Tinjauan Tentang Pembelajaran Ekspositori

3 Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. 4 Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman nyata. 5 Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal. 6 Membentuk siswa yang aktif, kritis, dan kreatif Adapun kelemahan model pembelajaran Learning Cycle yang harus selalu diantisipasi menurut Soebagio dalam Fajaroh dan Dasna, 2004 sebagai berikut: 1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah- langkah pembelajaran; 2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran; 3 Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi; 4 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

2.1.2.4 Tinjauan Tentang Pembelajaran Ekspositori

Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi secara optimal. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran disampaikan secara langsung oleh guru. Karena pembelajaran ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering dinamakan model “chalk and talk” Majid, 2013:218. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran ekspositori yaitu sebagai berikut: a Persiapan preparation Tahapan ini berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran. Pada tahap ini guru menyiapkan kondisi fisik dan psikis peserta didik untuk menerima pelajaran. b Penyajian presentation Pada langkah penyajian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan LKPD untuk menemukan konsep materi persegi dan persegi panjang yang dikerjakan individu. Guru memberikan penjelesan materi setelah peserta didik selesai mengerjakan LKPD untuk menkonfirmasi konsep yang telah ditemukan peserta didik. c Korelasi correlation Langkah korelasi memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik untuk menggunakan konsep yang telah dijelaskan ke dalam penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. d Menyimpulkan generalization Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti core dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam pembelajaran ekspositori, karena melalui menyimpulkan peserta didik dapat mengambil inti dari proses penyajian. Pada proses ini peserta didik bersama guru menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari. e Mengaplikasikan application Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan peserta didik setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta didik diberikan soal-soal latihan pemecahan masalah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Melalui tahap ini guru dapat mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Kelebihan model pembelajaran ekspositori. 1 Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran; 2 Efektif untuk materi yang cukup luas sedangkan waktunya terbatas; 3 Peserta didik dapat mendengar melalui penuturan kuliah tentang suatu materi sekaligus peserta didik dapat melihat atau mengobservasi melalui demonstrasi; 4 Dapat digunakan dalam kelas yang besar. Kelemahan dari pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut. 1 Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika peserta didik memilki kemampuan mendengar dan menyimak yang baik; 2 Tidak dapat melayani perbedaan peserta didik; 3 Sulit mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis; 4 Sangat tergantung pada kemampuan guru; 5 Sulit memahami tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi.

2.2 Tinjauan Etnomatematika

Belajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar peserta didik tidak hanya diajak untuk mempelajari tentang apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal ini senada dengan pernyataan dan penuturan dari depdiknas 1990:9 dalam Hamzah dan Mohamad, 2013:137 yang menyatakan bahwa belajar dengan menggunakan lingkungan memungkinkan peserta didik menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata, konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan dan hubungan. Winaputra 1997:5-49 dalam Hamzah dan Mohamad, 2013:137 menyatakan bahwa belajar dengan pemanfaatan lingkungan didasari oleh pendapat pembelajaran yang lebih bernilai, sebab peserta didik diharapkan dengan peristiwa dan keadaan yang seharusnya. Istilah ethnomatematics yang selanjutnya disebut etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang matematikawan Brazil pada tahun 1977. Definisi etnomatematika menurut D’Ambrosio 1985 dalam Rachmawati adalah ”The mathematics which is practiced among identifiable cultural groups such as national tribe societes, lobour groups, children of certain age brackets and profesionalisme clasess ”. Artinya ”Matematika dipraktekkan diantara kelompok budaya didefinisikan seperti masyarakat nasional suku, kelompok usia tertentu dan kelas profesional”. Etnomatematika adalah aplikasi dari ide matematis dan praktek