Unsur-unsur Pesantren Pondok Pesantren

e. Tujuan Pendidikan Pesatren

Berdasarkan tujuan pendiriannya, pesantren hadir dilandasi sekurang-kurangnya oleh dua alasan: pertama, pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang ditawarkan amar ma’ruf dan nahi munkar . Kedua, salah satu tujuan didirikannya pesantren adalah untuk menyebarluaskan informasi ajaran tentang universalitas Islam ke seluruh pelosok nusantara yang berwatak pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat. Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam mengembangkan kepribadian yang muhsin tidak sekedar Muslim.

f. Eksperimentasi Ilmu di Pesantren

Selain menyelenggarakan pengajian, pesantren juga memacu para santrinya untuk mengaplikasikan ilmu dari hasil pengajiannya itu dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang telah diperoleh para santri dari hasil pengajiannya diaplikasikan secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan para ustad dan pengasuh pesantren. Para santri tidak jarang dilibatkan secara langsung dalam unit-unit kegiatan pesantren, seperti dalam unit pengelolaan koperasi pesantren, dakwah sosial dan unit-unit kerja pesantren lainnya. Sebagai contoh misalnya, di Pesantren Kajen yang diasuh oleh KH. Sahal Mahfudz, para santri dilibatkan secara aktif dalam berbagai unit kegiatan pesantren, dari mulai pengelolaan rumah sakit, bank syariah, asuransi, koperasi dan lain-lain Amin Haedari Abdullah Hanif, 2004: 182.

7. Makanan Kemasan

Kamus besar bahasa Indonesia mendifinisikan kemasan yaitu teratur, rapi dan bersih. Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan mendifinisikan kemasan yaitu bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak. Berdasarkan definisi di atas, maka makanan kemasan adalah makanan yang dibungkus dengan rapi bersih dan mempunyai masa kadaluarsa untuk dijual dalam jangka waktu yang bisa diperkirakan. Bahan yang digunakan untuk membuat pembungkus kemasan juga diatur dalam Undang-undang tentang Pangan Pasal 16 ayat 1 menyatakan setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia.

B. Penelitian Terdahulu

Dalam studi literatur ini, penulis mencantumkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan materi yang ada dalam penelitian yang dibuat oleh penulis. Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki korelasi dengan penelitian ini adalah: Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Roselina Ni Putu Novia Mandasari dan I Nyoman Nurcaya, 2013 Fakulats Ekonomi Universitas Udayana UNUD, Bali yang berjudul “Pengaruh Sikap Konsumen dan Norma Subyektif terhadap Niat Beli Mobil Toyota Agya di Kota Denpasar”. Hasil analisis penelitian ditemukan bahwa sikap terhadap atribut Mobil Toyota Agya berpengaruh signifikan terhadap niat beli Mobil Toyota Agya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik sikap terhadap atribut seperti desain mobil, citra merek atau brand, harga, dan pilihan warna akan meningkatkan niat beli. Demikian pula norma subyektif berpengaruh signifikan terhadap niat beli Mobil Toyota Agya. Hal ini menunjukkan semakin besar norma subyektif pengaruh orang lain seperti pengaruh atau pendapat orang tua, teman dekat dan rekan bisnis dalam sebuah pembelian juga akan meningkatkan niat beli. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas sikap konsumen dan norma subjektif. Sementara pada penelitian ini menggunakan variabel bebas pemahaman label halal dan faktor sosial. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang niat

Dokumen yang terkait

Pengaturan Penggunaan Dan Pengawasan Label Halal Terhadap Produk Makanan Perspektif Perlindungan Konsumen

0 51 111

Pengaruh Media Massa terhadap Niat Konsumen Membeli Produk Berlabel Halal, Proceedings Forum Manajemen Indonesia 6: Entrepreneurial Management

0 5 40

Pengaruh Label Halal Terhadap Brand Switching Produk Kosmetik Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Konsumen Mengkonsumsi Produk Kosmetik Berlabel Halal. Studi Kasus : Karyawati Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan

2 12 52

PENGARUH LABEL HALAL DAN LABEL KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE SEDAAP Pengaruh Label Halal Dan Label Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Sedaap Di 4 Kabupaten Kota Kabupaten Sukoharjo.

0 1 13

PENGARUH LABEL HALAL DAN LABEL KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE SEDAAP Pengaruh Label Halal Dan Label Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Sedaap Di 4 Kabupaten Kota Kabupaten Sukoharjo.

1 1 16

PENGARUH LABEL HALAL PADA PRODUK DALAM KEMASAN DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

2 15 130

PENTINGKAH LABEL HALAL? PENGARUHINTERAKSI LABEL HALAL DENGAN NAMA MEREK PADA SIKAP DAN NIAT BELI KONSUMEN.

0 1 16

PENGARUH RELIGIUSITAS, NORMA SUBYEKTIF DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP NIAT MEMBELI PRODUK MAKANAN RINGAN BERLABEL HALAL (STUDI PADA MAHASISWA MUSLIM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA).

3 8 202

PENGARUH FAKTOR PERSONAL, FAKTOR SOSIAL, FAKTOR INFORMASI DAN SIKAP TERHADAP NIAT (INTENSI) MEMBELI MAKANAN BERLABEL HALAL LPPOM-MUI PADA MAHASISWA NON MUSLIM DI UNY.

0 0 172

PENGARUH SERTIFIKASI HALAL, KESADARAN HALAL, DAN BAHAN M AKANAN TERHADAP MINAT BELI PRODUK MAKANAN HALAL (STUDI PADA MAHASISWA MUSLIM DI YOGYAKARTA).

5 29 115