BAB II POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DALAM MENGIKUTI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK PAK
A. Pola Naratif Eksperiensial
1. Pengertian Naratif Eksperiensial
Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak suka mendengarkan cerita sebelum tidur. Cerita yang disampaikan biasanya cerita yang berbentuk dongeng, legenda
atau mite. Cerita dapat berasal dari tradisi yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan turun temurun secara lisan atau melalui gambar sebagai alat bantu untuk
memudahkan orang untuk mengingat isi cerita. Cerita yang berasal dari tradisi lisan hanya mencakup cerita rakyat, teka-teki, peribahasa dan nyanyian rakyat.
Danandjaja, 1984: 1-2, 5. Oleh sebab itu, cerita dapat juga diartikan sebagai laporan mengenai suatu peristiwa di mana terjadi ketegangan dan juga kelegaan.
Dalam cerita selalu terdapat tokoh-tokoh yang saling berhubungan. Peristiwa yang diceritakan dapat sungguh-sungguh terjadi historis, tetapi dapat juga merupakan
khayalan fiktif Komkat KWI, 1994: 2. Pengertian cerita sangat dipentingkan dalam komunikasi iman sehubungan
dengan peristiwa-peristiwa nyata atau fiktif. Salah satu kekuatan cerita adalah komunikasi lisan seturut dengan awal terjadinya cerita. Cerita disampaikan secara
lebih hidup, menarik dan membantu daya imajinasi pendengar terhadap tokoh-tokoh, alur cerita dan latar belakang permasalahannya, sehingga pendengar mudah
mengingat ceritanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Digunakannya pola naratif eksperensial berarti orang diajak untuk berdialog menentukan sikap sendiri melalui cerita. Oleh sebab itu, orang zaman dahulu pada
saat belum ada budaya tulis, mereka menyampaikan hal-hal penting kepada orang banyak dan kepada keturunannya dalam bentuk cerita.
Mulai abad ke empat setelah Yesus lahir, Kitab Suci sering ditulis dengan huruf indah dan dilengkapi dengan lukisan berwarna yang dapat dinikmati orang
yang buta huruf. Cerita-cerita zaman dahulu oleh banyak orang dikenal lewat gambar sebelum mereka mengenal belajar membaca. Gambar-gambar itu diberi
nama “Kitab Suci Kaum Kecil” karena pada waktu itu mereka masih buta huruf. Setelah adanya buku murah, Kitab Suci tidak dikenal lagi sebab sumber cerita yang
hidup adalah teks. Oleh sebab itu untuk mengenal Kitab Suci, orang harus belajar membaca, sehingga buta huruf dianggap sebagai keterbelakangan dalam hal agama
Hofmann, 1994: 28- 29. Pada zaman sekarang orang mendapat informasi melalui radio maupun
televisi, namun dalam penyampaiannya masih bersifat uraian, pernyataan atau kesimpulan, sehingga banyak orang kurang berminat menerima informasi lewat
televisi. Pada akhirnya yang diminati banyak orang adalah cerita, karena segala bentuk cerita yang bervariasi dapat menyentuh dan mengesan untuk mata dan telinga
Komkat KWI, 1994: 7. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Cerita dalam Pendidikan
Pendidikan bagi anak-anak usia SMP merupakan hal yang sangat berperan bagi perkembangan dirinya. Oleh sebab itu, pendidikan wajib diperhatikan agar anak
dapat berkembang dengan baik. Dalam dunia pendidikan perkembangan anak SMP lebih diarahkan kepada perkembangan iman yang berpangkal pada pengalaman iman
anak, namun harus dibedakan antara iman dan pengungkapan iman dalam pengalaman dan penghayatan iman anak-anak berdasarkan tingkatan. Pendidikan
iman anak SMP lebih diarahkan pada pengalaman iman yang diungkapkan. Artinya segala perbuatan dan tindakan secara khusus dan eksplisit yang bertujuan untuk
mengekspresikan, mengungkapkan dan menyatakan iman. Jacobs, 1992: 57. Dalam komunikasi iman bahan menjadi mitra dialog yang bersaksi. Supaya
bahan menjadi mitra dialog yang hidup, menarik dan tidak memaksa, bahan diolah dalam bentuk cerita. Dalam dialog terjadi komunikasi iman yang hidup antar siswa
dalam kelas
sehingga melalui
cerita, siswa
mampu mengekspresikan,
mengungkapkan dan menyatakan iman dalam bentuk cerita pengalaman. Dengan demikian, dalam menyampaikan cerita dibutuhkan pola yaitu pola
yang bersifat Naratif Eksperiensial. Berdasarkan pengertian cerita, pola yang bersifat naratif-eksperiensial adalah pola cerita pengalaman. Naratif berarti bahan diceritakan
narasi sebagai mitra dialog yang bersaksi mengenai pengalaman serta penghayatan iman eksperiensi. Komunikasi tersebut berawal dari dan menuju ke pengalaman
dan penghayatan eksperiensi sehari-hari siswa Jacobs, 1992: 10-11. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI