Pembahasan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik

y sebesar 61,5 masih ada 38.5 variabel lain selain variabel sikap peserta didik terhadap budaya x yang mempengaruhi variabel kemampuan pemecahan masalah.

4.3.8 Uji Paired Sample T-Test

Uji T sampel berpasangan Paired-Sample T Test dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara sikap peserta didik terhadap budaya lokalnya sebelum dan setelah mendapat pembelajaran bernuansa Etnomatematika. Berdasarkan perhitungan diperoleh = 11,73. Dari daftar distribusi t dengan peluang 0,95 dan dk = 31 diperoleh 0,95 =1,7. 0,95 sehingga ditolak dan diterima. Jadi sikap peserta didik terhadap budaya lokal di kabupaten Kebumen setelah mendapat pembelajaran model Learning Cycle bernuansa etnomatematika lebih baik daripada sikap peserta didik sebelum mendapat pembelajaran model Learning Cycle bernuansa etnomatematika. Perhitungan uji paired sample t-test pada Lampiran 26.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pembahasan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik

Hasil analisis data hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen diperoleh bahwa pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika telah mencapai ketuntasan klasikal. Persentase peserta didik yang tuntas KKM pada pelajaran matematika materi keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang dengan pembelajaran Learning cycle mencapai 90,63. Hasil analisis data hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol diperoleh bahwa pembelajaran dengan model ekspositori juga telah mencapai ketuntasan klasikal. Persentase peserta didik yang tuntas KKM pada pembelajaran ekspositori mencapai 78,13. Setelah pemberian materi keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang dan proses belajar di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ekspositori telah selesai. Selanjutnya kelas eksperimen dan kelsa kontrol diberi post-test untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Hasil post- test kemudian dianalisis, terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan. Rata- rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen 85,41 sedangkan kelas kontrol 78,47. Berdasarkan hasil analisis uji perbedaan rata- rata diperoleh = 2,87 sedangkan yaitu 0,05;62 = 1,67. Karena yaitu 2,87 1,67, dengan demikian ditolak yang berarti rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas kontrol. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika secara garis besar disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen Tahapan Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik 1. Pembangkitan Minat Berusaha membangkitkan minat peserta didik untuk selalu bersemangat mempelajari matematika, dan memberitahukan bahwa materi persegi dan persegi panjang menarik untuk dipelajari. Bersemangat dan timbul keinginan untuk mempelajari. Memberikan apersepsi terkait dengan materi yang akan dipelajari yang dikaitkan dengan kebudayaan yang ada di Kebumen melalui pertanyaan: 1 Sebutkan contoh benda di ruang kelas dan di sekitar sekolah yang berbentuk persegi. 2 Sebutkan benda- benda yang berbentuk di ruang kelas dan di sekitar sekolah persegi panjang. Peserta didik menjawab pertanyaan guru: 1 Keramik, jendela, internit, stop kontak, 2 Papan tulis, permukaan meja, buku tulis, pintu, lapangan basket, bendera. Mengaitkan materi dengan kebudayaan di Kabupaten Kebumen dengan menjukan gambar-gambar kebudayaan di kebumen dan menanyakan kepada peserta didik bentuk- bentuk kebudayaan di Kebumen. Antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. 2. Eksplorasi Membentuk kelompok, masing- masing yang terdiri dari 4 peserta didik Menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya. Memberikan LKPD bernuansa kebudayaan Berdiskusi dengan kelompoknya untuk Tahapan Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik yang dikerjakan secara kelompok untuk menemukan konsep persegi, persegi panjang, keliling dan luas persegi, serta keliling dan luas persegi panjang. menemukan konsep. Mengamati jalannya diskusi dan membantu kelompok yang masih kesulitan dalam berdiskusi. Bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan dalam berskusi. 3.Penjelasan Menunjuk perwakilan kelompok untuk memaparkan hasil diskusi dengan kalimatnya sendiri. Dengan antusias perwakilan kelompok menjelaskan hasil diskusi di depan kelas kepada peserta didik yang lain. Memperhatikan pemaparan peserta didik. Menjelaskan hasil diskusi. Mengonfirmasi pemaparan peserta didik terhadap konsep yang telah ditemukan dan membenarkan ketika ada penjelasan yang masih salah. Mendengarkan penjelasan guru. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila belum memahami materi. Bertanya ketika belum memahami materi. 4.Elaborasi Memberikan soal pemecahan masalah materi yang telah dipelajari yang dikaitkan dengan kebudayaan di Kebumen dengan langkah penyelesaian masalah Polya untuk dikerjakan secara kelompok. Berusaha mencari penyelesaian masalah bersama teman sekelompoknya. Tahapan Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Memantau pengetahuan peserta didik dalam menerapkan konsep yang telah ditemukan dengan soal-soal bernuansa kebudayaan dan memberikan bimbingan pada peserta didik yang mengalami kesulitan. Bertanya ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah. 5.Evaluasi Memberikan soal-soal penyelesaian masalah yang bernuansa kebudayaan untuk dikerjakan secara individu sebagai bahan evaluasi. Mengerjakan soal-soal dengan penuh semangat. Ketika proses diskusi berlangsung ada salah satu kelompok yang masih salah dalam menemukan rumus persegi. Mereka menemukan bahwa rumus luas persegi= x = 2 , padahal seharusnya x = 2 , dalam situasi tersebut guru memberikan konfirmasi jawaban yang benar. Melalui proses pembelajaran Learning Cycle Bernuansa Etnomatematika peserta didik dituntun untuk aktif dalam pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator sehingga pelaksanaan pembelajaran tidak berpusat pada guru, tetapi peserta didik diajak untuk dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang bersama dengan kelompoknya. Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan keterampilan, kreativitas, kemampuan berpikir sendiri, berdiskusi dan belajar bersama-sama teman satu kelompoknya, sehingga apabila peserta didik malu untuk bertanya kepada guru peserta didik dapat bertanya kepada temannya. Selain itu dengan belajar secara kelompok peserta didik dapat mengembangkan sikap demokratis dan saling menghargai pendapat orang lain. Melalui pembelajaran inilah yang menyebabkan kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Melalui pembelajaran dengan model Learning Cycle bernuansa etnomatematika peserta didik dapat bertambah kecintaannya terhadap budaya di Kabupaten Kebumen. Peserta didik dapat mengetahui aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari terutama pada masalah- masalah yang berkaitan dengan budaya di Kebumen yang berkaitan dengan keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang. Mereka menyadari bahwa materi keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang sangat banyak manfaatnya dalam kehidupan. Jika nantinya peserta didik menemukan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang maka mereka dapat menyelesaikannya dengan baik, misalnya dalam hal pembuatan genteng, pembuatan batu bata, pembuatan kesed dari serabut kelapa sebagai budaya masayarakat Kebumen serta dalam hal lainya yang berhubungan dengan materi yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan proses pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan pendekatan penemuan terbimbing, hampir seluruh pembelajaran dikendalikan oleh guru. Guru memegang peranan utama dalam pembelajaran menuntun peserta didik untuk memahami materi. Pembelajaran ini peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran ini hanya menggantungkan informasi guru sehingga rasa ingin tahu peserta didik tidak terpancing dan mereka tidak berusaha mencari informasi sendiri di luar bahan yang diberikan guru. Berdasarkan analisis data akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh bahwa hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada materi keliling dan luas persegi serta persegi panjang pada kelas kelas eksperimen yaitu peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu peserta didik yang diajar dengan pembelajaran model ekspositori. Dengan kata lain, implementasi model Learning Cycle terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi segiempat materi pokok keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang lebih baik dari implementasi model ekspositori terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi pokok keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor berikut. 1 Pada awal pembelajaran guru membangkitkan minat peserta didik untuk semangat belajar, dengan pemberian semangat oleh guru peserta didik bertambah motivasinya dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat memahami materi keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang. 2 Pada model pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika, guru menyediakan pengalaman belajar yang dirancang dalam bentuk kelompok yang membantu peserta didik dalam memahami materi dan membangun pengetahuannya sendiri melaui diskusi dengan bimbingan guru. 3 Pada model pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika, peserta didik bersama kelompoknya menemukan sendiri rumus keliling dan luas persegi serta rumus keliling dan luas persegi panjang melaui LKPD yang diberikan oleh guru kemudian mengaplikasikannya dalam soal pemecahan masalah. 4 Pada model pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika peserta didik diberi kesempatan untuk memaparkan hasil diskusinya di depan kelas kepada peserta didik yang lain, sehingga tumbuh rasa percaya diri dan berani untuk berpendapat. 5 Materi dan soal-soal latihan yang disajikan berkaitan dengan budaya yang ada di Kabupaten kebumen yang berkaitan dengan keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang. Akibatnya, peserta didik lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari karena sesuai dengan apa yang ada di daerahnya dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari- hari. 6 Penerapan model pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika dapat membuat peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam kelompok terjalin komunikasi dimana peserta didik saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi meningkatkan sikap demokratis , sehingga dapat meningkatkan keberanian untuk berpendapat, serta peserta didik dilibatkan dalam pembelajaran. 7 Penerapan model pembelajaran Learning Cycle bernuansa etnomatematika dapat meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap budaya lokal di Kabupaten Kebumen dikarenakan materi yang dipelajari berkaitan dengan budaya masyarakat kebumen yang berhubungan dengan keliling dan luas persegi serta keliling dan luas persegi panjang. 8 Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle Bernuansa etnomatematika Guru memberikan motivasi belajar serta menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan di Kabupaten Kebumen pada proses pembelajaran.

4.4.2 Penelusuran Sikap Peserta Didik terhadap Budaya