Kebumen  dikarenakan  materi  yang  dipelajari  berkaitan  dengan  budaya masyarakat  kebumen  yang  berhubungan  dengan  keliling  dan  luas  persegi  serta
keliling dan luas persegi panjang. 8
Melalui  penerapan  model  pembelajaran  Learning  Cycle  Bernuansa etnomatematika  Guru  memberikan  motivasi  belajar  serta  menumbuhkan  rasa
cinta terhadap kebudayaan di Kabupaten Kebumen pada proses pembelajaran.
4.4.2 Penelusuran Sikap Peserta Didik terhadap Budaya
Melalui  penelusuran  tingkat  sikap  peserta  didik  terhadap  budaya  pada sebelum dan  setelah pembelajaran pada kelas eksperimen,  diperoleh  bahwa terdapat
pengaruh  pembelajaran  dengan  model  Learning  Cycle    bernuansa  etnomatematika terhadap  sikap  terhadap  budaya.  Seluruh  peserta  didik  kelas  eksperimen    diminta
mengisikan  angket  yang  sama  pada  awal  pembelajaran  dan  setelah  berakhirnya seluruh proses pembelajaran. Pengisian angket sebelum pembelajaran bertujuan untuk
mengetahui sikap awal siswa terhadap budaya sebelum pembelajaran. Sikap  peserta didik sebelum mendapat perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Budaya  Sebelum Pembelajaran
Kategori Frekuensi
Presentase
Sangat Rendah Rendah
Sedang 20
62,5 Tinggi
12 37,5
Sangat tinggi
Total 32
100
Tabel  4.5  menunjukan  bahwa  tingkat  sikap  peserta  didik  terhadap  budaya sebelum  diterapkan  pembelajaran  dengan  model  Learning  Cycle  bernuansa
etnomatematika  terbagi  pada  kategori  sedang  dan  kategori  tinggi.  Sebanyak  20 peserta  didik  atau  62,5  dari  keseluruhan  peserta  didik  memiliki  kategori  sedang,
sedangkan  sisanya  yaitu  12  peserta  didik  atau  37,5  dari  keseluruhan  peserta  didik memiliki  kategori  tinggi,  dan  tidak  satupun  peserta  didik  memiliki  kategori  sangat
tinggi,  rendah,  maupun  sangat  rendah.  Selanjutnya  pada  Tabel  4.6  akan  dijelaskan tingkat  sikap  peserta  didik  terhadap  budaya  setelah  mendapatkan  pembelajaran
Learning Cycle bernuansa etnomatematika. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Budaya  Setelah Pembelajaran
Kategori Frekuensi
Presentase
Sangat Rendah Rendah
Sedang Tinggi
29 91
Sangat Tinggi 3
9
Total 32
100
Tabel  4.6  menunjukan  bahwa  tingkat  sikap  peserta  didik  terhadap  budaya setelah    pembelajaran  dengan  model  Learning  Cycle  bernuansa  etnomatematika
terbagi pada kategori tinggi dan kategori sangat tinggi. Sebanyak 1 peserta didik 9 dari  keseluruhan  peserta  didik  memliki  kategori  sangat  tinggi,  31  peserta  didik  atau
91  dari  keseluruhan  peserta  didik  memiliki  kategori  tinggi,  tidak  satupun  peserta didik yang memiliki kategori sedang, rendah, maupun sangat rendah.
Adapun grafik peningkatan sikap peserta didik terhadap budaya lokal sebelum dan sesudah pembelajaran seperti Gambar 4.1.
Penelitian    memanfaatkan  budaya  sekitar  sebagai  sumber  belajar  sehingga menciptakan suasana yang lebih menarik dan menyenangkan berkaitan dengan materi
keliling  dan  luas  persegi  serta  keliling  dan  luas  persegi  panjang.  Hasil    pengisian angket  peserta  didik  di  awal  dan  akhir  pembelajaran  menunjukkan  terjadinya
peningkatan  sikap  peserta  didik  sebelum  dan  setelah  diberlakukannya  pembelajaran dengan  model  Learning  Cycle  bernuansa  etnomatematika.  Rentang  tingkat  sikap
peserta didik terhadap budaya sebelum diberlakukannya pembelajaran dengan model Learning  Cycle  bernuansa  etnomatematika  dapat  dilihat  pada  Tabel  4.5  dimana
tingkat  sikap  peserta  didik  terhadap  budaya  lokal  yaitu  kategori  sedang  62,5  dan kategori  tinggi  37,5  .  Sedangkan  sikap  peserta  didik  terhadap  budaya  setelah
dilakukan perlakuan mengalami peningkatan yaitu  kategori tinggi 91  dan kategori
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sebelum
Sesudah
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Sikap terhadap
Budaya Lokal
sangat tinggi 9 . Peningkatan sikap siswa terhadap buadaya di Kabupaten Kebumen diakibatkan karena pada proses pembelajaran dengan bernuansa etnomatematika guru
menanamkan sikap kecintaan terhadap  budaya  serta materi  yang disajikan  berkaitan dengan  budaya  di  Kebumen  yang  sering  dijumpai  peserta  didik  dalam  kehidupan
sehari-hari.  Adanya  pembelajaran  Learning  Cycle  bernuansa  etnomatematika menjadikan  peserta  didik  mengetahui  manfaat  mempelajari  materi  keliling  dan  luas
persegi serta keliling dan luas persegi panjang dalam kehidupan sehari- hari. Terdapat  empat  indikator  pada  kisi-kisi  angket  yang  peneliti  gunakan  untuk
mengukur  sikap  siswa  terhadap  budaya,  yaitu  1  mempercayai  dan  menghargai budaya  yang  ada  di  Kebumen,  2  mengikuti  kegiatan  dalam  tradisi  budaya  di
Kebumen,  3  melestarikan  budaya  yang  terdapat  di  Kebumen,  serta  4  keterkaitan antara  materi  persgi  dan  persegi  panjang  dengan  budaya  di  Kebumen.  Adapun
indikator-indikatornya  dapat  dilihat  pada  kisi-kisi  angket  yaitu  pada  Lampiran  14, sedangkan  bentuk  instrument  angket  dapat  dilihat  pada  Lampiran  15.  Berdasarkan
hasil pengamatan pada Lampiran 27 dan Lampiran 28, terdapat perbedaan perubahan sikap siswa terhadap budaya dilihat dari masing-masing indikatornya antara sebelum
dan setelah dilakukannya perlakuan. Adanya  peningkatan  pada  indikator  pertama  terjadi  karena  dalam  proses
belajar  mengajar  yang  bernuansa  etnomatematika,  guru  menanamkan  rasa mengahargai  budaya-budaya  di  Kebumen  melalui  pembelajaran  yang  mengaitkan
materi  persegi  dan  persegi  panjang  yang  dikaitkan  dengan  budaya.  Adapun  sketsa
grafik  perubahan  sikap  siswa  terhadap  budaya  pada  indikator  pertama  dapat  dilihat pada Gambar 4.2.
Pada  indikator  pertama  terlihat  bahwa  semua  itemnya  mengalami peningkatan,  kecuali  item  nomor  lima.  Hal  tersebut  menunjukkan  terjadinya
peningkatan rasa menghargai dan mempercayai terhadap budaya lokal antara sebelum dan  setelah  dilaksanakannya  pembelajaran  dengan  model  Learning  Cycle  bernuansa
etnomatematika. Peningkatan terbesar terjadi pada item nomor  delapan yaitu sebesar 21.  Adapun  sketsa  grafik  perubahan  sikap  siswa  terhadap  budaya  pada  indikator
kedua,  ketiga,  dan  keempat  dapat  dilihat  pada  Gambar  4.3  sampai  dengan  Gambar 4.5.
10 20
30 40
50 60
70 80
1 2
3 4
5 6
Sebelum setelah
Gambar 4.2 Persentase Perubahan Sikap terhadap Budaya pada  Indikator Pertama
20 40
60 80
1 2
3 4
Sebelum setelah
20 40
60 80
1 2
3 4
5 6
Sebelum setelah
10 20
30 40
50 60
70
1 2
3 4
Sebelum setelah
Gambar 4.3 Persentase Perubahan Sikap terhadap Budaya pada Indikator Kedua
Gambar 4.4 Persentase Perubahan Sikap terhadap Budaya pada  Indikator Ketiga
Gambar 4.5 Persentase Perubahan Sikap terhadap Budaya pada  Indikator Keempat
Pada indikator kedua mengikuti kegiatan dalam tradisi budaya di Kebumen, indikator  ketiga  melestarikan  budaya  yang  terdapat  di  Kebumen,  dan  indikator
keempat  keterkaitan  antara  materi  persegi  dan  persegi  panjang  dengan  budaya  di Kebumen,  terlihat  bahwa  semua  itemnya  mengalami  peningkatan.  Pada  indikator
kedua  peningkatan  terbesar  terjadi  pada  item  nomor  5  yaitu  sebesar  30,  pada indikator ketiga peningkatan terbesar terjadi pada item nomor 11 yaitu sebesar 48,
sedangkan pada indikator keempat peningkatan terbesar pada item nomor 18 dan 20 yaitu sebesar 8.
Berdasarkan  skor  rata-rata,  hasil  penelusuran  tingkat  sikap  siswa  terhadap budaya pada pembelajaran dengan model  Learning Cycle bernuansa etnomatematika
di  kelas  eksperimen  mencapai  skor  rata-rata  67,094  dengan  kategori  sedang  dan mengalami peningkatan dengan  mengisi angket  yang  sama pada akhir pembelajaran
yaitu mencapai skor rata-rata 77,91 dengan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa  terjadi  peningkatan  sikap  siswa  terhadap  budaya  sebelum  dilaksanakannya
pembelajaran  model  Learning  Cycle  bernuansa  etnomatematika  dengan  sikap  siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  dapat  dikatakan  bahwa  pembelajaran  model Learning  Cycle  bernuansa  etnomatematika  efektif  terhadap  kemampuan  pemecahan
masalah peserta didik pada materi keliling dan luas persegi serta persegi panjang. Hal ini  dapat  diketahui  dari  kemampuan  pemecahan  masalah  siswa  yang  diajar  dengan
model  Learning  Cycle  bernuansa  etnomatematika  tuntas,  kemampuan  pemecahan masalah siswa  yang diajar dengan  model  Learning Cycle bernuansa etnomatematika
lebih  baik  dibanding  kemampuan  pemecahan  masalah  siswa  yang  diajar  dengan pembelajaran  ekspositori,  terdapat  pengaruh  sikap  pada  budaya  lokal  terhadap
kemampuan  pemecahan  masalah  peserta  didik,  sikap  siswa  terhadap  budaya mengalami  peningkatan  antara  sebelum  dan  setelah  diberlakukannya  pembelajaran
dengan model Learning Cycle bernuansa etnomatematika.
107
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  pembahasan,  dapat  diambil  simpulan  sebagai berikut.
1. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas eksperimen mencapai
ketuntasan dengan proporsi peserta didik yang mencapai nilai KKM= 75 sebesar 90,63 .
2. Kemampuan  pemecahan  masalah  peserta  didik  pada  kelas  kontrol  mencapai
ketuntasan dengan proporsi peserta didik yang mencapainilai KKM= 75 sebesar 78,13.
3. Kemampuan  pemecahan  masalah  peserta  didik  yang  menerima  pembelajaran
dengan  model  Learning  Cycle  bernuansa  etnomatematika  lebih  baik  daripada kemampuan  pemecahan  masalah  peserta  didik  yang  menerima  pembelajaran
dengan  model  ekspositori.  Rata-rata  kemampuan  pemecahan  masalah  peserta didik  yang  menerima  pembelajaran  dengan  model  Learning  Cycle  bernuansa
etnomatematika  sebesar  85,41  ,  sedangkan  rata-rata  kemampuan  pemecahan masalah  peserta  didik  yang  menerima  pembelajaran  dengan  model  ekspositori
sebesar 78,47.