Langkah-langkah Pengajaran Pola Naratif Eksperiensial

17 c. Membiasakan siswa-siswi untuk mendiskusikan suatu pendapat mereka masing- masing, d. Memberikan contoh-contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat e. Membangun motivasi intrinsik pada siswa-siswi dengan mendorong mereka untuk belajar. Pada zaman ini siswa diharapkan memiliki motivasi dalam belajar di sekolah, supaya komunikasi iman dalam pelajaran agama semakin membantu siswa untuk mem perkembangkan iman yaitu melalui pendidikan. Pendidikan menjadikan siswa memiliki pengalaman yang memungkinkan perubahan perilaku. Oleh karena itu, agar siswa semakin berkembang imannya, dibutuhkan bahan yang membantu siswa untuk memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah dan bahan tersebut adalah cerita. Dengan materi yang diberikan dalam pelajaran agama yang diolah dalam bentuk cerita, siswa semakin termotivasi untuk mengikuti pelajaran agama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

C. Pendidikan Agama Katolik

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu usaha dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Agama Katolik merupakan tugas orang tua, keluarga dan masyarakat lingkungan serta Gereja. Sekolah memiliki peran penting dalam pengembangan Pendidikan Agama Katolik karena merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional Komkat KWI, 1999: 5. Sedangkan undang- undang terbaru tentang sistem Pendidikan Nasional tertera dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 menyebutkan Pendidikan Agama Katolik memegang beberapa prinsip, yakni pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai kultural dan kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksana pewarta Kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup secara langsung bagi kaum muda untuk mengembangkan kemampuannya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Maksudnya di dalam PAK, iman kepada Kristus dibicarakan dan diolah bersama dengan tetap memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama di masyarakat sebagai wujud persatuan nasional. 19 Dalam Gravissimum Educationis tentang pendidikan Kristen, Hardawiryana menyatakan bahwa : pendidikan pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti telah diuraikan, melainkan untuk mencapai, supaya mereka yang telah dibaptis, langkah demi langkah semakin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran lih. Yoh. 4:23 terutama dalam perayaan Liturgi; supaya mereka dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati Ef. 4: 22-24; supaya mereka dengan demikian mereka, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus lih. Ef. 4: 13, dan ikut serta dalam mengusahakan pertumbuhan tubuh mistik. Kecuali itu hendaknya umat beriman menyadari panggilan mereka, dan melatih diri untuk memberi kesaksian tentang harapan yang ada dalam diri mereka lih. Ptr. 3: 15 serta mendukung perubahan dunia menurut tata-nilai kristen. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pendidikan memiliki tujuan selain pendewasaan pribadi manusia, juga untuk mencapai keselamatan dan menyadari karunia iman yang diterima bagi mereka yang telah dibaptis. Di samping itu juga, supaya mereka dapat menjalankan apa yang sudah ada dalam Kitab Suci. Kita sebagai manusia beriman, kendaknya mengakui adanya keberadaan Allah Tritunggal Maha Kudus yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus terutama dalam perayaan Liturgi. Menjadi manusia beriman berarti kita diharapkan dapat menghayati hidup kita sebagai manusia baru agar mencapai kepenuhan seperti Kristus. Pada dasarnya manusia tidak akan sampai pada kepenuhan Kristus, maka dibutuhkan pendampingan dalam mengembangkan iman. Pengembangan iman untuk sampai pada kepenuhan Kristus, kita peroleh melalui pendalaman iman dalam lingkungan keluarga dan sekolah.