Sistem Pemerintahan Indonesia Landasan Teori

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sistem Pemerintahan Indonesia

Di Indonesia, akuntansi sektor publik khususnya di bidang pemerintahan, selama ini dikenal dengan akuntansi pemerintahan. Istilah akuntansi sektor publik baru diperhatikan setelah adanya semangat reformasi untuk otonomi daerah dan keinginan akan transparansi dan akuntabilitas sekitar tahun 1999. Undang-undang dan peraturan pemerintah yang mendukung sistem pemerintahan di Indonesia dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi antara lain berikut ini. a. UU No. 22 Tahun 1999 disempurnakan dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. b. UU No. 25 Tahun 1999 disempurnakan dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. c. PP No. 104 Tahun 2000 yang diubah dengan PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. d. PP No. 105 Tahun 2000 yang diubah dengan PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. e. PP No. 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keungan dalam Pelaksaaan Dekosentrasi dan Tugas Perbantuan. 8 10 f. PP No. 107 Tahun 2000, yang diubah dengan PP No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah. g. PP No. 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. h. PP No. 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. i. PP No. 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. j. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. k. PP No. 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. l. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. m. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. n. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. o. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. p. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. q. PP No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah. r. PP No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepala Daerah. s. PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 9 11 t. PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. u. Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Di antara peraturan-peraturan tersebut di atas, peraturan yang mengakibatkan adanya perubahan mendasar bagi sistem pemerintah Indonesia khususnya dalam pengelolaan keuangan adalah PP.No. 105 Tahun 2000, PP. No. 24 Tahun 2005 dan PP. No. 58 Tahun 2005 serta Permendagri No. 13 Tahun 2006. Perubahan mendasar tersebut adalah adanya tuntutan akan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan anggaran dan keuangan negara. Menurut Halim 2004: 4 secara umum terdapat enam pergeseran dalam pengelolaan keuangan. a. Dari vertical accountability menjadi horizontal accountability. Sering disebut pertanggungjawaban dari bawah ke atas. Sebelum adanya reformasi keuangan daerah, pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah lebih ditujukan pada pemerintah yang lebih tinggi. Dengan adanya reformasi, pertanggungjawaban lebih ditujukan kepada rakyat melalui DPR atau DPRD. b. Dari traditional budget menjadi performance budget. Proses penyusunan anggaran dengan sistem tradisional menggunakan pendekatan incremental dan line item dengan penekanan pertanggungjawaban pada setiap input yang dialokasikan. Reformasi keuangan daerah menuntut 12 penyusunan anggaran kinerja dengan penekanan pertanggungjawaban tidak sekedar pada input masukan tetapi lebih pada output dan outcome. c. Dari pengendalian dan audit keuangan ke pengendalian dan audit keuangan dan kinerja. Dianggap lebih baik karena di era reformasi ini, sistem penganggaran menggunakan sistem penggaran kinerja, maka pelaksanaan pengendalian dan audit keuangan dan kinerja. d. Lebih menerapkan konsep value for money. Dalam mencari maupun menggunakan dana, pemerintah daerah dituntut untuk selalu menerapkan prinsip 3E Ekonomis, Efisien, dan Efektif, artinya pemerintah daerah harus selalu memperhatikan tiap rupiah dana yang diperoleh dan digunakan. e. Konsep pusat pertanggungjawaban. Penerapan konsep ini antara lain diperlakukannya dinas pendapatan sebagai pusat pendapatan revenue center, bagian keuangan diperlakukan sebagai pusat biaya expense center, dan BUMD diperlakukan sebagai pusat laba profit center. f. Perubahan sistem akuntansi keuangan pemerintahan. Sistem pencatatan tunggal single entry syetem digunakan pada sistem akuntansi keuangan pemerintahan dengan dasar pencatatan atas dasar kas cash basis sebelum reformasi. Di era reformasi keuangan daerah, menggunakan pencatatan sistem ganda double entry system dengan dasar kas modifikasian modified cash basis yang mengarah pada basis akrual. 13

2. Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD