BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leksem
Penelitian ini bertolak dari data penelitian berupa leksem atau kata yang menyatakan konsep aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing. Dengan kata lain,
objek penelitian ini adalah leksem-leksem pengungkap aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing. Untuk itu, perlu ditegaskan konsep leksem yang menjadi pegangan
dalam penelitian ini. Menurut Kridalaksana 1982:98, leksem adalah satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Pendapat
tersebut senada dengan Mattheus dalam Nurlina, 1993:10 yang merumuskan leksem sebagai seperangkat satuan abstrak yang mendasari variasi gramatikal.
Menurut Basiroh 1992:20, berdasarkan kemungkinan bentuk leksikalnya, leksem dapat berupa leksem simpleks atau leksem kompleks. Leksem simpleks
terlihat pada bentuk cibit ’cubit’, sedangkan leksem kompleks terlihat pada bentuk mangalipat ’memukul’.
Makna yang dianalisis dalam penelitian ini adalah makna leksikal. Menurut Pateda 1989:64 makna leksikal adalah makna leksem ketika leksem tersebut berdiri
sendiri. Sejalan dengan pendapat Pateda, Kridalaksana 1982:110 mengatakan makna leksikal adalah makna yang dipunyai oleh unsur-unsur bahasa lepas dari
penggunaannya atau konteksnya. Selanjutnya, Alwasilah 1984:147 mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang biasa, objektif, belum dibayangi perasaan,
Anharuddin Hutasuhut : Medan Makna aktivitas Tangan Dalam Bahasa Mandailing, 2008 USU e-Repository © 2008
nilai, dan rasa tertentu. Kemudian, Chaer 1994:60 mengatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil
observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.
2.2 Medan Makna
Yang dimaksud dengan medan makna ialah seperangkat makna yang mengandung komponen makna umum yang sama. Pengertian tersebut sejalan dengan
pendapat Kridalaksana 1993:105 yang menyatakan bahwa medan makna adalah bagian dari kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang
direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Lehrer 1974:1 menyebutkan bahwa medan makna adalah sekelompok atau
sejumlah leksem yang berelasi secara semantis yang pada umumnya dicakupi atau dipayungi oleh sebuah leksem yang menjadi superordinatnya dan kata yang menjadi
bawahan kata yang umum sebagai hiponimiknya. Lebih lanjut, Lehrer 1974:347 mengatakan bahwa sekelompok leksem akan membentuk sebuah medan apabila di
dalamnya mengandung komponen makna bersama. Konsep medan makna Lehrer 1974 berpadanan dengan konsep ranah makna
atau semantic domain Nida 1975. Menurut Nida 1975:174, ranah makna itu terdiri atas seperangkat makna yang mempunyai komponen makna umum yang sama.
Selanjutnya, Nida 1975 mengatakan bahwa analisis komponen makna dapat dilakukan terhadap leksem-leksem dalam suatu medan dengan menguraikannya
sampai pada komponen makna yang sekecil-kecilnya.
Anharuddin Hutasuhut : Medan Makna aktivitas Tangan Dalam Bahasa Mandailing, 2008 USU e-Repository © 2008
Loursbry 1964, 1973 menyatakan, leksikon kekerabatan setiap bahasa membentuk medan makna dan medan makna itu merupakan sebuah paradigma yang
terbentuk dari perangkat bentuk lingual lingual form. Uhlenbeck 1982:43 mengatakan, medan makna adalah suatu daerah yang
ditempati oleh sejumlah kata yang mempunyai hubungan arti, tetapi tetap saling beroposisi. Selanjutnya, Uhlenbeck juga mengatakan bahwa tidak ada sinonim, yakni
tidak pernah ada dua kata yang artinya sama betul, selalu ada beda, tentu saja tidak tertutup kemungkinan adanya persamaan yang terbatas.
2.3 Aktivitas Tangan