Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum. Hal ini menandai dimulainya suatu era baru dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBNAPBD dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, sekaligus untuk mewujudkan tata kelola keuangan pemerintahan yang baik good governance. Usaha pemerintah dalam mewujudkan reformasi keuangan negara mencakup bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, system, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dibidang peraturan perundang-undangan, pemerintah dengan persetujuan DPR RI telah menetapkan satu paket Undang-Undang di bidang keuangan negara yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga Undang-Undang tersebut menjadi dasar bagi institusi negara mengubah pola administrasi keuangan financial administration menjadi pengelolaan keuangan financial management. 3 Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan PresidenGubernurBupatiWalikota untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, maka Presiden RI telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP, sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2005. KSAP ini telah menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan yang mewajibkan pelaporan mulai dari pusat sampai kabupatenkota harus menerapkan peraturan untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik good governance, namun masih banyak pemerintah kabupatenkota yang belum menerapkan termasuk Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri. Good governance adalah cara pengelolaan pemerintah yang sejalan dengan disiplin anggaran, sesuai prinsip demokrasi, menghindari pemborosan, dan mencegah korupsi supaya mampu menumbuhkan produktivitas. Untuk mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik pada Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri, maka mulai dari penyusunan anggaran, pelaksanaan, penatausahaan, serta pertanggungjawaban dilakukan secara transparan dan akuntabilitas berdasarkan konsep value for money. Value for money yang dikenal dengan konsep 3E adalah ekonomis, efesiensi dan efektivitas berarti segala penggunaan anggaran selalu memperhitungkan input masukansumber daya, output hasil yang dicapai, dan 4 outcome dampaktujuantarget yang hendak dicapai. Dengan menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan dalam format Laporan Realisasi Anggaran, maka dapat diketahui seberapa besar alokasi belanja yang tidak seharusnya dialokasikan untuk unit kerja tertentu. Good governance dan value for money merupakan konsep yang saling mendukung dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pada Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri. Mardiasmo 2004: 75 menyebutkan bahwa untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi kelembagaan institutional reform dan reformasi manajemen publik public management reform. Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di daerah baik struktur maupun infrastrukturnya, sedangkan reformasi manajemen terkait dengan perlunya digunakan model manajemen pemerintahan yang baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, yaitu new public management. Menurut Mardiasmo 2004: 75, new public manajemen adalah: “anggaran yang berorientasi pada kinerja dan bukan berorientasi pada kebijakan yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan efesiensi, pemangkasan biaya dan kompetisi tender”. Pada hakekatnya, orientasi reformasi pengelolaan keuangan tersebut dimaksudkan agar pengelolaan uang rakyat public money dilakukan secara transparan, mulai dari tahap penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan penatausahaan, serta pertanggungjawaban dilakukan sehingga tercipta akuntabilitas publik public accountability. Agar pengelolaan keuangan daerah dapat memenuhi asas tertib, ekonomis, efektif, efisien, akuntabel, transparan dan komprehensif maka 5 dikeluarkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti Permendagri No. 29 Tahun 2000, dan salah satu upaya kongkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian pertanggungjawaban laporan keuangan yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum, sehingga dapat diperbandingkan, dan tidak menyesatkan. Pencatatan dan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DPPKAD Kabupaten Wonogiri. Pencatatan dan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2005 mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengelolaan, Pengurusan, dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah yang menggunakan sistem pembukuan ganda dengan dasar kas modifikasian. Adanya pembaharuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah maka pencatatan dan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2006 dan 2007 mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP serta berpedoman pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 6 Adanya pembaharuan peraturan tersebut merupakan usaha pemerintah untuk meminimalisir atau menghilangkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Mustopadidjaja mengatakan adanya krisis multi dimensi yang disebabkan oleh tata cara penyelenggaraan pemerintah yang tidak dikelola dan diatur dengan baik, mengakibatkan munculnya berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme KKN, lemahnya penegakan hukum, monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta buruknya kualitas pelayanan publik” makalah ICMI 2001. Masalah-masalah tersebut telah menghambat proses pemulihan ekonomi sehingga jumlah pengangguran semakin meningkat, jumlah penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan menurun dan bahkan telah memunculkan berbagai konflik di daerah yang dapat mengancam persatuan Negara Republik Indonesia. Laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan BPK, fenomena-fenomena negatif yang terjadi di daerah otonom seperti Daerah Kabupaten Wonogiri dalam hal pencatatan dan penyusunan laporan keuangan, berikut ini. 1. Kelemahan dalam pelaksanaan penerapan sistem dan prosedur akuntansi. 2. Belum memadainya persyaratan untuk pengamanan aktiva. 3. Lemahnya pengendalian untuk menghasilkan output yang lengkap dan cermat sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh pihak audit. 4. Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan memperbaiki kekurangan- kekurangan dalam pengendalian intern yang sebelumnya telah diketahui. Dengan adanya perubahan perundang-undangan dan peraturan pemerintah, diharapkan fenomena yang cenderung sebagai kelemahan tersebut dapat 7 diminimalisir dan dapat diketahui bagaimana usaha pemerintah untuk lebih menunjukan akuntabilitasnya pada rakyat, mewujudkan masyarakat yang madani, menciptakan good governance, meningkatkan value for money dan mengembangkan pembangunan yang berkeadilan.

B. Perumusan Masalah