jangan kau menariki rambut orang!’

g. Leksem Tulduk ’Colok, Tusuk’

Leksem tulduk memiliki komponen makna, yaitu + UJUNG TELUNJUK +

DITUSUKKAN + SASARAN. Secara umum leksem tulduk mempunyai arti aktivitas

tangan untuk menyakiti dengan cara menusukkan ujung telunjuk pada sasaran. Penggunaan leksem tulduk dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ditulduk ia mata ni angkangnia.

dicolok dia mata kakaknya ’Dia mencolok mata kakaknya.’

(2) Marmudar supingnia ditulduk si Udin.

berdarah telinganya ditusuk si Udin ’Telinganya berdarah ditusuk si Udin.’


(76)

(3) Ulang tulduk-tulduk babamu!

jangan colok-colok mulutmu ’Jangan colok-colok mulutmu!’

h. Leksem Pistik ’Selentik’

Leksem pistik memiliki komponen makna, yaitu BELAKANG JARI TANGAN

+ DIBIDASKAN DENGAN IBU JARI + SASARAN. Secara umum leksem pistik

mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan menggunakan belakang jari tangan yang dibidaskan pada sasaran.

Penggunaan leksem pistik dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Dipistik ia pinggolku.

diselentik dia telingaku ’Diselentiknya telingaku.’

(2) Hupistik ulumi naron!

kuselentik kepalamu itu nanti ’Kuselentik kepalamu itu nanti!’

(3) Marsipistikan suping halahi.

berselentikan telinga mereka


(77)

4.1.13.2 Aktivitas Tangan untuk Menyakiti Leher

Leksem yang menyatakan aktivitas tangan untuk menyakiti leher dalam bahasa Mandailing hanya ada satu leksem, yaitu pingkok ’cekik’.

Leksem pingkok memiliki komponen makna, yaitu TANGAN + MEMEGANG

DAN MENEKAN KUAT + SASARAN SPESIFIK, YAITU LEHER. Secara umum

leksem pingkok mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan cara memegang dan menekan kuat-kuat sasaran (leher).

Penggunaan leksem pingkok dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Biasi dipingkok ho ia?

mengapa dicekik kau dia Mengapa kau cekik dia?’

(2) Ise de na mamingkok bayo i?

siapa yang mencekik pemuda itu ’Siapa yang mencekik pemuda itu?’

(3) Hampir mate manuk i dipingkok ia.

hampir mati ayam itu dicekik dia ’Ayam itu hampir mati dicekiknya.’

4.1.13.3 Aktivitas Tangan untuk Menyakiti Badan

Leksem yang menyatakan aktivitas tangan untuk menyakiti badan dalam bahasa Mandailing ada sepuluh, yaitu cibit ’cubit’, pulos ’dicubit dan diputar’, tenju


(78)

’tinju’, jontik ’selentik’, tompuk ’tumbuk’, lipat ’pukul’, balbal ’pukul’, dorap ’pukul’, garut ’cakar’, dan garumang ’dicakar dan ditarik’.

Leksem-leksem tersebut mempunyai wilayah makna generik, yakni ’menyakiti’ dan makna spesifik, yaitu ’menyakiti badan’. Dengan demikian, makna spesifik yang dimiliki oleh masing-masing leksem dapat mengandung komponen makna yang sama atau mirip.

Berikut ini akan diuraikan satu per satu leksem-leksem yang mengandung makna ’menyakiti badan’.

a. Leksem Cibit ’Cubit’

Leksem cibit memiliki komponen makna, yaitu IBU JARI DAN TELUNJUK +

JEPITAN/BIMBITAN KERAS + SASARAN. Secara umum leksem cibit mempunyai

arti aktivitas tangan untuk menyakiti sesuatu dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk membimbit dan menarik sasaran.

Penggunaan leksem cibit dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Ulang ho sai mancibiti anggimu!

jangan kau mencubiti adikmu ’Jangan kau cubiti adikmu!’

(2) Hancit noma na dicibitmi.

Sakit sekali yang dicubitmu itu ’Sakit sekali yang kau cubit itu.’


(79)

(3) Tangis si Siti dicibit umaknia.

tangis si Siti dicubit ibunya ’Si Siti menangis dicubit ibunya.’

b. Leksem Pulos ’Dicubit dan Diputar’

Leksem pulos memiliki komponen makna, yaitu +IBU JARI DAN TELUNJUK

+ BIMBITAN DAN TARIKAN + DIPUTAR + SASARAN. Secara umum leksem pulos

mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk membimbit dan memutar sambil menarik sasaran.

Penggunaan leksem pulos dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Guru mamulos suping ni si Tigor harana gaor di kalas.

guru memulas telinga si Tigor karena ribut di kelas ’Guru memulas telinga si Tigor karena ribut di kelas.’

(2) Dipulos ayania butuhania harani jogalna.

dipulas ayahnya perutnya karena bandelnya ’Perutnya dipulas ayahnya karena bandel.’

(3) Pulos supingna i anggo losok-losok karejo!

pulas telinganya itu kalau malas-malas kerja ’Pulas telinganya kalau malas-malas kerja.’


(80)

c. Leksem Tenju ’Tinju’

Leksem tenju memiliki komponen makna, yaitu + LIMA JARI + BAGIAN

PERSENDIAN + TANGAN MENGEPAL + GERAKAN KE DEPAN + SASARAN. Secara

umum leksem tenju mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan menggunakan kepalan tangan digerakkan ke depan.

Penggunaan leksem tenju dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.

(1) Unggal alonia i ditenju ia.

tumbang lawannya itu ditinju dia ’Lawannya itu tumbang ditinjunya.’

(2) Ulang tenju butuha ni anggimu!

jangan tinju perut adikmu ’Jangan kau tinju perut adikmu.’

(3) Ise nangkin manenju ulungku sian pudi?

siapa tadi meninju kepala dari belakang ’Siapa meninju kepala dari belakang tadi?’

d. Leksem Jontik ’Jentik, Selentik’

Leksem jontik memiliki komponen makna, yaitu + BELAKANG UJUNG JARI

+ DIBIDASKAN DENGAN IBU JARI + SASARAN. Secara umum leksem jontik

mempunyai arti aktivitas tangan untuk menyakiti dengan menggunakan belakang ujung jari yang dibidaskan dengan ibu jari.


(1)

(7) mangalehen ’memberi’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran terberi; (8) manarimo ’menerima’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran terterima; (9) mambuka ’membuka’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran terbuka; (10) manutup ’menutup’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran tertutup; (11) manarik ’menarik’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran tertarik; (12) mamisat ’menekan’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran tertekan; (13) manghanciti ’menyakiti’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran tersakiti; (14) mangalala ’menghancurkan’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran hancur; (15) manggulung ’menggulung’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran tergulung; (16) mamio ’memanggil’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran datang;

(17) mangayak ’mengusir’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran pergi;

(18) mangambat ’menghambat’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran terhambat; (19) manjalang ’menyalam’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran tersalam; (20) manudu ’menunjuk’: + aktivitas tangan + tujuan: sasaran tertunjuk.

5.2 Saran

Penelitian ini hanya membahas makna lazim (makna leksikal) leksem-leksem pengungkap aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing. Sebagaimana diketahui, selain mengandung makna lazim, leksem-leksem pengungkap aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing juga mengandung makna metafora. Untuk itu, penelitian terhadap aspek atau makna metafora yang dimiliki oleh leksem-leksem pengungkap aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing perlu dilakukan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1984. Linguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa. Alwi, Hasan dan Dendy Sugono (Ed.). 2003. Politik Bahasa, Risalah Seminar Politik

Bahasa. Jakarta: Progres dan Pusat Bahasa Depdiknas.

Aminuddin. 1988. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru. Basiroh, Umi. 1992. Telaah Baru dalam Tata Hubungan Leksikal Kehiponiman dan

Kemeroniman (Tesis). Jakarta: Fak. Pascasarjana UI.

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Endarmoko, Eko. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Larson, Mildred. 1984. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk

Pemadanan Antarbahasa. Penerjemah Kencanawati Tarigan. Jakarta: Arcan.

Lehrer, A. 1974. Semantic Field and Lexical Structure. Amsterdam: Nort-Holland Publishing Company.

Nida, Eugene A. 1975. Componential Analysis of Meaning: Introduction to Semantic

Structure. Mouton: The Hague Bards.

Nurlina, Wiwin Erni Siti. 1993. Medan Makna Aktivitas Pancaindra dalam Bahasa

Jawa. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.

Pateda, Mansoer. 1989. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah.

Program Studi Linguistik PPs USU. 2004. Tata Cara Penulisan Tesis dan Disertasi. Medan: PPs USU.


(3)

Siregar, Ahmad Samin. 1977. Kamus Bahasa Angkola/Mandailing – Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.

Subroto, D. Edi. 1991. Semantik Leksikal I dan II. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

_______. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Uhlenbeck, E.M. 1982. Ilmu Bahasa, Pengantar Dasar. Penerjemah Alma E. Almanar. Jakarta: Djambatan.

Wedhawati. 1990. “Pandangan E.A. Nida: Analisis Komponen Makna, Sebuah


(4)

LAMPIRAN


(5)

Peta Kabupaten/Kota di Sumatera Utara


(6)

Peta Kabupaten Mandailing Natal

PPPEP

Sum