62
yang progresif, untuk subyek latihan dari bagian-bagian berguling dan gerak kedua selanjutnya dan dikombinasi keduanya. Dia menemukan sedikit
preferensi dalam kinerja grup. Dalam keterampilan olahraga, pendapat umum mungkin dapat
diterapkan dan dipikirkan sebagai skill keseluruhan yang utuh atau skill keseluruhan dapat digunakan selama beralasan untuk tujuan efisiensi
sebagaimana Wickstrom dan peneliti lain telah mengobservasi bahwa metode keseluruhan secara umum memungkinkan siswa mencapai suatu kriterion
melakukan kesalahan yang lebih dengan trial yang lebih sedikit dari pada metode bagian.
Adalah sulit untuk menggeneralisasikan dari tugas ke tugas untuk menemukan metode yang cocok. Meskipun demikian, adalah penting untuk
menganalisis apa yang akan dipelajari. Diharapkan konsep dari kompleksitas tugas dan pengaturan organisasi tugas diaplikasikan dalam sejumlah aktivitas
motorik secara lebih akurat pada skill dengan penggunaan metode keseluruhan atau metode bagian dalam belajar.
C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini terdapat 11 kajian teori, kerangka berpikir dan hipotesis sebagai berikut :
1. Metode mengajar kombinasi 4 tahap dan 7 tahap dalam
meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang.
63
Salah satu keputusan penting dari guru untuk menyusun strategi belajar pembelajaran adalah menetapkan metode pengajaran yang dinilai
efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil belajar murid, maka guru sebagai subyek dari proses belajar pembelajaran, harus menyadari bahwa
murid sebagai suatu individu yang unik bukan orang dewasa dalam bentuk format kecil, karena dalam diri murid terdapat potensi untuk tumbuh dan
berkembang, termasuk daya pengendalian dan pengerahan diri dimana murid harus dijadikan titik tolak dalam pendekatan proses belajar
pembelajaran. Disamping itu bahan ajar yang disusun guru tidak boleh berbelit-belit struktur geraknya sehingga menyulitkan murid dalam
menyerapnya. Pada prinsipnya penggunaan metode kombinasi, bukanlah merupakan suatu perbedaan hakiki, karena tujuan dan bahan pelajaran
sama, sedangkan yang berbeda ialah urutan pemberian bahan pelajaran tersebut.
Dalam berbagai pengalaman, maka guru sering mengkombinasikan dua metode tersebut dengan langkah yang bervariasi, dimodifikasi dan
dikembangkan lebih lanjut, seperti halnya di saat guru pembelajaran keseluruhan gerakan guling ke belakang sekaligus secara keseluruhan
atau sebaliknya agar murid memperoleh keterampilan guling belakang, maka murid harus mempelajari dulu tumpuan kaki, tumpuan tangan, cara
memasukkan kepala, cara mengguling dengan pendaratan pada tengkuk dan kedua tangan, cara pendaratan kaki pada matras dan pendaratan akhir
secara bagian.
64
Bertitik tolak dari uraian diatas maka terdapat dua masalah pokok dalam penyajian guling belakang yaitu : 1 setiap bagian gerakan harus
dikuasai murid; 2 murid harus menguasai bagian-bagian gerakan yang tidak mempunyai hubungan, justru akan menyimpang dari tujuan
instruksional. Menurut Grossing, Einfuhrung in Die Sport Didactic 1988 : 159
Dalam Depdik bud 1991 : 30 bahwa : Mengajar melalui rangkaian latihan yaitu suatu proses
pembelajaran untuk menguasai suatu gerak bentuk keterampilan motorik melalui urutan-urutan latihan yang disusun menurut kebutuhan sesuai
dengan tujuan yang ingi dicapai. Urutan-urutan latihan yang disusun tersebut merupakan bentuk-bentuk gerakan yang masih berfamili.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa : a
“Metode latihan harus dibangun sedemikian rupa dengan memilih gerakan-gerakan yang masih berfamili”.
Grossing, 1988 : 159. b
“Metode latihan harus dimulai dari gerakan-gerakan yang sederhana dan menuju gerakan-gerakan yang lebih kompleks
”. Festz, 1971 : 143; Roth, 1983,1988; Singer, 1990 : 84. dalam Dep.Dik.Bud 1991
: 30 . c
“Metode latihan harus dimulai dengan gerakan-gerakan yang sedikit banyaknya sudah dikenal oleh individu yang belajar
”. Grossing, 1988 : 159”.
Dengan demikian, maka secara rasional metode pembelajaran kombinasi 4 tahap dan metode pembelajaran kombinasi 7 tahap telah
memenuhi kriteria tersebut di atas karena memiliki rancangan urutan gerak guling belakang dan tujuan yang sama, akan tetapi perbedaannya terletak
pada prosedur penyajian materi pelajaran. Pada dasarnya metode pembelajaran kombinasi 4 tahap disajikan sesuai prosedur penyajian bukan
65
hanya melalui metode keseluruhan saja tapi juga secara bagian yang disebut metode kombinasi yang disederhanakan, metode pembelajaran
kombinasi tahap disajikan melalui rangkaian latihan, terdiri dari empat tahap, masing-masing tahap atau tingkatan terdiri dari empat bentuk
gerakan, menyebabkan metode kombinasi 4 tahap lebih efektif dan efisien karena memiliki gerakan-gerakan yang masih berfamili, dimulai dari
gerakan sederhana menuju gerakan-gerakan sulit dan kompleks, selanjutnya setiap tahapan gerakan sedikit banyaknya sudah dikenal murid.
Hal ini jelas berbeda dengan prosedur penyajian materi metode pembelajaran kombinasi 7 tahap yang disajikan melalui metode
pembelajaran keseluruhan dan bagian, karena dalam penyajian materi pelajaran diuraikan satu persatu yaitu setiap elemen dipelajari secara
terisolir sendiri setelah itu setiap elemen tersebut digabungkan, terakhir digabungkan secara keseluruhan menjadi suatu gerakan utuh,
menyebabkan proses penyajian materi menjadi panjang, bertele-tele dan membingungkan murid bahkan dapat menyimpang dari tujuan
instruksional yang ditetapkan, sehingga tidak cocok dengan murid usia ini. Dari landasan teori, maka metode pembelajaran kombinasi 7 tahap
menghasilkan hasil belajar keterampilan guling belakang yang berbeda dengan metode pembelajaran kombinasi 4 tahap. Secara teoritis metode
pembelajaran kombinasi 4 tahap menghasilkan hasil belajar keterampilan guling belakang lebih baik dari pada metode pembelajaran kombinasi 7
tahap, maka untuk sementara dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
66
antara metode pembelajaran kombinasi 4 tahap dan metode pembelajaran kombinasi 7 tahap dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan guling
belakang. Teeori-teori diatas menjadi pokok dalam landasan teori.
2. Kelentukan dibawah rata-rata dan diatas rata-rata dalam