75
Dari landasan teori di atas maka umpan balik pengetahuan hasil singkat menghasilkan hasil belajar keterampilan guling belakang berbeda
dengan umpan balik pengetahuan hasil rinci, secara teoritis umpan balik pengetahuan hasil rinci menghasilkan keterampilan guling belakang lebih
baik dari pada umpan balik pengetahuan hasil singkat, maka untuk sementara dapat dikatakan bahwa umpan balik pengetahuan hasil rinci
menghasilkan hasil belajar keterampilan guling belakang lebih baik dari pada umpan balik pengetahuan hasil singkat.
4. Interaksi antara metode mengajar kombinasi dan kelentukan dalam
meningkatkan hasil belajar keterampilan guling belakang.
Harrow 1977 : 14-15 mengemukakan bahwa : Memandang gerakan sebagai pola perilaku manusia yang terbentuk
dalam dunia dibagi dalam : 1 gerakan non lokomotor yang berupa respons tubuh yang dapat diamati dalam sikap tubuh yang berhenti
diam, dan; 2 gerakan lokomotor, yaitu respons tubuh yang dapat diamati dan bergerak pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Imam Hidayat 1982 : 2 menjelaskan sebagai berikut : Pada prinsipnya ciri-ciri khas gerakan-gerakan senam adalah
gerakannya selalu dibuat, diciptakan dengan sengaja, gerakan- gerakannya selalu harus berguna untuk mencapai tujuan, memperbaiki
sikap gerak keindahan tubuh, menambah keserasian, dan sebagainya, meningkatkan kemudahan gerak, gerakannya selalu harus tersusun dan
sistematis.
Karena masalah kelentukan merupakan suatu komponen fisik yang sangat penting dalam kaitannya dengan peningkatan hasil belajar senam
maka salah satu cara untuk mengembangkan kelentukan adalah dengan peregangan statis stretching.
76
Menurut Fox dan Mathews, dalam Mochammad Sayoto 1988 : 158 bahwa :
“Latihan yang dilakukan dengan cara melakukan penguluran tanpa gerakan kelentukan bagian tubuh yang dilatih. Gerakan mulai melentur
otot dalam persendian sejauh mungkin, kemudian mempertahankan posisi tersebut dalam waktu tertentu”.
Untuk melakukan peregangan statis, perlu mengambil sikap sedemikian rupa sehingga peregangan suatu kelompok otot tertentu dapat
dilakukan dengan baik, adalah sangat efektif untuk merangsang kelompok otot yang mempengaruhi otot utama dalam gerakan tertentu, dimana teknik
ini berhasil menghalangi otot-otot antagonis, dalam melakukan berbagai latihan.
Para ahli masih berbeda pendapat mengenai berapa lama sikap statis itu dipertahankan :
“Bompa Menganjurkan 6 sampai 12 detik : Patte dan kawan- kawan, menganjurkan 10 detik atau lebih, Katch dan Mc Aedle
menganjurkan 10 sampai 30 detik : Pyke hanya 5 sampai 10 detik, Rink 1985 menganjurkan 20 sampai 30 detik; Marthin dan Lumseden
menganjurkan 10 sampai 15 detik Harsono 1988 : 167.
Menurut Harsono untuk amannya antara 20 sampai 30 detik adalah cukup untuk mengembangkan kelentukan sendi-sendi, dan perlu dihindari
peregangan yang tiba-tiba terlalu jauh ekstrim sehingga otot terasa sakit atau sobeknya jaringan-jaringan tubuh yang halus.
Selanjutnya secara umum interaksi didefinisikan sebagai berikut : “Apabila perubahan dalam sebuah faktor mengakibatkan
perubahan nilai variabel respons yang berbeda pada setiap taraf untuk faktor lainnya, maka diantara kedua faktor itu terdapat interaksi”
Sudjana, 1982 : 89.
77
Dalam dugaan proses belajar pembelajaran maka strategi instruksional di atas memberikan gambaran bahwa sifat internal perilaku
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar guling belakang. Murid yang mengikuti metode pembelajaran kombinasi dan murid yang memiliki
kelentukan memberikan kekuatan secara internal dalam belajar secara teori maka interaksi antara metode pembelajaran kombinasi dan kelentukan
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.7 Interaksi antara Metode pembelajaran Kombinasi dengan Kelentukan terhadap Keterampilan Guling Belakang
Keterangan : M1 = Metode mengajar kombinasi 4 tahap
M2 = Metode mengajar kombinasi 7 tahap K1 = Kelentukan dibawah rata-rata
K2 = Kelentukan diatas rata-rata
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan antara metode 4 tahap dengan metode pembelajaran kombinasi 7 tahap seperti
pada gambar no.5 ada perbedaan antara kelentukan dibawah rata-rata dan kelentukan diatas rata-rata. Jadi menurut Kerlinger, 2000 : 414
menunjukkan adanya interaksi, artinya tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran kombinasi dan kelentukan dalam meningkatkan hasil
belajar keterampilan guling belakang.
K1 K2
M2 M1
Guling belakang
M1 K1
M2 K2
78
Dari landasan teori yang ada maka Metode pembelajaran kombinasi 4 tahap menghasilkan hasil belajar keterampilan guling belakang berbeda
dengan metode pembelajaran kombinasi 7 tahap. Umpan balik pengetahuan hasil singkat menghasilkan hasil belajar keterampilan guling
belakang berbeda dengan umpan balik pengetahuan hasil rinci. Kelentukan dibawah rata-rata menghasilkan hasil belajar keterampilan guling belakang
berbeda dengan kelentukan di atas rata-rata. Teori-teori diatas dijadikan sebagai landasan penelitian ini.
5. Interaksi antara metode mengajar kombinasi dan umpan balik