Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Menengah Pertama SMP

25 Rumusan ini berpusat pada siswa yang belajar student centered dengan melihat hakikat mengajar sebagai proses, yakni proses yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain, hasil proses mengajar adalah proses belajar, dan proses belajar menghasilkan tingkah laku. Pandangan di atas tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar karena terjadi adanya interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan siswa, sedangkan mengajar mengacu pada guru sebagai pemimpin belajar. Kedua konsep terpadu dalam suasana kegiatan, maka terjadilah hubungan timbal balik interaksi antara guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam interaksi antara guru dan siswa terjalin komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi. Guru menempatkan diri sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Demikian juga dengan siswa dapat sebagai penerima aksi dan pemberi aksi, sedangkan komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah. Komunikasi ini tidak hanya terjadi antara guru dan siswa tetapi siswa dengan siswa lainnya. Di sini siswa dituntut lebih aktif dari pada guru. Siswa dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa sendiri Nana Sudjana, 1989a: 10. Di samping itu juga yang terpenting dalam komunikasi adalah keaktivan siswa karena bertujuan untuk menumbuhkan perhatian dan kesadaran belajar siswa. Kesadaran belajar siswa akan mengantar pada “belajar sejati”, yaitu proses belajar seumur hidup yang tumbuh dari diri siswa sendiri Dedy Pradipto, 2007: 116. 26 Melalui pola komunikasi banyak arah atau transaksi menjadikan siswa aktif. Dengan demikian peranan guru dalam proses belajar mengajar Nana Sudjana 1989a: 32-35 yaitu: a. Sebagai pemimpin belajar 1 Guru merencanakan: menentukan tujuan belajar siswa, apa yang dilakukan siswa dan sumber bahan apa yang disediakan. 2 Mengorganisasi: menentukan dan mengarahkan bagaimana cara siswa melakukan kegiatan belajar, mengatur lingkungan belajar siswa, mengoptimalkan sumber- sumber belajar dan mendorong motivasi belajar siswa. 3 Melaksanakan: melakukan rencana di atas dalam bentuk tindakan nyata untuk membantu siswa belajar. 4 Mengontrol kegiatan siswa belajar: mengawasi, memberi bantuan, membimbing, memberi petunjuk, mencatat kekurangan dan kesalahan untuk dibahas dan diperbaiki. 5 Menilai proses belajar, dan hasil belajar yang dicapai: dalam proses belajar mengajar harus ada kegiatan belajar yang demokratis. Artinya adanya partisipasi semua siswa dalam belajar, kebebasan siswa untuk mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dipelajari, adanya kesediaan siswa menerima dan mempertimbangkan pendapat siswa lain serta kesempatan siswa untuk menarik kesimpulan dari hasil belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 b. Fasilitator belajar Guru memberikan kemudahan kepada siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya, yaitu dengan menyediakan fasilitas belajar seperti buku penunjang, alat peraga dan alat belajar. Guru juga menyediakan waktu belajar yang cukup kepada semua siswa dan memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah. c. Moderator belajar atau pengatur arus kegiatan belajar siswa. Guru menampung persoalan yang diajukan siswa dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada siswa lain untuk dijawab dan dipecahkan bersama. Dengan demikian setiap siswa dikondisikan untuk aktif memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan. Guru tidak hanya mengatur jalannya kegiatan, melainkan bersama siswa harus menarik kesimpulan atas jawaban sebagai hasil belajar siswa. d. Motivator belajar Guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar sebagai pendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan individu maupun kelompok. Rangsangan belajar dapat ditumbuhkan dalam diri siswa intrinsik maupun dari luar diri siswa ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari kebutuhan siswa untuk belajar, maka yang harus diupayakan guru adalah dengan menumbuhkan kesadaran siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi dari luar diri siswa yang mem pengaruhi siswa untuk belajar. 28 e. Evaluator Guru wajib memantau proses belajar siswa dan hasil-hasil belajar yang dicapai dengan penilaian yang objektif dan komprehensif. Guru juga melakukan upaya perbaikan proses belajar siswa, agar siswa mampu memperbaiki prestasinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III PEMBELAJARAN PAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP KANISIUS GAYAM, YOGYAKARTA Dalam bab ini penulis menguraikan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah, terutama Sekolah Menegah Pertama SMP. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian tentang Pengaruh Pola Naratif Eksperiensial terhadap motivasi belajar Siswa dalam PAK untuk menunjukkan bahwa pola Naratif Eksperiensial memengaruhi motivasi belajar siswa atau tidak. Dalam penelitian ini penulis menjabarkan hasil penelitian dan pembahasannya. Di samping itu juga penulis mengungkapkan keterbatasan hasil penelitian sebagai batasan yang mampu dicapai penulis dalam penelitian ini.

A. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Katolik di SMP

Pendidikan Agama Katolik PAK di sekolah dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman atau proses pendidikan dalam rangka membantu para siswa agar semakin beriman. PAK merupakan suatu proses pendidikan yang berjalan secara berkesinambungan dan sarana untuk membantu siswa dalam mencapai kedewasan iman Telaumbanua, 1999: 111. Oleh sebab itu proses pendidikan yang berkesinambungan dijelaskan untuk mengetahui proses belajar mengajar yang seharusnya dalam PAK. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI