Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bab pertama dari sebuah karya tulis yang berisi jawaban apa dan mengapa penelitian itu perlu dilakukan. Bagian ini memberikan gambaran mengenai topik penelitian yang hendak disajikan. Pada bab pendahuluan akan diuraikan mengenai hal-hal yang mendasari penulis melakukan penelitian. Bab ini terdiri dari: 1 Latar Belakang Masalah; 2 Identifikasi Masalah; 3 Pembatasan Masalah; 4 Rumusan Masalah; 5 Tujuan Penelitian; dan 6 Manfaat penelitian. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

1.1 Latar Belakang Masalah

Standar proses untuk satuan dasar pendidikan dasar dan menengah merupakan salah satu standar yang dikembangkan sejak 2006 oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan pada 2007 diterbitkan menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yaitu Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 telah menetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Dinyatakan visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi pendidikan nasional serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan telah ditetapkan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat. Proses pembudayaan dan pemberdayaan tersebut memerlukan guru yang mampu memberikan keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Ketercapaian Tujuan Pendidikan Nasional akan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru. Guru merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan. Kualitas pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Untuk dapat merancang kegiatan pembelajaran yang berkualitas, maka dibutuhkan guru yang berkualitas. Seorang guru dikatakan berkualitas apabila guru tersebut telah memenuhi kompetensi pengajar. Guru hendaknya dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran. Rusman 2012: 4 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa, guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Dalam kaitannya dengan penyelanggaraan pendidikan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan bagi siswa berlangsung dalam satuan pendidikan yang terdiri dari jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Salah satu pendidikan dasar di jalur formal yaitu Sekolah Dasar. Rasyidi 1993 dalam Mikarsa 2009: 1.7 menyatakan bahwa Sekolah Dasar pada hakikatnya merupakan satuan atau unit lembaga sosial yang diberi tugas khusus oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis. Struktur dan muatan Kurikulum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang dilaksanakan di Sekolah Dasar memuat mata pelajaran wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri. Mata pelajaran wajib di sekolah dasar meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan keterampilan serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang memegang peranan penting dalam hal berkomunikasi dengan sesama manusia adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Santosa 2010: 3.17 menyatakan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang paling utama, terutama di kelas rendah. Karena dengan bahasa siswa dapat menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta informasi yang ditularkan dari pendidik. Proses tersebut terjadi sejak awal belajar di sekolah. Mencermati hal itu maka guru sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran di sekolah, dituntut untuk dapat merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aspek-aspek yang tercakup dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mencapai kompetensi hasil belajar Bahasa Indonesia yang telah dirumuskan secara nasional maka pembelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan melalui empat aspek keterampilan berbahasa Indonesia. Empat keterampilan berbahasa tersebut yaitu berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa empat keterampilan berbahasa harus dikenalkan kepada siswa Sekolah Dasar sedini mungkin. Dengan keterampilan berbahasa siswa dapat menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta informasi yang nantinya akan berguna bagi siswa di masa yang akan datang. Salah satu keterampilan berbahasa yang penting di Sekolah Dasar yaitu keterampilan menyimak. Materi dalam silabus kelas V yang melatih keterampilan menyimak yaitu materi unsur cerita. Pembelajaran keterampilan menyimak pada materi unsur cerita diharapkan akan melatih keterampilan berpikir atau bernalar siswa sehingga siswa dapat menerima, memahami, mengidentifikasi dan mereaksi informasi yang diterimanya. Dengan demikian, siswa dapat menyampaikan kembali informasi tersebut melalui lisan berbicara atau tulisan menulis dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pendengarnya. Brooks 1964 dalam Tarigan 2008: 3 menyatakan bahwa menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung. Menyimak merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication. Oleh karena itu, dalam kegiatan menyimak dan berbicara melibatkan dua pihak yang saling berkaitan. Pihak pertama yang menyampaikan pembicara dan pihak kedua yang mendengarkan pendengar. Jika salah salah satu pihak tidak dapat mendukung pihak yang lain maka kegiatan berbicara ataupun kegiatan menyimak tidak akan berjalan dengan baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya guru dapat memberikan variasi dalam pembelajaran. Terutama pada saat guru penyampaikan meteri kepada siswa. Hal ini dilakukan agar dalam proses pembelajaran guru dapat membangkitkan antusias dan motivasi siswa sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Tetapi, pada kenyataanya proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya menerapkan strategi ekspositori dengan metode ceramah yang dilakukan oleh guru di depan siswa. Strategi ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal. Strategi ekspositori merupakan bentuk strategi pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan. Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran menyimak khususnya materi unsur cerita, selama ini kegiatan pembelajarannya siswa hanya menyimak cerita yang disampaikan oleh guru. Kemudian diikuti dengan mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi unsur cerita dari cerita yang disampaikan oleh guru. Siswa dalam pembelajaran masih pasif dan masih berpusat pada guru teacher centered. Pembelajaran yang berpusat pada guru apabila sering diterapkan dapat memberikan dampak buruk pada hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan materi pelajaran tidak menjadikan siswa hanya sebagai obyek belajar, melainkan siswa sebagai subyek belajar, sehingga siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kenyataan itu, perlu adanya suatu strategi yang dapat membuat siswa aktif dan pembelajaran berpusat pada siswa student centered. Siswa dapat terlibat secara langsung menyerap informasi dan menyatakan kembali hasil informasi yang diperolehnya sesuai kemampuan siswa. Kemp 1995 dalam Sanjaya 2006: 124 menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran meliputi berorientasi pada tujuan, aktivitas, individualitas, dan integritas. Menurut peneliti strategi yang sesuai dengan materi unsur cerita dan memenuhi prinsip-prinsip umum penggunaan strategi yang telah disebutkan tadi adalah strategi catatan terbimbing. Catatan terbimbing dalam Bahasa Inggris diterjemahkan guided note taking. Zaini 2008: 33 menyatakan strategi catatan terbimbing merupakan strategi yang menggunakan panduan handout yang berisi ringkasan poin-poin utama dari materi pelajaran, yang sebagian poin-poin penting tersebut dikosongkan untuk diisi oleh siswa ketika guru menjelaskan pelajaran di depan kelas. Strategi pembelajaran catatan terbimbing dapat memfokuskan perhatian siswa dan membuat catatan siswa lebih teratur dan akuarat. Catatan terbimbing dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam menangkap isi dari materi pembelajaran. Siswa harus aktif menanggapi ceramah yang diberikan oleh guru dengan mendengarkan, melihat, memikirkan dan menulis. Penerapan pada proses pembelajaran diawali dengan guru membagikan handout yang telah dipersiapkan kepada siswa. Handout tersebut sengaja dirancang oleh guru dengan mengosongkan bagian-bagian tertentu untuk kemudian diisi oleh siswa. Siswa dituntut untuk mendengarkan semua penjelasan dari guru agar dapat mengisi bagian yang telah dikosongkan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pembelajaran menggunakan strategi catatan terbimbing pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi unsur cerita, dengan judul penelitian “Keefektifan Strategi Catatan Terbimbing terhadap Hasil Belajar Materi Unsur Cerita pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pesarean 01 Kabupaten Tegal”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MENGIDENTIFIKASI UNSUR UNSUR CERITA ANAK PADA KELAS V SDN GROBOG KULON 01 KABUPATEN TEGAL

4 48 351

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MARGA AYU 01 KABUPATEN TEGAL

1 17 365

KEEFEKTIFAN METODE BERMAIN JAWABAN TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PEMBENTUKAN TANAH DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON2 KOTA TEGAL

0 15 328

Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pagerbarang 03 Kabupaten Tegal

0 19 373

KEEFEKTIFAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI BERMAIN ALAT MUSIK MELODIS DI SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBOK LUWUNG 01 KABUPATEN TEGAL

0 20 216

KEEFEKTIFAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATERI KARYA RANCANGAN SENDIRI DI SD NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 9 167

KEEFEKTIFAN METODE ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI KEPUTUSAN BERSAMA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 3 RANDUGUNTING KOTA TEGAL

0 38 266

Keefektifan Penggunaan Multimedia Microsoft Powerpoint terhadap Hasil Belajar IPS Materi Perkembangan Teknologi Transportasi pada Siswa Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Pesayangan 01 Kabupaten Tegal

0 9 197

Keefektifan Strategi Crossword Puzzle pada Hasil Belajar IPS Materi Perkembangan Teknologi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Jatimulya 02 Suradadi Tegal

1 19 197

KEEFEKTIFAN STRATEGI GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA INTENSIF PADA KELAS IV SD NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 9 219