PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG
5
1.5 Arus Dokumen dan File
BPS RI
1. Daftar I-A 2. Daftar I-SLC
3. Daftar I-B 4. Daftar II-A
5. Daftar II-B 6. Kartu Kendali
7. Software Program Aplikasi
Pemutakhiran Direktori
8. Buku Pedoaman Pemutakhiran
Direktori 1. Daftar II-A
2. Daftar II-B 3. Daftar II-C
4.
BPS PROVINSI
1. Daftar I-A 2. Daftar I-SLC
3. Daftar I-SLP 4. Daftar I-B
5. Daftar II-A 6. Daftar II-B
7. Daftar II-C 8. Kartu Kendali
9. Software Program
Aplikasi Pemutakhiran
Direktori 10. Buku Pedoaman
Pemutakhiran Direktori
1. Daftar I-B 2. Daftar II-A
3. Daftar II-B 4. Daftar II-C
5.
BPS KABKOTA
1. Daftar I-A 2. Daftar I-SLP
3. Daftar I-SLK 4. Daftar I-B
5. Daftar II-A 6. Daftar II-B
7. Daftar II-C 8. Kartu Kendali
9. Software Program Aplikasi
Pemutakhiran Direktori
10. Buku Pedoman Pemutakhiran
Direktori 1. Daftar I-B
2. Daftar II-A 3. Daftar II-B
4. Daftar II-C 5.
KSKPetugas Pelaksana
1. Daftar I-A 2. Daftar I-SLK
3. Daftar I-B 4. Daftar II-B
5. Daftar II-C
6.
Kartu Kendali
FILE FILE
FILE FILE
FILE
FILE FILE
FILE FILE
FILE
6
PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG
1.6 Kelemahan Pelaksanaan Pemutakhiran Updating Direktori Sebelumnya
BPS-RI Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang menggunakan metode baru dalam sistem pemutakhiran direktori sejak tahun 1990. Sebelum tahun 1990
pemutakhiran direktori dilakukan secara tidak konsisten. Beberapa yang masih ditemukan dari pelaksanaan sistem pemutakhiran
direktori dari tahun 1990 sd 2011 adalah sebagai berikut: a.
Kegiatan dalam menjaring perusahaan baru belum berjalan secara optimal, terbukti setiap kegiatan sensus ekonomi jumlah perusahaan baru
cenderung melonjak sangat tajam. b.
Perusahaan baru yang ditemukan umumnya perusahaan baru yang tahun produksi komersilnya sebelum pelaksanaan tahun kegiatan survei.
c. Masih ditemukan adanya perusahaan dobel, kasus dobel ini menunjukkan
BPS RI, BPS Provinsi, dan BPS KabupatenKota tidak melaksanakan kegiatan Updating Direktori sesuai dengan dengan SOP
Standar Operating Procedure
. d.
Kesalahan dalam menutup perusahaan. Perusahaan yang dianggap sulit dan non respon secara terus menerus dilaporkan dengan Tutup. Hal ini
dilakukan untuk menghindari beban kerja dari petugas karena dengan melaporkan perusahaan tutup maka bebannya akan menjadi berkurang.
e. Melaporkan perusahaan yang non aktif tutup, pindah, dobel, bukan
industry dan berubah skala di akhir tahun survey Nov-Des yang semestinya dilaporkan di bulan Feb-Apr awal tahun survei.
f. Terlambat mengirim direktori awal ke BPS RI c.q. Subdit Statistik Industri
Besar dan Sedang IBS. Subdit IBS menerima cdfile direktori setelah Bulan Mei. Keterlambatan mengirim direktori ini menyebabkan:
PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG
7
1. Subdit IBS menerima kiriman kuesioner yang belum tercantum dalam
direktori. 2.
Direktori yang diterima tidak sesuai dengan kuesioner yang dikirim ke Subdit IBS.
3. KIP yang ditulis di kuesioner tidak sama dengan KIP yang ada di
Sofware Updating Direktori yang ada di direktori g.
Masih ada BPS KabupatenKota yang tidak membuat copy daftar perusahaan dari sumber. Hal ini sangat disayangkan Karena tahun
berikutnya BPS KabupatenKota harus memeriksa ulang seluruh daftar perusahaan yang ada di sumber tersebut.
h. BPS provinsi tidak melaporkan perusahaan aktif non respon di akhir
pengolahan yang semestinya harus di laporkan di bulan November. i.
Mengusangkan KIP yang sudah lama ada tapi mempertahankan KIP yang baru dibuat untuk perusahaan yang sama karena dobel sehingga salah
satu harus diusangkan. j.
Masih lemahnya pemahaman konsep dan definisi tentang industri manufaktur, segingga banyak kuesioner setelah di cek di BPS-RI ternyata
bukan kategori industri manufaktur. k.
Software Updating Direktori belum sempurna.
8
PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG
GARIS BESAR UPDATING DIREKTORI
2
2.1. Menjaring Perusahaan Baru