Tinjauan tentang Pemecahan Masalah Sikap pada Budaya Lokal

2.1 Tinjauan tentang Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu proses berpikir ilmiah. Goldstein dan Levin 1987 dalam Suyanto dan Jihad, 2013:124 mendefinisikan sebagai berikut, ”problem solving has been defined as higher-order cognitive process that requires the modulation and control of more routine or fundamental skills. ” Secara sederhana, teknik pemecahan masalah yang telah banyak diketahui adalah: a. Klasifikasi lebih rinci tentang masalah tersebut dengan cara menuntaskannya secara jelas; b. Analisis sebab-sebab terjadinya masalah; c. Identifikasi alternatif pemecahan masalah; d. Memilih alternatif pemecahan masalah yang baik; e. Melaksanakan alternatif yang paling baik; f. Mengevaluasi apakah masalah tersebut benar-benar telah dapat dipecahkan atau belum. Gambar 2.7 Sendang Mawar di Goa Jatijajar Gambar 2.8 Obyek Wisata Pemandian Air Panas Krakal Peserta didik tertantang untuk dapat memecahkan masalah. Pada umumnya, mereka memiliki banyak gagasan yang orisinal. Umumnya, langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut: a. Identifikasi masalah; b. Curah pendapat untuk mencari berbagai solusi; c. Memilih satu solusi dan mencoba melakukannya; d. Mengevaluasi apa yang telah terjadi. Di lain pihak, proses pemecahan masalah matematika, berkaitan erat dengan tahap-tahap pemecahan masalah yang dilakukan Polya 1973-5 menyusun prosedur memecahkan masalah dalam empat langkah, yaitu: 1 Pemahaman pada masalah, identifikasi dari tujuan Understanding problem; 2 Membuat rencana pemecahan masalah Devising a plan 3 Melaksanaan rencana pemecahan masalah Carrying out the plan ; 4 Melihat kembali penyelesaian masalah Looking back . Penelitain ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didk pada materi persegi dan persegi panjang sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian masalah Polya.

2.4 Sikap pada Budaya Lokal

Semua peserta didik mengakui bahwa matematika itu penting, namun sebagian dari mereka sering mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Persoalan ini muncul karena adanya konflik budaya, ketidaksesuaian tradisi budaya yang mereka temukan di luar sekolah yaitu di rumah dan di masyarakat dengan apa yang mereka temukan di sekolah. Pengajaran matematika bagi setiap orang seharusnya disesuaikan dengan budayanya. Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang berati akal budi. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan demikian budaya erat kaitannya dengan lingkungan tempat tinggal seseorang, setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda. Dikti 2007:358 dalam Hamzah dan Mohamad, 2013:136 mengemukakan bahwa anak-anak usia muda sangat baik diajak untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup. Penanaman pemahaman dan kesadaran tentang pentingya menjaga kelestarian kualitas budaya sangat baik apabila mulai diterapkan melalui pendidikan. Depdiknas 1990:9 dalam Hamzah dan Mohamad, 2013:137 mengemukakan belajar dengan menggunakan lingkungan memungkinkan siswa menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata, konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan dan hubungan. Menurut Rifa’I dan Anni 2012:138, sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar peserta didik. Karakter berkaitan dengan keseluruhan performance seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Di dalam karakter terkandung unsur moral, sikap, dan perilaku. Seseorang dikatakan berkarakter baik atau buruk, tidak cukup hanya dicermati dari ucapannya Mastur dkk, 2013. The Joseph Institute of Ethics merinci enam jenis karakter, sebagai berikut. 1. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas, jujur, dan loyal 2. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain. 3. Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar. 4. Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain. 5. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam. 6. Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin. Chrisiana 2005 dalam Mastur dkk, 2013 Melalui proses pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika peserta didik belajar terhadap nilai-nilai budaya lokal dalam konteks kehidupan sehari-hari saat ini diharapkan siswa akan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehingga muncul rasa ingin tahu, perhatian, dan berminat dalam mempelajari matematika. Penerapan pembelajaran Learning Cycle Bernuansa Etnomatematika diharapkan peserta didik akan memiliki sikap: 1 mempercayai dan menghargai budaya yang ada di Kebumen; 2 mengikuti kegiatan dalam tradisi budaya di Kebumen; 3 melestarikan budaya yang terdapat di Kebumen; 4 Dapat mengaplikasikan materi persgi dan persegi panjang dengan budaya di Kebumen.

2.5 Materi Segiempat