Pengertian Pondok Pesantren Pondok Pesantren
Jika benar pesantren telah dirintis oleh syaikh Maulana Malik Ibrahim sebagai penyebar Islam pertama di Jawa maka bisa dipahami
apabila para peneliti sejarah dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa pesantren adalah suatu model pendidikan yang sama tuanya
dengan Islam di indonesia. Sebagai model pendidikan yang memiliki karakter khusus dalam
perspektif wacana pendidikan nasional sekarang ini, sistem pondok pesantren telah mengundang spekulasi yang bermacam-macam.
Minimal ada tujuh teori yang mengungkapkan spekulasi tersebut. Teori pertama menyebutka bahwa pondok pesantren merupakan bentuk tiruan
atau adaptasi terhadap pendidikan Hindu-Budha sebelum Islam datang di Indonesia. Teori kedua mengklaim berasal dari India. Teori ketiga
menyatakan bahwa model pondok pesantren ditemukan di Baghdad. Teori keempat melaporkan bersumber dari perpaduan Hindu-Budha
pra-Muslim di Indonesia dan India. Teori kelima mengungkapkan dari kebudayaan Hindu-Budha dan Arab. Teori keenam menegaskan dari
India dan orang Islam Indonesia. Dan teori ketujuh menilai dari India, Timur Tengah dan tradisi lokal yang lebih tua.
Tujuh teori ini makin mempersulit penarikan kesimpulan tentang asal-usul pesantren. Agaknya pesantren terbentuk atas pengaruh India,
Arab, dan tradisi Indonesia sebagai dimaksudkan teori terakhir tersebut. Ketiga tempat ini merupakan arus utama dalam mempengaruhi
terbangunnya sistem pendidikan pesantren. Arab sebagai tempat
kelahiran Islam mengilhami segala bentuk pengajaran dan pendidikan Islam. Apalag seperti penjelasan Ibnu Qayyim Ismail bahwa sebagian
ulama Jawa yang pergi haji ke Mekah, ternyata sambil mendalami ilmu agama sehingga mereka bermukim beberapa tahun di tanah suci ini.
Setelah kembali ke Jawa, umumnya mereka mendirikan pesantren. India sebagai kawasan yang menjadi asal-usul pendiri pesantren
pertama dan minimal menjadi daerah transit para penyebar Islam masa awal. Sedang Indonesia yang pada saat kehadiran pesantren masih
didominasi Hindu-Budha dijadikan pertimbangan dalam membangun sistem pendidikan pesantren sebagai bentuk akulturasi atau kontak
budaya. Pada awal perintisan, pesantren bukan hanya menekankan misi
pendidikan, melainkan juga dakwah, justru misis yang kedua ini lebih menonjol. Lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia ini selalu
mencari lokasi yang sekiranya dapat menyalurkan dakwaah tersbut tepat sasaran sehingga terjadi bernturan antara nilai-nilai yang
dibawanya dengan nilai-nilai yang telah mengakar di masyarakat setempat.
Pesantren berkembang terus sambil menghadapi rintangan demi rintangan. Sikap ini bukan ofensif, melainkan tidak lebih dari defensif;
hanya untuk menyelamatkan kehidupannya dan kelangsungan dakwah Islamiyah. Pesantren tidak pernah melakukan konfrontasi sebab
orientasi utamanya adalah melancarkan dakwah dan menanamkan